Part 10 : Arsa

76 19 12
                                    

°°°

Setelah menina bobokan Maheswari. Arsalan pun segera pulang menuju rumahnya. Karena khawatir Ibu nya__Medina Kara, akan menunggu nya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 Wib. Arsalan menatap seluruh ruangan rumahnya sudah gelap. Kecuali kamar Medina yang terletak di lantai satu. Masih terlihat terang.

Sebelum menuju kamar Medina. Arsalan terlebih dahulu menuju dapur dan membuka lemari pendingin. Karena haus, Ia mengambil sebuah kotak susu tanpa rasa, menusukkan sedotan dan meminum nya.

Rutinitas yang biasa Arsalan lakukan sebelum tidur adalah bercakap-cakap dengan Ibu nya. Medina senang mendengarkan cerita Putra nya. Tentang apa saja. Yang sudah di lakukan selama seharian ini dan Arsalan pun dengan senang hati mendengarkan setiap curhatan Medina.

"Baru pulang Bang?" Tanya Medina.

"Anjing!" Hampir saja Arsalan tersedak karena terkejut.

Kenapa sih wanita-wanita yang di cintai Arsalan. Senang sekali mengagetkan dirinya. Tidak Maheswari tidak Medina.

"Kamu ngatain Ibu. Anjing Bang?" Ucap Medina sambil tertawa.

"Ibu ih. Arsa kaget tau," ucap Arsalan, sambil membersihkan mulutnya yang terkena cipratan susu. Dengan punggung tangan nya.

"Ya abis. Kamu udah pulang gak langsung ke kamar Ibu," Medina menarik kursi di sebelah putra sulungnya.

"Arsa haus Bu. Arsa minum dulu. Kalau langsung ke kamar Ibu kan. Pasti Ibu bakalan nanya ini itu sama Arsa. Jadi Arsa isi amunisi dulu. Sebelum di berondong pertanyaan sama Ibu," Arsalan pun menandaskan susu kotak yang berada di tangan nya.

"Bisa aja Kamu Bang," ucap Medina, sambil mengelus puncak kepala Putra nya, yang semakin besar terlihat semakin mirip sekali dengan Almarhum suami nya Nicolas Caroul__Papa Arsalan.

"Ibu udah makan?" Tanya Arsalan, sambil menatap Medina.

"Udah dong. Abang sendiri udah makan belum?" Medina kembali bertanya pada anaknya.

"Udah juga. Kalau soal makan Ibu tenang aja. Arsa gak bakalan lupa," Arsalan pun tersenyum, sambil memijat punggung Medina dan Medina pun ikut tersenyum melihat sikap anak sulungnya yang selalu perhatian padanya.

"Baguslah. Ibu gak suka kalau Kamu sampe telat makan," ucap Medina.

"Si Boboy udah tidur Bu?" Arsalan menanyakan adik bungsu nya yang bernama Bima Sakti. Yang masih duduk di kelas enam Sekolah Dasar.

"Udah. Tadi dia nanyain Kamu. Mau ngajak main. Kelamaan nunggu. Akhirnya dia tidur deh," jawab Medina.

"Dia tidur bukan karena kelamaan nunggu Arsa. Dia pasti kekenyangan makan mie instan," ucap Arsalan, karena Arsalan sangat paham kebiasaan adik nya.

"Kok kamu tau aja sih Bang, tadi dia merengek minta masakin mie goreng instan dua bungkus sama telur mata sapi nya dua," jawab Medina sambil tertawa.

"Innalilahi, itu lagi makan apa lagi mukbang? Kecil-kecil banyak bener makan nya," Arsalan pun berjengit kaget. Medina pun jadi tertawa melihat ekspresi Arsalan.

"Kamu kayak gak tau aja. Porsi makan adik Kamu kan. Sama kayak porsi makan orang satu kelurahan," Medina selalu saja tertawa jika ingat tingkah Bima.

"Si Boboy kalau makan kayak lagi kesurupan, anak nya siapa sih tuh Bu?," ucap Arsalan sambil ikut tertawa.

"Tau. Ibu juga bingung. Anaknya siapa ya? Yang jelas sih dia adik nya Kamu?" Medina dan Arsalan pun tertawa.

"Malu ah Bu. Punya adik tukang makan. Kalau lagi jalan sama Arsa. Orang-orang pikir Bima anak tetangga," Arsalan dan Medina semakin menjadi-jadi. Mereka berdua terbahak bersama.

Arsalan My Everest (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang