2#

404 96 31
                                    

----HAPPY READING----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----HAPPY READING----

Mata kuliah yang Fiza ikuti telah usai.
Ia berencana untuk menghampiri Jeo dan mengajaknya untuk makan bersama. Bagaimana pun juga ia sudah membawa bekal nasi goreng spesial buatan papahnya tadi. Jadi tidak boleh tidak dimakan. Kalau kata orang tua, nanti sayang. Atau ada juga yang bilang nanti nasinya menangis dan lain sebagainya. Kata-kata seperti itu sih sering diucapkan ketika anak kecil malas memakan nasinya.

Fiza juga pernah mengalami hal tersebut. Karena sedari dulu ia malas makan. Namun, semuanya berubah ketika mengenal seorang Jeo. Ia menjadi sering makan meskipun belum sepenuhnya teratur.

Lelaki itu adalah semangat baginya. Itu saja.

"Fiz, ke kantin bareng gak?" tanya seorang perempuan menghampirinya.

Fiza menoleh. "Nggak deh, makasih udah ngajak. Gue mau nyamperin doi hehe," ujarnya sambil nyengir.

"Anjir, Lo udah punya doi? Gue kirain belum." 

"Udahlah masa belum. Emang kayak Lo."

"Iya deh iya yang udah punya doi. Seneng banget kayaknya ngejelekin para jomblo." Ekspresi wajah perempuan itu berubah menjadi muram walaupun hanya sebentar saja.

"Jangan gitu dong wajahnya. Ntar gak ada yang mau lagi," Fiza beranjak dari kursinya, "gue nyamperin doi gue dulu May."

Perempuan yang dipanggil May oleh Fiza itu hanya mengangguk kemudian Fiza pun pergi meninggalkannya.

----

Fiza berjalan di koridor kampus dan mencari keberadaan sosok Jeo yang mungkin saja akan muncul di depan matanya. Tidak. Tidak. Kalau muncul tiba-tiba di depan matanya bisa-bisa ia terkejut.

Adegan seperti itu sama saja seperti yang ada di film horor. Dimana saat ruangan sepi tiba-tiba menampakkan wajah hantu begitu dekat hingga membuat para penontonnya jumpscare. Tetapi sih, ada juga yang biasa saja meskipun sudah seperti itu. Yang ada di kepala tipe penonton yang seperti itu malah oh aja. Seperti oh itu hantunya. Begitu.

Kalau kalian tipe penonton seperti apa ketika menonton film horor?

Sepanjang koridor kampus Fiza terus menyapa teman-temannya yang dikenalnya dan ada juga yang tidak dikenalnya. Untuk apa meyapa orang yang tidak dikenalnya? Agar nantinya dapat menjalin pertemanan yang baik dengan orang tersebut. Mungkin tidak sekarang, tetapi nanti.

Pikirannya menjadi gelisah. Sebenarnya ada dimana Jeo itu? Apakah dia sudah pergi meninggalkannya? Ah, tidak mungkin, dia saja tidak ada janji dengan Jeo. Tentu saja Jeo tidak akan mencarinya juga.

Sulit juga ya menjadi seseorang seperti Fiza. Hanya berharap sendiri. Tetapi itulah yang namanya perjuangan. Tidak akan ada yang tahu nantinya seperti apa. Jadi untuk sekarang, ya, hanya bisa berjuang saja. Doakan saja yang terbaik untuk Fiza.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang