[9] Can I Back, Unnie?

2.5K 245 6
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Lalice berada di halaman belakang mansion milik keluarga Kim yang berada di pulau Jeju itu.

Setelah paksaan dari Jisoo dan Rosé untuk tetap tinggal, akhirnya Lalice memutuskan untuk menginap di mansion itu.

Ketika sedang memandangi kolam ikan yang berada dihalaman belakang mansion tiba-tiba ada seseorang yang datang dan duduk disampingnya.

Orang itu adalah Jennie. Jujur saja walaupun dia sudah akrab kembali dengan Jisoo dan Rosé berbeda dengan Jennie, sedari perayaan ulang tahun Rosé, keduanya belum berbicara satu sama lain.

Lalice sangat ingin berbicara dan meminta maaf padanya namun karena tahu dengan sifat Jennie, Lalice mengurungkan niatnya karena tidak ingin merusak ulang tahun Rosé.

"Apa kau tidak kedinginan berada disini?"
Jennie berujar sambil ikut memandangi kolam didepan mereka.

"T-tidak Miss, saya tidak bisa tidur jadi saya ingin mencari udara segar disini." Lalice sedikit takut dengan Jennie tapi dilubuk hatinya yang paling dalam dia bahagia karena secara tidak langsung, Jennie mengkhawatirkan nya.

"Aku minta maaf untuk kejadian seminggu yang lalu. Jujur aku sangat takut kehilangan keluargaku." Ujar Jennie sambil menghela nafas nya pelan.

"Tidak Miss itu bukan salahmu, aku tahu kau mengkhawatirkan kakakmu. Jika aku berada diposisimu mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama."

Jennie yang mendengar hal itu tersenyum, dan mengucapkan terimakasih karena sudah memahami situasi saat itu.

Keadaan kembali hening, dua manusia itu sama-sama sibuk dengan dunianya.
Sebenarnya Jennie hanya melamun menatap ikan-ikan di kolam sambil mencari topik untuk berbicara dengan gadis disampingnya. Entah kenapa Jennie sangat ingin mengenal Lalice lebih dekat."

"Bisakah kau menerima permintaan ku waktu itu untuk memanggilku unnie? Mungkin sikapku memang tidak pantas mendapatkan julukan tersebut tapi....."

"Unnie." Lalice tidak sadar telah memotong perkataan Jennie dan reflek memeluk gadis disampingnya namun setelah sadar dia langsung melepaskan pelukannya berdiri dari tempat nya.

"Ah maaf unnie aku tidak bermaksud untuk melakukan itu." Setelah membungkuk pada Jennie dia lalu pergi dari tempatnya sambil merutuki kelakuan bodohnya yang tiba-tiba.

Jennie yang melihat tingkah Lalice hanya tersenyum tipis
"Entah kenapa walaupun dia bukan keluargaku aku merasa nyaman saat dia memelukku."



















Suasana pagi sangat mendung dan sepertinya hari ini akan turun hujan. Udara diluar sangat dingin membuat Rosé masih enggan untuk bangun. Semalam dirinya tiba-tiba mendatangi kamar Lalice dan ingin tidur bersama gadis itu. Lalice yang baru masuk setelah bertemu Jennie merasa terkejut melihat Rosé yang sudah berada dikamar tempat dia menginap.

Ketika membuka mata Lalice tersenyum melihat gadis blonde disampingnya yang masih tertidur.
"Aku merindukan mu unnie." Ujar Lalice dalam hati.

Setelah puas memandangi wajah Rosé akhirnya Lalice memutuskan untuk membangunkan gadis itu.

"Unnie bangun ini sudah pagi." Lalice mencoba membangunkan gadis blonde itu dengan menarik selimut yang dipakainya.

"YA ini sangat dingin unnie aku masih mengantuk." Rosé lupa jika dia sedang tidur dengan Lalice.

"Unnie! Aku bukan kakakmu cepat buka matamu."

Merasa ada yang salah Rosé membuka matanya dan setelah mengumpulkan nyawanya dia baru sadar jika semalam tidur bersama Lalice.

You'll Never Know Unless You Walk in My ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang