39#

168 36 2
                                    

-----HAPPY READING-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----HAPPY READING-----

      Pikiran gadis mungil itu melayang entah kemana. Padahal ia sudah memutuskan untuk tidak mengejar Jeo lagi. Tetapi sepertinya, itu sangatlah sulit untuk hatinya. Tangannya gatal untuk menggandeng lengan lelaki kesayangannya. Bermanjaan dan ingin bersama selalu. Kebahagiaannya seakan runtuh saat mengingat kejadian kemarin.

Saat dimana Jeo membentaknya, mengatainya, dan berlaku kasar padanya. Hatinya seakan teriris oleh pisau. Perih. Sakit. Seakan kematiannya sudah hampir tiba.

Seorang laki-laki dengan garis wajah yang tegas itu datang menghampiri Fiza yang tampak sedang melamun.

Dia melambaikan tangannya berulang kali. Namun tidak ada respon dari gadis itu. Akhirnya ia memutuskan untuk mengagetkannya saja.

"WOI BOCIL!" teriaknya membuat sang empu terkejut dan tersadar dari lamunannya.

Ia menatap tajam dengan air muka yang kesal. "Ihh apa sihh Lo! Nyebelin banget jadi senior!" ketusnya.

"Kaget gue nihh!" Fiza memanyunkan bibirnya.

Riyo mengulas senyum. "Abisnya dari tadi gak sadar-sadar. Gue kira Lo udah is death."

Fiza mencebikkan bibirnya kesal.
"Enak aja Lo." Ia menghembuskan napas ya kasar.

"Lo ngapain disini?" tanyanya penasaran.

"Lah seharusnya gue yang tanya. Kenapa Lo bisa ada disini Cil?"

"Duduk lah."

"Numpang duduk doang? Kagak makan?" Fiza menggeleng.

"Kenapa?" herannya.

Fiza bertopang dagu. Wajahnya tampak tak bersemangat. "Gak selera gue. Biasanya gue kalo makan barengan sama Jeo."

"Jeo?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Fiza. "Pacar Lo itu?" tanyanya lagi.

Fiza mengangkat wajahnya.
"Sebenarnya bukan pacar. Mantan pacar sih. Tapi gue belum setuju buat jadi mantan. Gue kejar lagi biar dia angkat omongannya."

"Jadi ceritanya ada yang gamon nih, ekhem." Riyo berdeham untuk menggoda gadis mungil itu.

"Gue bukan gamon njir! Gue lagi perjuangin cinta gue."

"Sama aja itu Cil Cil. Buset dah, masih jaman apa gamon-gamonan gitu?"

"Ahh Lo gak tau apa yang gue rasain. Gue tuh cinta mati banget sama lelaki kesayangan gue. Gue relain apapun yang gue punya asalkan dia mau lagi sama gue."

"Anjir, yang bener aja Lo Cil. Lo juga rela kalo keperawanan Lo direnggut?"

Fiza mengarahkan jari telunjuknya di depan bibirnya. "Jangan keras-keras ngomongnya woi. Nanti ada yang denger."

"Lo malu?"

"Siapa coba yang nggak malu," jawabnya dengan tatapan kesal.

"Trus kenapa Lo gak malu ngomong gitu di depan gue? Apalagi di depan orang yang Lo sayang itu?" tanya Riyo heran. Jujur ia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh gadis mungil di hadapannya ini.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang