[5] Sweet and Hurt

2.5K 253 8
                                    

"Ya tupai... tangkap aku jika kau bisa."

"Awas kau unnie jika berhasil kutangkap jatah chikkin mu nanti malam menjadi milikku!"

Lalice sedang duduk diatas pasir putih sambil memandangi dua kakak adik yang sedang berlarian ditepi pantai.

"Mengapa kau tak ikut mereka bermain air?"

Lalice yang sedang menikmati pemandangan itu dikejutkan oleh gadis bermata kucing yang sudah duduk disampingnya.

"Emm saya hanya ingin melihat pemandangan air dari sini Miss."
Lalice trauma dengan segala hal yang berbau danau atau laut tapi dia tetap suka mengunjungi tempat-tempat tersebut hanya sekedar untuk melihat pemandangan dari jauh.

"Lalice."
"Miss Jen."
Mereka memanggil satu sama lain secara bersamaan.

Karena suasana kembali hening Lalice memberanikan diri untuk bertanya. "Mengapa Miss Jen juga tidak ikut bermain bersama mereka?

Jennie menghela nafas lalu menjawab "Aku tidak suka dengan tempat-tempat yang berbau air seperti danau dan pantai."

Hati Lalice sedikit teriris mendengar ucapan Jennie. Tentu saja dia tau alasan mengapa Jennie tidak menyukai hal itu.

"Mengapa Miss? Bukankah tempat seperti ini sangat menenangkan dan pemandangan nya juga indah?"

Bukannya menjawab Jennie malah melamun dengan pikiran entah kemana.

"Lalice...."

Setelah berhenti melamun Jennie memanggil orang disampingnya.

"Nde Miss?"

"Aish bisakah kau tidak memanggil ku seperti itu? Setidaknya bersikaplah biasa saja jika berada diluar pekerjaan. Panggilah aku seperti kau memanggil kedua gadis aneh itu!"

Entah apa yang ada di otak Jennie. Dia hanya ingin dipanggil unnie juga oleh Lalice dan itu sangat langka. Kalian harus mencatat kejadian ini dalam buku sejarah.

Lalice yang mendengar pernyataan Jennie hampir saja menjatuhkan ponsel yang ada di genggaman nya karena sedari tadi diam diam dia mengabadikan foto Jisoo dan Rosé yang sedang berlarian bak anak kecil.

"Emm tak apakah jika aku memanggilmu unnie?"
Lalice takut menatap orang disampingnya dan dia berkata sambil membolak-balik kan ponsel ditangannya.

"Memangnya kenapa? Apa kau takut memanggilku dengan sebutan itu?"

Lalice hanya tersenyum canggung mendengar pertanyaan yang dilontarkan gadis bermata kucing disampingnya itu.

"Apakah aku se menyeramkan itu hingga semua orang takut padaku?"
Jennie hanya bergumam lirih dengan wajah kesalnya namun masih bisa terdengar oleh Lalice.

Memang benar, tak hanya Lalice. Semua orang yang berhadapan dengan Jennie akan menunduk takut. Hanya dengan tatapan kucing tajamnya saja semua orang akan bergidik ngeri. Apalagi jika Jennie mengeluarkan kata-kata mutiara dari mulutnya. Mungkin lawan bicaranya akan kena mental.

Jennie tak pernah peduli dan tak ingin dekat dengan orang asing. Menurutnya orang asing hanya akan menyakiti atau memanfaatkan dirinya.

Namun lagi-lagi entah apa yang ada di otak mungiel nya sehingga dia mau dekat dengan Lalice yang statusnya saat ini adalah orang asing.

Begitu pula Lalice dia masih tidak bisa berbicara santai dengan Jennie padahal dia bisa sangat akrab dengan Jisoo dan Rosé walaupun baru bertemu dua hari.

"Jennie unnie aku lapar." Ketika keadaan antara Lalice dan Jennie sedang hening tiba-tiba Rosé menghampiri mereka dengan wajah lesu nya.

"Aigoo, manusia tupai ini cepat sekali merasa lapar. Mendengar ejekan Jennie, Rosé malah menjatuhkan dirinya dihadapan Jennie lalu menarik Jennie dalam dekapannya.

You'll Never Know Unless You Walk in My ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang