6#

238 85 19
                                    

----HAPPY READING----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----HAPPY READING----


  Fiza berjalan sambil menghentakkan kakinya dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak? Apa yang terjadi dengannya hari ini sangat menyebalkan. Ia bertemu dengan seorang perempuan menyebalkan sekaligus disalahkan juga oleh Jeo kesayangannya.

Disuruh meminta maaf oleh Jeo kepada mbak menyebalkan itu adalah keputusan yang tidak tepat. Seharusnya tadi dia ribut saja dengan perempuan itu. Tidak di cafe nya Jeo, tetapi di luar. Akan tetapi, pikirannya sulit dikontrol kalau bertemu dengan Jeo. Apa-apa pasti menuruti keinginan lelaki itu.

Fiza menghembuskan napasnya.
"Ya udahlah, emang udah nasib gue yang sial kali ya hari ini," gumam Fiza dengan wajah kusutnya.

"Lo keberatan?"

Fiza tersentak dengan ucapan seseorang yang sangat tiba-tiba itu. Dan seseorang itu adalah yang dikenalnya.

Fiza membalikkan tubuhnya menghadap ke belakang. Memastikan apa yang ada dipikirannya sekarang itu benar.

"Jeo?"

Ternyata tebakannya benar. Tidak. Bukan sekedar tebakan. Itu memang sudah menjadi takdir hatinya yang selalu mengenal diri Jeo.

Jeo hanya diam saja. Hal itu membuatnya kesal dan menundukkan kepalanya sedih.

"Jeo mau ngapain nyamperin Fiza? Ada yang lupa ya?" tanyanya mencoba untuk tersenyum meskipun hatinya sudah sangat galau saat ini.

"Lo nggak mau jawab pertanyaan gue tadi?"

"Pertanyaan yang mana?"

"Huh."

Jeo menyabarkan dirinya dan mengatakan, "Lo keberatan sama keputusan tadi?"

"Keputusan apa? Minta maaf?" tanyanya dengan wajah berkerut, "nggak kok. Jeo gak perlu khawatir."

"Gue nggak khawatir sama Lo."

Jleb.

Kalimat yang diucapkan oleh Jeo benar-benar meyakitkan. Benarkah demikian? Jadi untuk apa seorang Jeo datang menghampirinya setelah dirinya pergi tiba-tiba tanpa pamit tadi?

"Gue cuma mau mastiin Lo pulang sampai di rumah Lo."

"Jeo khawatir ya sama Fiza?" tanya Fiza dengan raut wajah yang amat bahagia.

Jeo tersentak ketika Fiza memegang lengannya. "Lepasin tangan Lo."

"Nggak mau."

"Fiza, lepasin ya."

"Ih Jeo gimana sih! Fiza moodnya lagi nggak bagus gini. Jeo malah buat mood Fiza jadi ancur."

Alis Jeo bertaut pertanda bingung.

"Jeo nggak peka deh jadi orang. Hibur kek kalo Fiza lagi kesel. Ini malah buat Fiza makin kesel. Tau deh!" 

Fiza melepaskan lengan Jeo dan pergi meninggalkan Jeo tanpa pamit terlebih dahulu padanya. Eh, untuk apa coba pamit kepada lelaki itu?

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang