[12] Rosé's Angry

2.3K 221 4
                                    

Sekarang sudah pukul delapan malam, Lalice berada di mobil taksi menuju mansion milik keluarga Kim. Karena kelelahan mengemasi barang-barang nya dia malah tertidur dan baru bangun. Dia tergesa-gesa sampai tidak sempat mandi. Dia harus segera sampai di mansion itu, jika tidak pasti Rosé akan marah.

Di dalam mansion Rosé mondar-mandir sambil menatap ponselnya. Dia sudah ribuan kali menelpon seseorang dan sekarang ada pesan masuk ke ponselnya.

Lalice🐣
Aku sedang menuju mansion mu unnie, maaf sedikit terlambat.

"sedikit dia bilang? Ini sudah satu jam lebih astaga!"
Entah kenapa Rosé jadi marah-marah sendiri hingga tidak sadar jika Jennie dan Jisoo sudah kembali dari kantor.

"Kau ini kenapa chaeng? Apa ada masalah?" Jennie menghampiri adiknya yang terlihat kesal. Namun tidak dengan Jisoo yang langsung menuju ruang makan untuk menaruh chikkin yang dia beli di perjalanan tadi.

"Unnie, apa kau tau jika asisten Lalice kembali ke Thailand?" Rosé bertanya kepada Jennie namun Jennie hanya menggeleng.

"Bam-bam maksudmu? Tadi dia menelpon ke kantor untuk ijin pulang, sepertinya dia terburu-buru." Jisoo menghampiri keduanya yang sedang duduk di ruang keluarga mereka.

"Jadi kau marah karena dia pulang ke Thailand? Apa kau menyukainya?" Jennie mengangkat alis dan bertanya penuh selidik pada adiknya.

"Astaga unnie, bukan seperti itu! Kau tau? Lalice tidak memiliki teman di hotel dan tadi aku menyuruhnya kemari jam 7. Tapi sekarang sudah lewat satu jam lebih dan anak itu belum muncul." Ujar Rosé kesal pada kedua kakaknya.

"Jadi kau marah-marah hanya karena Lalice belum kemari? Apa kau sudah menelpon nya? Jisoo kini hendak mengambil ponsel untuk menelpon Lalice namun Rosé berkata jika dia sudah dalam perjalanan.

"Unnie, bolehkan jika dia tinggal disini? Aku tidak tega melihatnya berada di hotel sendirian. Dia sudah kuanggap seperti adikku sendiri."
Dia seketika berhenti berkata setelah mengucapkan kata adik. Begitupun dengan kedua kakaknya yang hanya diam sambil memikirkan sesuatu tanpa ekspresi.

Rosé menyesal telah mengatakan itu. Sudah pasti hal itu akan mengingatkan kedua kakaknya kepada Lisa. Adik mereka yang entah dimana keberadaan nya.

"Maksudku dia adalah sahabatku jadi aku tidak ingin dia kesepian."

"Tidak masalah chaeng, lagipula aku sudah berjanji pada ayahnya untuk menjaganya. Bagaimana Jen?"
Mata mereka mengarah pada Jennie, walaupun mereka sudah pernah tinggal bersama Lalice. Tetap saja Jennie adalah tipikal orang yang tidak nyaman dengan keberadaan orang asing. Terlebih Lalice akan lama berada di mansion itu sampai kontrak kerja mereka berakhir.

"Aku juga tidak masalah, lagipula aku juga sudah cukup dekat dengannya." Bangga Jennie, dia mengingat waktu Lalice memeluknya waktu itu. Dan dia merasa sudah dekat dengan Lalice sejak itu. Tapi tidak dengan Lalice yang masih sedikit canggung dengannya, apalagi setelah kejadian dia memeluk Jennie secara reflek.

"Baiklah aku akan mandi dan nanti setelah Lalice datang kita akan makan malam. Aku sudah membeli chikkin diperjalanan pulang tadi." Jisoo beranjak dari duduknya diikuti Jennie yang juga akan membersihkan dirinya.












Tak lama kemudian ada suara mobil masuk kedalam halaman mansion, Rosé beranjak menuju pintu keluar karena dia yakin jika itu pasti orang yang ditunggu nya sedari satu jam yang lalu.

Dan benar, setelah membuka pintu dia melihat Lalice membawa dua koper ditangannya sedang berjalan menuju kearah dirinya berada.

"Ya! Kenapa kau terlambat dan tidak mengangkat telponku?!"
Belum sampai dihadapan Rosé, Lalice sudah mendapatkan teriakan dari gadis itu.

You'll Never Know Unless You Walk in My ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang