°°°
Arsalan tiba di sekolah pukul 06.15 WIB. Sebelum masuk ke dalam sekolah. Ia singgah sebentar di warung kecil, yang menempel pada dinding sekolah. Milik Mas Joko.
Ia pun duduk pada kursi kayu panjang yang berhadapan dengan sebuah meja dengan ukuran sama panjang dengan kursi dan mengeluarkan sebatang rokok. Kemudian menyelipkan diantara bibir nya. Menyalakan rokok nya dengan pemantik dan menghisap nya dalam-dalam. Kemudian menghembuskan nya perlahan ke udara.
"Bang Arsalan gak sarapan? Tanya Joko si pemilik warung.
"Enggak Mas. Udah sarapan di rumah. Di masakin Ibu," jawab nya santai.
"Minum aja kalau gitu Bang. Teh manis atau kopi?" Tanya nya lagi.
"Teh manis aja deh Mas. Anget ya Mas. Jangan panas. Takut keburu bel masuk. Nanti gak ke minum," canda Arsalan.
"Tenang Bang Arsa. Gak panas kok, paling mendidih, hehe..." jawab Joko sambil tertawa.
"Bisa aja nih Mas Joko," ucap Arsalan. Sambil ikut terkekeh.
Cowok itu memang cukup akrab dengan Joko. Karena hampir setiap hari Arsalan. Selalu mampir ke warung kecil tersebut. Di mata Arsalan. Joko adalah sosok laki-laki yang polos, apa ada nya dan humoris. Joko lebih tua duatahun dari Arsalan. Karena keadaan ekonomi yang sulit. Maka nya Joko memutuskan pergi dari kampung nya seorang diri. Kemudian mengadu nasib ke Jakarta.
"Ini Bang. Teh manis anget nya. Jangan lupa di minum," ujar Joko ramah.
"Makasih Mas Joko," jawab Arsalan. Sambil meraih gelas tersebut dan menyeruput nya.
Perutnya terasa hangat. Teh buatan warung Joko memang enak. Karena Ia mencampur dua macam teh yang berbeda. Satu teh untuk memberi warna pekat. Satu lagi untuk aroma teh nya. Pantas saja banyak murid SMA Oxford. Yang datang mampir hanya untuk mencicipi teh buatan Joko.
Teh manis yang di minum Arsalan. Tinggal setengah gelas. Sementara rokok di tangan nya sudah di buang, mematikan nya dengan menginjak nya. Sudah tiga puluh menit. Ia berada di warung Joko. Karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Maka Arsalan segera mentandaskan Teh tersebut.
Tiba-tiba tatapan nya tertuju pada gadis yang baru saja turun dari sebuah motor besar. Ia melihat Maheswari berboncengan dengan cowok yang Ia kenal. Cowok itu adalah Kakak kelas nya di SMA Oxford. Cowok bule itu bernama Emrick dan sekarang Ia sedang kuliah di salah satu Universitas ternama.
Arsalan menatap dengan tajam. Mengikuti langkah gadis itu. Biasanya setiap pagi gadis itu selalu menuju loker terlebih dahulu. Sebelum masuk ke dalam kelas nya.
"Mas Joko. Saya utang dulu ya teh manis nya," ucap Arsalan. Karena Ia sedang terburu-buru untuk mengejar gadis nya.
"Gak usah ngomong utang Bang. Kan uang Bang Arsa juga masih banyak di Saya," ucap Joko sambil tersenyum. Karena Arsalan sering sekali membayar, tanpa meminta kembalian.
"Oke deh. Saya masuk kelas dulu ya Mas. Makasih," Arsalan menepuk bahu Joko.
"Sama-sama Bang Arsa," Joko tersenyum sambil memandangi kepergian Arsalan.
Saat ini Arsalan sedang mengikuti gadis nya menuju ruang loker.
Maheswari yang tidak menyadari jika sedang di ikuti Arsalan. Melangkah dengan santai. Masuk ke dalam ruang loker. Membuka pintu loker nya dan mengambil buku nya di sana.
"Jadi kayak gini cara nya?" Ucap Arsalan sambil menutup pintu loker. Membuat gadis itu terperanjat dan membalikkan tubuh nya.
"Arsa!" Gadis itu membulatkan mata nya dengan sempurna.
"Jadi ini yang nama nya break?" Tanya Arsalan, sambil menyudutkan tubuh gadis nya hingga membentur loker, "yang namanya break itu saling intropeksi diri. Bukan jalan sama cowok lain!" Arsalan tanpa sadar menggebrak loker yang berada di samping gadis itu.
