[15] Why You Hate Me?

2.2K 243 21
                                    

Lalice sedang menikmati angin malam di balkon kamar hotel nya. Dua gadis lainnya sudah tertidur setelah kekenyangan karena menghabiskan seluruh hidangan yang disajikan oleh pihak hotel.

Sepertinya melihat pemandangan kota Seoul dimalam hari dari balkon sudah menjadi hobi Lalice sejak dirinya berada di Korea.

Tentu saja dirinya juga sedang memikirkan suatu hal yang tidak lain adalah kemarahan Jennie sejak semalam.

"Bagaimana aku mengungkapkan diriku yang sebenarnya jika melihat foto masa kecil kita saja dia sudah sangat marah."

Lalice terus bergumam dalam hati dan sesekali dirinya merasa sakit hati atas perkataan Jennie.

"Pembunuh? aku pembunuh eomma dan appa?"

"Siapa yang bilang kau pembunuh?" Seorang gadis dengan piyama tidurnya tiba-tiba keluar dari kamar dan menghampiri Lalice di balkon.

"Unnie? Kupikir kau sudah tidur."
Lalice menggeser duduknya agar orang dihadapannya bisa ikut duduk.

"Aku sudah tertidur tetapi perutku terasa sakit, jadi aku terbangun. Tapi tenang sekarang sudah berkurang."

Lalice hanya menggelengkan kepalanya melihat gadis disamping nya.

"Apa yang kau bicarakan? Apa ada yang mengatakan sesuatu padamu?"
Hyeri menatap Lalice yang sedang melamun.

"Apa unnie tahu jika Rosé unnie dan Jennie unnie bertengkar?"

"Tidak, dia tidak bercerita apapun tentang Jennie unnie. Tapi aku sudah menduga bahwa terjadi sesuatu karena tidak biasanya Chaeng mengadakan perayaan ataupun pesta diluar mansion nya. Apa yang terjadi sebenarnya?
Hyeri semakin penasaran karena, tidak biasa sahabatnya itu seperti ini. Biasanya gadis itu memilih mengalah dan berdamai jika sedang bertengkar.

"Semalam Jennie unnie melihat foto masa kecil kita berempat di ruang kerjanya. Dan ternyata Rosé unnie yang meletakkan foto itu. Dia marah besar sampai membanting foto tersebut."

Lalice menceritakan segalanya pada Hyeri dan juga pertengkaran tadi pagi yang membuat Lalice merasa sakit hati dengan perkataan Jennie.

"Astaga bagaimana bisa Jennie unnie berkata seperti itu. Aku saja merasa sakit hati, apalagi kau dan Chaeng!"

Hyeri saja bisa memahami dirinya. Bagaimana bisa kakaknya sendiri malah membuatnya sakit hati?!

"Aku semakin takut untuk mengatakan yang sebenarnya, apalagi Jennie unnie sepertinya tidak akan pernah bisa menerima diriku lagi."
Lalice menghela nafasnya, dia semakin yakin untuk tetap diam.

"Jangan seperti itu, apa kau tidak kasihan kepada Chaeng? Lihatlah betapa dia sangat menyayangi dirimu dan berharap jika Lisa nya kembali."
Hyeri berfikir sejenak untuk mencari solusi atas permasalahan yang terjadi.

"Bagaimana jika kau katakan terlebih dahulu pada Chaeng? Aku yakin dia bisa membantumu mengatakan kepada dua unnie lainnya."

Sepertinya itu bukan ide yang buruk, tapi bagaimana Lalice harus mengatakan nya?

"Tenang saja aku akan membantumu, Chaeng itu baik, tidak seperti Jennie unnie. Aku yakin dia pasti akan memahami dirimu dan yang pasti dia akan senang karena keinginan nya terwujud."

"Ne unnie, aku akan mencoba nya."

























"Mereka tidak kembali? Apa kau sudah menghubungi Chaeng?"
Jisoo bertanya kepada Jennie yang sedang sibuk melamun di ruang keluarga.

"Tidak, aku belum berbicara dengan Chaeng setelah dia pergi tadi pagi."
Jennie terlihat tidak bisa saja, seperti ada yang dia pikirkan.

"Apa ada masalah denganmu dan adikmu itu? Tidak biasanya kau seperti ini?"
Jennie memang kakak yang selalu menanyakan keberadaan adiknya namun sekarang dia bahkan tidak menghubungi adiknya itu.

You'll Never Know Unless You Walk in My ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang