"Dalam hidupku ... hanya mencintai dua orang wanita, yang pertama adalah ibuku, yang kedua adalah kamu."
~Arsa~
°°°
Cowok bertampang datar itu langsung melajukan kuda besinya untuk menyusul langkah mungil gadisnya, Arsalan sangat yakin, jika aksinya dengan Maheswari menimbulkan desas desus dan praduga tak bersalah dari murid-murid lain, yang melihat mereka dengan tatapan aneh, seolah mereka berusaha menebak tentang apa yang terjadi diantara mereka berdua.
Tentu saja seorang Arsalan tidak akan memperdulikan itu semua.
Saat cowok berwajah dingin itu, sudah dekat dengan kekasihnya, kaki panjangnya segera turun dari motor besar miliknya, kemudian jemari kokohnya mulai mendorong setang motor tersebut, berjalan beriringan dengan Maheswari.
"Halo cewek ... boleh kenalan, 'gak?" godanya sambil tersenyum, sementara langkah lebarnya sebisa mungkin mensejajarkan dengan langkah kecil, milik wanita yang kelak akan menjadi calon istrinya.
Gadis cantik berkulit eksotis itu menoleh sesaat, "jangan sok kenal ya!" ketusnya, sebelum akhirnya mempercepat laju kaki mungilnya.
Arsalan sama sekali tidak marah, cowok tampan itu malah terkekeh perlahan, melihat gadisnya merajuk, semakin terlihat lucu dan manis di matanya.
Dorongan tangannya pada setang motor pun semakin dipercepat.
"Cutie pie ... kamu kenapa? kok Arsa dicuekin?" tanyanya tidak mengerti.
Arsalan berusaha mati-matian, untuk mengimbangi laju roda motornya, dan langkah kecil gadis kesayangannya.
"Pikir aja sendiri," jawab Maheswari sarkas.
Cowok berwajah tampan itu, menghentikan langkahnya sejenak, kemudian menarik nafasnya perlahan, mencoba untuk selalu bersabar dengan sikap gadis yang sangat dicintainya itu, kemudian menautkan kedua alis tebalnya.
Eswa kenapa lagi? apa lagi dateng bulan ya? perasaan belum tanggalnya?
Karena tidak ingin tertinggal jauh, cowok dengan tubuh bertato itu pun, segera melangkahkan lagi kaki panjangnya, guna menyusul gadis yang sedang ngambek tersebut.
"Ya udah ... Arsa minta maaf kalau Arsa salah, tapi Arsa bener-bener 'gak tau, dimana letak kesalahan Arsa?" ucapnya dengan penuh kelembutan dan kesabaran.
"Bodo amat ya ... punya otak pikir aja sendiri," ucap Maheswari, "udah sana, jangan ikutin Eswa terus," ujarnya, sambil menggembungkan pipi.
Sungguh sangat menggemaskan.
"Tapi gimana dong ... hati dan langkah kaki Arsa, maunya ikutin kamu terus?" ucapnya perlahan, sambil tersenyum manis, senyum yang hanya diberikan khusus untuk Maheswari Gayatri, ia berharap gadisnya mau menyudahi aksi kejar-kejaran tersebut.
Maheswari mendadak ingin sekali tersenyum, saat mendengar ucapan manis Arsalan, namun karena gengsi ia pun berpura-pura tidak mendengar, lalu membuang pandangannya kesegala arah.
Arsalan dapat membaca gerak-gerik dari tubuh Maheswari, bahwa gadis itu saat ini sedang tersipu malu.
"Sayang ... udah dong jangan ngambek lagi," bujuk Arsalan, sambil terus mensejajarkan langkah kakinya.
"Terserah Eswa, 'gak usah ngatur-ngatur ya!" jawab, gadis pemilik surai yang panjang dan indah itu, dengan intonasi suara tinggi, karena masih dikuasai rasa emosi.
"Mau Arsa peluk? biar 'gak ngambek lagi, hm?" godanya, sambil mengerlingkan matanya ke arah Maheswari.
Kerlingan mata dan sikap genit Arsalan, hanya di tujukan untuk Maheswari seorang, jika untuk wanita lain, jangankan sampai kerlingan mata, bahkan hanya sebuah suara sapaan saja, itu hanyalah sebuah keajaiban yang tidak mungkin terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsalan My Everest (Segera Terbit)
Romansa(Follow dulu sebelum membaca.) _________________________________________ "DASAR BANCI!" Teriak Maheswari. Arsalan menghentikan langkahnya sesaat, kemudian kembali melanjutkan langkahnya tanpa menoleh, berusaha tidak memperdulikan ucapan Maheswari. "...