Maheswari pun langsung menangis. Karena terkejut dan takut menghadapi amarah Arsalan.
"Terus kenapa kalau Eswa bareng Emrick?" Ucap gadis itu sambil mengusap air mata nya, "Arsa juga mau nikah sama cewek lain kan!," lagi-lagi gadis itu mengusap cairan bening yang membasahi pipi nya.
"Beri Arsa waktu. Untuk membereskan semua masalah Arsa," Arsalan mengusap lembut pipi gadis itu, "jangan nangis sayang," ucap nya lagi.
"Sampe kapan?" Tanya gadis itu dengan keadaan sudah lebih tenang.
"Satu minggu," jawab nya.
"Yakin?" Tanya nya lagi.
"Arsa usahain."
"Usahain?"
"Iyah."
"Bisa di pegang gak janji nya?" Gadis itu sedikit berdecak sebal.
"Bukan cuma janji Arsa yang bisa di pegang. Yang lain-lain nya juga bisa Kamu pegang," jawab Arsalan mulai menggoda gadis nya.
Maheswari menolehkan wajah nya karena merasakan wajah nya mulai memanas, "Arsa gak lucu ya. Eswa masih marah sama Arsa," gadis itu pun menunduk.
"Marah kenapa lagi sayang," tanya Arsalan lembut. Sambil menarik dagu gadis nya, "jangan marah-marah terus. Nanti wajah cantik nya hilang," tangan nya menyampirkan anak rambut gadis itu ke telinga nya.
"Eswa benci sama Arsa!" Ketus gadis itu.
Arsalan tidak marah. Ia malah tersenyum. Melihat gadis nya sedang ngambek. Malah terlihat semakin menggemaskan.
"Oh ya? Terus apalagi," tanya nya mencoba untuk tidak menanggapi.
"Eswa udah gak suka sama Arsa lagi!" Ucap gadis itu sambil membuang pandangan nya ke segala arah.
"Masa sih?" Arsalan terkekeh. Lalu Ia meletakkan tangan besar nya di antara belahan dada gadis itu.
"A-Arsa. Ma-mau ngapain?" Gadis itu terkejut dan berusaha untuk melepaskan tangan cowok itu.
"Kalau Kamu udah gak suka sama Arsa. Kenapa denyut jantung Kamu. Berdetak dua kali lebih cepat saat ada di dekat Arsa?" Arsalan berbicara sambil berbisik di telinga gadis itu.
Detik itu juga. Tubuh gadis itu merasakan aliran listrik seperti menjalar ke seluruh tubuh nya.
Ya ampun!
Kenapa Arsa bisa tau sih?
"Hah! E-enggak tuh. Bi-biasa aja," jawab gadis itu gugup, sambil menelan ludah nya yang terasa kering.
"Gitu ya?" Jemari Arsalan mulai menyentuh dan menelusuri wajah kekasih nya, "terus kenapa. Wajah Kamu memerah saat Arsa sentuh?" ucap nya lirih, sambil tersenyum.
"Arsa stop!" Pekik gadis itu sambil menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan nya.
Arsalan pun tertawa perlahan. Sambil menarik gadis nya ke dalam pelukan nya, "gak usah pura-pura sayang. Percuma. Kamu gak jago bohong," cowok itu kembali terkekeh.
Sementara gadis itu memukul-mukul dada Arsalan perlahan.
"Eswa benci Arsa," ucap gadis itu. Sambil mencebikkan bibir nya.
"Jangan pernah dekat dengan cowok manapun. Arsa cemburu. Arsa gak suka," ucap nya. Sambil menatap mata indah gadis nya dalam-dalam.
"Iyah..." Jawab gadis nya lirih.
Maheswari memilih menyerah dengan pesona Arsalan. Berulang kali menghindarpun. Rasanya akan tetap sia-sia.
Arsalan sudah menyerahkan kunci hati nya pada Maheswari dan gadis itu akan memenuhi janji nya. Untuk menetap di sana selama nya.
______Batas Dunia Halu______
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsalan My Everest (Segera Terbit)
Romance(Follow dulu sebelum membaca.) _________________________________________ "DASAR BANCI!" Teriak Maheswari. Arsalan menghentikan langkahnya sesaat, kemudian kembali melanjutkan langkahnya tanpa menoleh, berusaha tidak memperdulikan ucapan Maheswari. "...