1O | Perkara Anxiety

1K 207 4
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Seperti yang udah dikatakan sebelumnya, hari ini Jisung pergi ke psikiater langganan dengan ditemani oleh Minho. Beliau masih belum pulih sepenuhnya dari kecelakaan yang menimpa beberapa minggu lalu. Kasian sih, tapi setidaknya sekarang Ibu Kim udah bisa beraktifitas lebih normal.

"Makasi banyak bu, saya permisi." Jisung ngebungkuk sopan, keluar dari ruang konsultasi lalu menghampiri sang kekasih yang duduk gak jauh dari sana.

"Gimana Ji?" Minho noleh, melontarkan tanya sembari mendekat ke arah Jisung.

"Gitu gitu aja sih kak, aku sembuhnya lebih susah karena penyakit ini bawaan genetik. Gak ada akar permasalahan yang bisa diselesaikan, jadinya tetep kambuh kambuh gak jelas." Jisung mencebik, dia gak menyalahkan sang mama tapi rasanya tetep aja anjwing.

Pukk...

"Jangan khawatir, pelan pelan aja dulu. Kakak yakin kamu pasti bisa sembuh."

Ngerasa pucuk kepalanya ditepuk dengan lembut, Jisung lantas mendongkak lalu menganggukkan kepala.

"Makasi banyak, Kak Minho."

Dari kehidupan ngeselin yang dia jalani, setidaknya Jisung masih bisa mensyukuri beberapa hal. Pemuda tersebut gak mendapat tekanan dari keluarga, meski sang mama juga berjuang ngelawan anxiety, setidaknya Jisung ngerasa cukup nyaman jika tinggal di rumah.

Lingkungan sekolah juga seolah paham, Jisung terbiasa sendiri namun gak ada yang mengucilkan, mereka ngebiarin tuh anak ngelakuin apa yang dia pengen. Remaja remaja tersebut udah cukup aware dan berusaha sebisa mungkin untuk memaklumi.

Serta yang paling penting, si manis punya support system yang begitu berpengaruh. Meski Minho sering bikin emosi jiwa, namun gimana pun lelaki tampan tersebut adalah orang ternyaman yang bisa ia jadikan tempat bersandar. Ya sekarang tinggal nunggu waktu aja supaya penyakit laknat itu bisa bener bener menghilang.

"Oh ya Ji, kamu mau gak nemenin kakak ke pasar?"

"Mau ngapain emangnya kak?"

"Nyari sales baru, kemarin ada yang berhenti ngedistribusiin barang tanpa alasan, jadinya mau gak mau kakak harus nyari yang lain."

Emang bener sih, salah satu pemasok mie instan yang jadi langganannya tiba tiba aja menghentikan kerja sama.

Oh ya ngomong ngomong, yang Minho maksud itu bukan pasar tradisional, tapi sebuah tempat khusus dimana para pedagang bisa mendapatkan barang untuk dijual kembali.

"Boleh deh kak, tapi nanti beli bakso juga ya, aku laper hehehe..."

Jisung cengengesan, Minho ngangguk sekilas lalu ngerangkul pundak sempit tersebut menuju parkiran.

Minho tentu pernah diberi wejangan serta beberapa briefing oleh Ibu Kim, beliau menyarankan dirinya untuk mencoba mengajak Jisung berbaur serta berinteraksi dengan orang lain. Gak perlu dipaksa, lakuin secara halus aja. Dan inilah salah satu usaha yang Minho lakukan.

Menempuh perjalanan yang cukup jauh, pada akhirnya kedua remaja tersebut mulai berjalan menyusuri area pasar dengan banyak toko yang berdiri di sisi kiri dan kanan.

Sembari mencari alamat pemasok mie yang akan ia datangi, tentu si tampan akan sesekali ngelirik ke arah Jisung, memastikan apakah tupai mungil itu baik baik aja atau gak.

"Kamu gak apa?"

Jisung melirik dengan mata bulatnya, sedotan minuman dijauhkan, memberi gelengan pelan sebagai jawaban.

"Gak apa kak, aku udah mendingan."

Ya setidaknya Jisung bisa fokus sama es dawet yang tengah ia pegang alih alih memikirkan keadaan pasar yang ramai. Lagipula Minho berdiri di sebelahnya, apa yang perlu ditakutkan?

Sungguh, masih menjadi misteri kenapa Jisung bisa tahan buat pergi ke sekolah. Bahkan dulu pas lagi puncak puncaknya, si manis sempet nangis dan ngurung diri di kamar karena takut dateng ke sekolah.

Kadang ada secuil rasa iseng buat ninggalin Jisung di tengah keramaian, kayaknya bakal lucu, tapi untungnya Minho gak sejahat itu sih.

...

"Kak Minho, kok jalannya buru buru banget?" Jisung nanya dengan mata memicing, nahan lengan jaket sang dominan lengkap dengan pandangan penuh kecurigaan.

"Hehehe...gak sayang, becanda doang kok."

Upsie, niatnya udah tercium.

"Kakak mau aku beliin kalung anjing terus iketin rantai?" Si manis berucap dengan senyum psiko yang terpasang di paras menggemaskannya, ngelirik ke arah kiri dimana terdapat sebuah toko hewan peliharaan.

Cengengesan, Minho lantas mengamit lengan mungil tersebut untuk kemudian dia gandeng.

Dasar emang, kapasitas otak yang Minho miliki ngebuat Jisung sering ngerasa was was.

"Jangan ninggalin aku atau gak- nanti malem titid kakak yang ilang."

Gemes gemes gitu, terkadang Jisung bisa jadi serem juga. Dia punya kekuatan terpendam, udah belajar ilmu jutsu segel 12 tangan soalnya.

 Dia punya kekuatan terpendam, udah belajar ilmu jutsu segel 12 tangan soalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Tertanda, 17/04/2022

Bee, lidah melepuh

Boyfie With Anxiety [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang