[3] She Know

2.8K 293 2
                                    

Setelah menunggu selama setengah jam akhirnya seorang wanita masuk kedalam ruangan meeting itu.

"Maaf saya sedikit terlambat, tadi ada sedikit masalah yang harus saya selesaikan." Ujar wanita itu.

"Tidak apa Miss senang bisa bertemu dengan anda." Balas Mr. Marco terhadap wanita dihadapannya.

"Saya Jennie Kim, CEO di perusahaan ini. Dan saat ini saya disini untuk mewakili kakak saya Jisoo Kim selaku direktur perusahaan ini yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Jepang."

Deg.... Deggg... Jantung Lalice tidak bisa berdetak dengan normal, wajah itu dia tidak pernah bisa melupakannya. Mata kucingnya yang tajam mampu menembus kedalam diri Lalice. Kata-kata yang dia terima dua puluh tahun yang lalu kembali berputar diotaknya.

"Kau yang membuat Eomma dan Appa pergi, aku sangat membencimu. Jadi kuharap kau tidak datang kehadapanku, Chaeng dan unnie Chu lagi!"
Entah mengapa suara itu kembali terngiang-ngiang dipikirannya.

Dia Jennie Kim, kakak keduanya yang telah membuang dirinya dua puluh tahun yang lalu. Entah kebetulan atau memang takdir, kali ini dia harus bertemu lagi dengannya.

"Kenapa harus dia? Disaat dia tidak ingin melihat wajahku lagi mengapa semesta malah mempertemukanku padanya?"

Mengabaikan perasaan gugupnya dia mencoba untuk bersikap profesional.

Setelah memperkenalkan diri Jennie menatap wajah seseorang yang terlihat sangat gugup disamping Mr. Marco.
Merasa anaknya diperhatikan dia lantas berbicara...

"Perkenalkan Miss ini anak saya Lalice Manoban, dia yang akan bertanggungjawab atas kerjasama antara perusahaan kita. Dan disampingnya itu adalah Bambam salah satu karyawan saya di Manoban Industry."

Mereka berdua membungkuk hormat pada Jennie.

"Baiklah mari kita mulai meeting hari ini."















Setelah tanda tangan kontrak antara kedua belah pihak akhirnya meeting pun berakhir.

"Saya cukupkan sampai disini untuk meeting hari ini. Dan untuk anda Lalice ssi, saya harap kita bisa bekerjasama untuk beberapa minggu kedepan."

"Baik Miss Jen."

"Dan untuk anda.."
tunjuk Jennie pada Bambam
"anda bisa menjadi asisten pribadi Lalice ssi selama bekerja di kantor ini.

"Nde Miss, saya akan melakukan yang terbaik." Ujar Bambam pada Jennie.
Setelah itu Jennie keluar dari ruang itu.

"Sayang Daddy harap kamu bisa menjalankan kerjasama ini dengan baik, maaf Daddy harus berangkat ke Thailand setelah ini. Dan Bambam tolong antar saya ke bandara karena pesawat akan terbang satu jam lagi."

"Ne dad"
"Baik, Mr. Marco"
Mr.Marco dan Bambam keluar dari ruangan itu.

"Apakah kau tidak mengenaliku unnie?"












Hari sudah menunjukkan pukul delapan malam dan Lalice sudah kembali ke hotelnya. Sekarang dia sedang duduk di balkon kamar hotelnya sambil memandang keindahan kota Seoul dimalam hari.

"Apakah kau sudah melupakanku unnie?"
"Apakah rasa bencimu padaku sangat lah besar sehingga kau tidak mengenaliku lagi?"
Lalice berbicara dengan dirinya sendiri sambil menyesap teh hangat yang ada di tangannya.

Kejadian dua puluh tahun yang lalu berputar dikepalanya bak kaset rusak.

"Sekarang aku paham jika kau benar-benar membenciku dan tidak mengenaliku. Maka dari itu biarlah kerjasama ini tetap berjalan tanpa kau mengetahui identitasku yang sebenarnya karena jika itu terjadi pasti kerjasama antar perusahaan ini akan gagal dan aku akan mengecewakan Daddy."

You'll Never Know Unless You Walk in My ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang