10#

223 73 5
                                    

----HAPPY READING----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----HAPPY READING----


  Respon Jeo terhadap kedatangan seseorang yang membuat mood Fiza menjadi buruk itu cukup membuatnya terpuruk. Apalagi wajah kagetnya terbilang biasa saja, seolah mengetahui keberadaan sosok ketua kelas yang menghilang dari sekolah setelah bertahun-tahun lamanya. Hal itu membuat Fiza bertambah curiga pada hubungan antara mereka berdua.

"Jeo," panggil Fiza.

Jeo tampak malas menyahutinya. Wajahnya berubah menjadi datar ketika melihatnya. "Apa?"

"Jangan deket-deket sama ketua kelas nyebelin ini!" ucapnya sebal. Ekspresinya sekarang menjadi cemberut.

Ketua kelas itu memandang pada Fiza. Tidak. Mantan ketua kelas lebih tepatnya.

"Lo yakin manggil gue ketua kelas?" celetuknya dengan wajah yang sulit diartikan.

Fiza mendelik kesal. Apa-apaan ketua kelas menyebalkan itu. Sok sekali. Iya yakin pasti ketua kelas sedang mengerjainya. Dia kan licik dan sombong sekali.

"Apa Lo ketua kelas!"

"Inget ya, gue bukan ketua kelas lagi."

"Iya deh, tapi bagi gue Lo itu tetep aja ketua kelas yang paling nyebelin di muka bumi ini!" jelas Fiza sambil menunjuk.

Ketua kelas itu tertawa kecil.
"Gue ada buat kesalahan apa sama Lo?"

Fiza mendengus kesal. Diangkatnya kedua tangannya di depan dada dan menyilangnya. "Banyak!"

"Seingat gue gak pernah ada masalah sama Lo."

"Lo apa-apaan, hah?" kesal Fiza. Ia mendorong dada ketua kelas itu dengan kekuatan penuh.

Ketua kelas itu sedikit terhuyung. Kekuatan penuh yang diberikan oleh Fiza ternyata memberikan efek padanya. Sungguh tidak menyangka. Patut diacungi jempol.

Jeo terkejut. Matanya melebar langsung menghentikan apa yang baru saja dilakukan oleh gadis itu pada sang ketua kelas.

"Lo kenapa, hah?" ujar Jeo terdengar marah.

Jeo menatap ke samping. "Sorry. Fiza emang agak aneh hari ini. Lo gak kenapa-kenapa kan, Teb?"

Tebran mengangguk. "Gue baik."

Jeo menghela napas lega. Untunglah Tebran tidak masalah dengan perlakuan Fiza barusan.

"Jeo! Jeo kenapa sih khawatir sama dia?  Kan disini seharusnya yang dikhawatirin itu Fiza!" marah Fiza.

Jeo menoleh dengan tatapan tajam.
"Lo malah seneng nyalahin orang ya?" ujarnya dingin.

"Yang salah itu dia, bukan Fiza, Jeo!" sungut Fiza.

Mata gadis mungil itu memerah menandakan kemarahan yang mulai memuncak dan kini sedang dilampiaskan kepada lawan bicaranya.

"Gak usah nyalahin orang. Lo juga belum tentu bener." Jeo menatap ke bawah, "udahlah, Lo ke mobil aja. Tar gue nyusul."

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang