48#

138 39 3
                                    

-----HAPPY READING-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----HAPPY READING-----

      Tisha memandang tubuh mamanya yang terkulai lemas di ranjang. Tatapannya terasa kosong, tapi air matanya tidak henti menetes. Setelah keluar dari ruangan dan meninggalkan sang ibunda bersama dengan papahnya.  Sejujurnya dia memiliki firasat yang tidak baik. Tapi dia mengenyahkan pikiran seperti itu dari dalam kepalanya. Ia tidak ingin berpikiran buruk tentang mamanya.

Namun setelah tanpa suara, Tisha sadar kalau mamanya telah tiada. Ia merasa menyesal.

Theron yang masih berada di sana, tepatnya di samping gadis manis, putri kesayangannya, Tisha -- hanya bisa menatap dengan tatapan sendu. Yang paling merasa kehilangan bukanlah dirinya, melainkan Tisha. Anak perempuannya sekarang telah kehilangan orang tua yang melahirkannya.

Ceklek!

Pintu terbuka, menampakkan sosok laki-laki muda yang umurnya beberapa lebih tua dari Tisha. Dia berjalan dengan pelan. Matanya seolah mencari informasi dari apa yang dilihatnya sekarang. Siapa pria paruh baya di hadapannya sekarang?

"Tisha..." Laki-laki itu mengabaikannya dan mendekap tubuh kekasihnya. Bergerak pelan menuju puncak kepalanya kemudian mengelusnya dengan penuh kasih.

Tisha langsung tersentak. Meskipun pandangannya belum lepas dari tubuh mamanya yang sudah tak bernyawa.

"Tisha sayang ... lebih baik kita keluar terlebih dahulu ya. Kata dokter, mama kamu mau dimandiin dulu."

Tak ada penolakan. Tisha merespon ucapannya dengan menganggukkan kepalanya. Mereka pun mulai beranjak meninggalkan ruangan dengan langkah yang pelan. Sementara itu, Theron hanya bisa memperhatikan interaksi anaknya dengan seorang laki-laki yang mungkin saja kekasihnya? Kemudian ia pun menyusul keluar untuk mencari udara segar.

-----

Diam-diam seorang Fiza ke rumah sakit untuk melihat keadaan mama Tisha yang masih terbaring di hospital bed dengan wajah yang pucat. Masih teringat di benaknya tentang pembicaraan antara ibu dan anak kemarin di ruang inapnya Kanzia.

Kakinya yang sebentar lagi sampai di depan ruang VIP nomor 67 langsung terhenti saat melihat ada sosok anak Kanzia yang tampaknya sedang meneteskan air mata disana.

Matanya langsung memicing saat melihat ke kiri. Dimana disana ada sosok pria paruh baya yang wajahnya terlihat sedih. Tak lupa juga dengan keberadaan Damar yang terlihat sedang menenangkan kekasihnya, Tisha.

Mengingat Damar, entah mengapa dia menjadi kesal begini. Tapi bukan itu yang menjadi masalahnya sekarang. Mereka sedang apa di luar? Mengapa wajah mereka tidak terlihat sedang bahagia? Apakah ada sebuah kabar buruk? Tetapi apa?

"Tisha, papah urus biaya administrasi mamamu dulu ya, Nak." Theron bersuara tanpa dihiraukan oleh sang anak. Tampaknya Tisha benar-benar syok karena baru saja kehilangan mamanya.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang