25#

156 41 1
                                    

----HAPPY READING----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----HAPPY READING----

    Fiza duduk di kursi penumpang, tepatnya di dalam mobil milik Jeo. Ia duduk di samping pujaan hatinya dengan perasaan yang gelisah. Mengapa begitu? Karena ia akan berpisah dari Jeo. Tidak bisa serumah dan bertemu dengan lelaki itu setiap saat.

Keadaan hening. Tidak ada yang berbicara sedari tadi. Jeo yang sedang mengemudi menjadi heran sendiri. Ada apa dengan gadis mungil itu? Apakah dia sedang sariawan?

"Turun."

Fiza menatap keluar melalui kaca mobil. Ternyata mereka sudah di depan rumahnya. Rasanya cepat sekali waktu berlalu.

"Fiza nggak mau."

"Turun Fiza."

Fiza menggeleng cepat. "Fiza nggak mau jauh-jauh dari Jeoo," ungkapnya dengan nada lirih.

"Lo harus pulang. Rumah Lo bukan di tempat gue."

Jeo tersentak saat gadis itu menghadap ke arahnya dengan tatapan yang sedih.

"Fiza tau. Fiza tau Jeo bukan tempat Fiza pulang. Tapi Fiza mau tinggal di tempat Jeo selamanya."

Jeo tertegun. Ada desiran halus yang membuatnya gelisah.

"Gue bukan tempat Lo pulang, Za."

"Walaupun Jeo bukan tempat Fiza pulang. Apa Fiza boleh kembali ke rumah Jeo lagi?" tanya gadis itu berharap.

"Za..."

Jeo menjadi serba salah kalau seperti ini. Ia lemah akan air mata perempuan. Ia tidak ingin menyakiti siapapun termasuk Fiza. Namun, ia juga tidak ingin seakan-akan memberikan harapan pada gadis itu. Jadi, apa yang harus ia lakukan sekarang?

Lelaki itu menarik napas lalu dihembuskan secara perlahan. Matanya bertemu dengan gadis itu dengan tatapan yang dalam.

"Pulang ya."

Suara itu. Tatapan itu. Semuanya membuat seorang Fiza tak bisa berbuat apa-apa selain diam. Ia ingin menolaknya. Tapi itu terlalu sulit. Ia kalah dengan perlakuan lembut lelaki itu. Tidak ada yang harus ia lakukan. Ia hanya bisa diam sekarang.

"Fiz..."

"Iya..." jawabnya dengan tatapan sendu. Ia menunduk. Membuka pintu mobil lalu keluar tanpa mengatakan sepatah kata pun pada laki-laki di belakangnya.

Jeo seakan tak mampu bergerak lebih leluasa ketika melihat air mata gadis itu. Apakah ia sudah membuatnya sedih?

"Pulanglah, kapanpun yang Lo mau."

Kaki Fiza terhenti. Tubuhnya membalik sempurna dan menatap penuh harapan. Apakah ia salah dengar?

Namun, saat lelaki itu duduk dengan tatapan lembut nan damai. Ada rasa bahagia dalam hatinya. Bahkan senyuman itu mengundang senyuman lain di bibirnya.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang