54#

145 50 9
                                    


Jangan lupa setel lagu yang ada di playlist ya yang ke-5😉

Jangan lupa setel lagu yang ada di playlist ya yang ke-5😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

           -----HAPPY READING-----

   Ini sudah hari keempat Fiza dan Jeo berpacaran. Fiza yang kepalanya masih diperban saat mereka jadian kini sudah melepaskannya. Sejujurnya memakai perban di kepala membuatnya sedikit pusing dan tidak estetik. Tapi karena darahnya belum kering, jadi terpaksa harus ikhlas menerimanya.

Fiza memakan es krimnya sambil berjalan dengan riang. Kadang-kadang dia sedikit melompat hanya karena suasana hatinya sedang senang-senangnya. Kakinya berhenti bergerak saat matanya melihat seorang gadis tersungkur di lantai. Entah karena apa, Fiza juga tidak tahu. Tapi Fiza sangat mengenal Tisha, gadis itu cukup ceroboh.

Fiza melewatinya dengan cuek. Tisha lagi-lagi terjatuh karena didorong seseorang. Matanya melebar dan langsung mendorong tulang belikatnya. Ya, perempuan yang pernah dia bantai sebelumnya kembali membully Tisha. Fiza tidak tahu mengapa mereka berbuat seperti itu pada sahabatnya.

Sahabatnya? Tentu saja. Meskipun dia jengkel pada gadis itu, Tisha tetap sahabatnya. Walau dia tidak tahu Tisha masih mau menganggapnya atau tidak. Tapi dengan sifat Tisha yang pemaaf. Fiza yakin dirinya masih dianggap sahabat.

Fiza membuang bungkusan es krimnya secara asal.

"Mau apa lagi Lo hah?"

Perempuan itu membalikkan badannya dan tertegun saat melihat Fiza menampilkan smirknya.

"Gak capek Lo gangguin dia terus? Lo mau gue bantai lagi kayak kemarin?" ketus Fiza dengan wajah garangnya.

"J-jangan sok deh Lo! Kemarin gue cuma..."

"Cuma apa? Lo aja gugup begitu!" Fiza tertawa sesudahnya.

"Arghh, awas Lo ya jalang! Dasar bocah jalang!" ujarnya lalu pergi dengan lari yang terbirit-birit disusul oleh rekannya yang lain.

Fiza mengumpat saat dikatai seperti itu oleh perempuan yang membully Tisha. Dasar senior bitch! Apa-apaan dia mengatainya bocah jalang?! Apa dia sudah gila? Yang benar saja! Tidak tahu diri memang.

Mendengar dengusan kasar dari Fiza membuat Tisha berusaha untuk membuat kontak mata. "Fiza..."

Fiza sedikit terkejut ketika lengannya disentuh. "Apa?" jawabnya dengan ketus. Tanpa melihat sang empu.

"Terima kasih sudah membantu Tisha."

"Gue bukan bantuin Lo. Senior gila itu aja yang nyebelin."

"Tapi aku terbantu karena kamu mau membela aku."

"Gue bukan belain Lo--"

"Iya, tapi Tisha tetap berterima kasih sama Fiza," potongnya dengan suara yang lembut.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang