35#

138 34 1
                                    

-----HAPPY READING-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----HAPPY READING-----

     "Pesan apa Pak?"

Bapak-bapak yang duduk dengan santai sontak memandang ke arah gadis mungil itu berada. Dia berpikir sejenak seperti mengingat sesuatu lalu mengatakan apa yang ingin dipesannya.

"Pesan teh manis angetnya satu sama ... nasi gorengnya Nak."

"Nasi goreng apa Pak? Spesial atau biasa aja?" ujar Fiza menyiapkan memori di kepalanya untuk mengingat dengan jelas.

"Biasanya kalo spesial itu mahal ya Nak? Bapak minta yang biasa aja biar murah," ujarnya sambil tersenyum. Fiza menanggapinya dengan sopan.

Dari kejauhan, seorang wanita cantik yang sudah berumur itu terbaring dengan lemahnya di antara tempat kasir yang tak terjamah oleh siapapun kecuali keluarganya.

Bukannya tidak mau melakukan apa-apa. Hanya saja tubuhnya sulit untuk bergerak. Ia pun sebenarnya ingin sekali membantu sang suami dan buah hatinya.

Namun, apalah daya, dia hanya bisa memperhatikan mereka yang ada di kedai dengan saksama. Termasuk gadis mungil yang sudah beberapa minggu ini datang untuk membantu Jeo.

Ia menebak kalau gadis itu menyukai Jeo, anaknya. Tetapi sepertinya anaknya tidak seperti gadis itu yang menyimpan perasaan spesial padanya. Ingin sekali ia mengenal anak itu lebih dalam. Ia hanya tidak ingin kalau gadis itu akan membuat anaknya kesulitan suatu hari nanti.

"Jeo sayang. Kamu capek ya?" Fiza menghampiri kekasihnya itu sambil tersenyum, "sini, biar aku yang bawa." Gadis itu berusaha mengambil alih nampan yang sedang dipegang oleh Jeo.

Jeo tersentak. "Gue aja--"

"Ngga, Fiza aja. Jeo istirahat dulu aja. Oh iya, tadi bapak-bapak yang lagi duduk sambil nyender itu pesan teh manis anget sama nasi goreng biasa aja. Katanya gak mau yang spesial, kemahalan,"

Jeo mengangguk.

"Kayaknya bapak-bapak itu gak punya uang banyak deh hahaha," lanjutnya sambil tertawa.

Jeo memberikan tatapan tajam pada gadis mungil yang mengambil alih nampan yang dipegangnya tadi. "Jangan gitu. Orang juga gak mungkin mampu semua kan?"

Tawa Fiza pudar. Ia seakan tersadar oleh ucapan kekasihnya itu. Benar juga. Lalu ia pun merasa bersalah.

"Iya, Fiza salah. Maapin Fiza ya Jeo," ujarnya seperti anak kecil.

Jeo tersenyum simpul melihat Fiza seperti itu. Menggemaskan seperti anak kecil. Mungkin karena tingkahnya yang masih seperti anak-anak. Ia merasa seperti menasehati adik perempuannya saja.

Dari kejauhan sang mama hanya bisa tersenyum melihat bagaimana sepasang kekasih itu berinteraksi. Senyuman anaknya yang terlihat membuatnya sedikit lega dan tenang. Pancaran kebahagiaan dari gadis mungil itu memberikannya kebahagiaan. Sepertinya ia mulai menyukai anak perempuan itu.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang