27#

142 40 1
                                    

----HAPPY READING----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----HAPPY READING----

    Kafe cukup ramai pengunjung hari ini. Jeo sebagai barista, agak kesulitan melayani pelanggan yang ada. Tetapi, entah mengapa ia merasa lega dengan kedatangan gadis mungil di sampingnya. Ia tidak mengerti, mengapa gadis itu mau direpotkan oleh dirinya ini? Bukankah direpotkan seseorang akan membuat ribet saja?

"Ihh Jeoo, kenapa liatin Fiza kayak gitu sih? Fiza jadi malu nihh diliatin Jeo kesayangannya Fiza."

Jeo tersentak dan menghembuskan napasnya. Ia menggeleng pelan. Kembali menatap ke depan. Berusaha fokus seperti sebelumnya.

"Lahh Jeo malah diem aja." Fiza mengerucutkan bibirnya. Kemudian mendengus kesal. "Ditanyain juga ihh," ujarnya sambil menopang kedua tangannya.

Pelanggan yang datang memesan menjadi tersenyum dengan pemandangan di depannya. Apa-apaan ini? Dia menjadi penonton keromantisan orang lain? Begitulah mungkin.

"Mbak, jangan kesal. Cowok memang gak peka orangnya," ucap pelanggan yang berpenampilan rapih dan tentunya menarik.

Fiza melirik dari atas ke bawah. Ada sedikit kejanggalan pada dirinya. Dia mau membuat Jeonya melirik dirinya? Tidak mungkin!

"Dih, benar juga lu," tukasnya mencoba untuk sabar. Ia tidak mau kelihatan tidak menarik karena kelabilannya.

Fiza menyambut senyuman perempuan yang berbicara dengannya tadi. Bukannya apa-apa ya. Hanya untuk pencitraan saja. Sekaligus tidak mau membuat Jeonya kerepotan dengan tingkah lakunya. Untuk saat ini, ia harus sabar. Kalau sabar, kecantikannya tidak akan memudar.

"Mau pesan apa mbak?" Jeo mengeluarkan suara. Perempuan itu tersenyum sambil menyebut kopi pesanannya. Setelah itu dia duduk untuk menunggu pesanannya.

Dia menatap Jeo dengan tatapan selidik. "Jeo?"

Jeo sedang memeriksa persediaan bahan untuk kafenya. Masih cukup. Tak menunggu lama. Kopi pesanan  perempuan yang sedang memainkan handphone nya telah selesai dibuat. Ia menoleh saat sang barista yang cukup ramah memanggilnya.

"Ini mbak, kopinya." Perempuan tersebut mengambil gelas yang cukup besar di tangannya sambil mengangguk. Membayarnya dan Fiza terus melihat gerak gerik perempuan itu dengan tatapan tajam.

"Permisi, Mas. Kalo boleh tau ini usaha milik siapa ya?" tanya perempuan itu tiba-tiba, membuat Fiza mendengus kesal serasa ingin membantai perempuan sok baik itu. Tetapi, Jeo menghadangnya dengan merentangkan tangan kirinya sehingga keningnya terbentur.

Nih ya, Jeo itu paling malas kalau ada orang yang memberikan pertanyaan seperti perempuan barusan. Ya, ia malas, bukan tidak suka. Tetapi bukan berarti ia suka juga ya. Intinya begitu deh. Akan tetapi, sebaiknya ia tidak perlu memikirkan hal tersebut karena perempuan di depannya tidak tahu apa-apa.

"Milik keluarga saya."

Yups, lebih baik ia menjawab seperti itu, bukan?

Perempuan itu mengangguk mengerti.
"Wah, berarti punya masnya juga dong?"
Matanya memancarkan aura penasaran yang membuat Fiza ingin mencakar-cakar wajahnya.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang