Part 42 : Tragis

23 2 13
                                    

Part 42 : Tragis

Suasana di rumah megah nan mewah berlantai tiga itu, melebihi acara penerimaan piala oscar, semua tamu undangan yang hadir adalah orang-orang kalangan berduit, kaum pemilik puluhan black card bahkan mungkin ratusan, sedang beradu kekuasaan, melalui wanita-wanita cantik yang mereka miliki, pakaian-pakaian mewah berkelas dari bahan sutra dengan hiasan bulu-bulu panjang lembut bergelayut manja pada leher wanita berparas bidadari, dengan dempul setebal dua senti.

Belum lagi topi yang mereka kenakan dengan diameter yang cukup lebar, lebih cocok jika digunakan sebagai tudung saji, membuat Arsalan menaikkan sebelah alisnya, kemudian ia pun menggeleng perlahan, apa mereka tidak merasa risih dengan pakaian yang mencetak lekuk tubuh dengan jelas, dan hampir telanjang, ditambah aksesoris yang sangat merepotkan seperti itu?-pikirnya.

Suara tawa dan candaan yang mereka lontarkan satu sama lain, serta senyum kepalsuan yang mereka tebarkan, sungguh sangat sempurna membalut topeng iblis yang mereka kenakan.

Ini lebih patut disebut sebagai panggung drama kehidupan yang sesungguhnya, semua terlihat sangat indah, mengagumkan dan sempurna, canda, tawa, serta senyum manis penuh drama pun ditebarkan, namun jika ditilik ke dalam relung sanubari mereka masing-masing, sungguh jeritan hati mereka sedang melakukan umpatan caci maki, cebikkan bibir, dan cemooh yang tidak berujung.

Sungguh sangat menyedihkan, bukan?

Ekor mata cowok tampan itu, sedang menjelajah ke seluruh sudut ruangan, Paman Jose benar-benar menepati janjinya untuk mengirim beberapa anak buahnya yang sudah terlatih untuk menjaganya, walaupun Arsalan sudah berusaha meyakinkan Paman Jose, bahwa ia sanggup menjaga dirinya sendiri, tetapi kekhawatiran Paman Jose sangat mirip dengan almarhum Papanya.

Entahlah ... mereka sekilas seperti saudara kembar, karakter mereka yang keras kepala dan penuh tanggung jawab, sangat mirip sekali.

Para pengawal berbaur menyamar menjadi tamu undangan, sangat sulit mengenali keberadaan mereka, jika tidak mengetahui tanda berupa jam tangan kecil hitam metalik yang sering mereka gunakan pada tangan sebelah kiri, yang bisa digunakan sebagai alat komunikasi sekaligus alat pelacak.

Tidak jauh dari tempat ia berada, Lila sedang melambaikan tangan dan tersenyum pada dirinya, sementara Arsalan hanya memandang gadis itu dengan tatapan datar, ia bukan tipe orang yang suka berpura-pura.

Lila memang cantik, namun apalah daya, karena seluruh cintanya hanya tertuju pada Maheswari Gayatri, gadis berkulit coklat eksotis dan memiliki senyum yang manis.

Am sorry and i miss u ... cutie pie.

Arsalan menarik nafasnya berat, serasa beban seluruh dunia berada dipundaknya, bahu tegapnya pun sesekali melorot, jika mengingat bahwa dirinya sedang merindukan gadis yang menjadi pujaan hatinya itu, ia sangat ingin segera keluar dari ruangan yang penuh dengan kebisingan dan hirup pikuk ini, berada di dalam pelukan calon istrinya-Meheswari, rasanya jauh lebih membahagiakannya dan tidak bisa tergantikan oleh apapun.

Sementara itu dari arah kiri Peter memandang Arsalan dengan tatapan membunuh, namun ia tidak gentar sedikit pun terhadap cowok berkulit pucat itu, mata elangnya membalas dengan tatapan lebih mematikan.

Akhirnya acara yang dinantikan pun segera tiba, master of ceremony bercuap-cuap membacakan susunan acara, tatapan para tamu pun beralih ke arah sumber suara, tamu undangan yang hadir benar-benar membludak, ribuan orang hadir untuk mengikuti acara pernikahan anak satu-satunya dari seorang mafia kelas kakap dunia.

Anak buah dari Paman Jose, mulai mendekat ke arah Arsalan, membentuk formasi lingkaran, untuk melindungi cowok tampan itu, tentu saja hanya Arsalan yang mengetahui identitas mereka, sementara di sudut panggung sudah ada orang yang bertugas memberikan kejutan pada Lila dan Peter.

Arsalan My Everest (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang