Epilog

455 42 2
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Jadi hasilnya gimana, Ibu Kim?"

Sosok dengan kacamata bulatnya itu nampak sibuk meninjau seluruh berkas di genggaman, semua diagnosa dia perhatikan dengan teliti lalu ketika sudah merasa sepenuhnya yakin-

"Selamat Jisung, kamu sudah bisa berhenti mengkonsumsi obat yang saya resepkan. Anxietymu sudah membaik."

Mendengar ucapan barusan, Jisung sontak ternganga dengan mata membulat sempurna. Dia gak percaya ini.

"S-saya sembuh total bu?"

Membenarkan letak kacamata, sosok paruh baya tersebut lantas mengulas senyum menenangkan, "Gejalanya gak pernah timbul kembali, saya rasa pengobatan kamu selama ini berhasil."

Memang benar, beberapa bulan ini Ibu Kim memang mengawasi penuh perkembangan terkait penyakit yang Jisung derita. Tempat praktek sang psikiater berada cukup dekat hingga si manis bisa melakukan pengobatan dengan mudah.

Mengkaji serta menanyakan kondisi Jisung dengan rutin, pada akhirnya sosok dengan rambut yang sedikit beruban itu berani menyatakan jika pasiennya telah sembuh dari gangguan yang telah diidap selama bertahun tahun.

"Tapi kamu masih tetap berada di pengawasan saya. Obat tidak saya resepkan, jika bisa, tolong temui saya setidaknya sebulan sekali untuk melihat perkembangan lebih lanjut."

Sejauh ini rasa cemas dan ketakutan Jisung udah cenderung stabil, gak sampai menganggu kehidupan sehari hari seperti dulu. Entahlah, ia juga gak paham betul apa yang telah terjadi, intinya Jisung hanya menempuh pendidikan selama satu semester serta belajar beradaptasi di berbagai lingkungan baru.

Terkadang penyakitnya akan kambuh, tapi karena tuntutan tugas dan tanggung jawab, mau gak mau Jisung trobos aja. Terjadi berkali kali dan berkali kali, siapa sangka ternyata hal itu bisa membantu kesembuhannya. Memang awalnya penuh tekanan, tapi tentu Jisung juga punya support system yang bisa menjadi senjata rahasianya. Pelukan Minho memang yang paling mantap.

"Terima kasih banyak Ibu Kim."

Menyelesaikan segala urusan, Jisung kemudian beranjak keluar dari ruang praktek sang psikiater. Sontak berjalan riang menghampiri Minho yang tengah duduk di kursi tunggu.

"Kak!" Jisung berujar setelah melompat kecil, sukses membuat sang dominan tersentak kaget lalu refleks mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

Mengulas senyum tipis, Minho kemudian bangkit berdiri, "Udah selesai, hm? Gimana hasilnya?"

Jisung mengulas cengiran makin lebar, sibuk cengengesan sambil menunjukkan surat hasil diagnosa yang Ibu Kim berikan.

"Kakak gak bakal percaya, aku sembuh! Yeayy!!"

Tertawa lepas, Jisung merasa tubuhnya tiba tiba dipeluk dengan erat. Minho sempat termenung selama sepersekian detik, namun begitu ia berhasil memproses apa yang sedang terjadi, tubuh mungil tersebut langsung ia tarik mendekat.

"Kakak seneng banget Ji, akhirnya kamu gak alergi sama manusia lagi." Minho berucap penuh haru.

Padahal setahun lebih udah lewat, tapi sang dominan masih aja ingat dengan kata kata itu.

"Hahaha iya, sekarang aku gak takut lagi. Terus Kak Minho, kapan waras?"

Mendengar ucapan barusan, dekapan perlahan dilonggarkan. Tanpa aba aba, Minho langsung menjepit hidung mungil Jisung menggunakan jari jari panjangnya.

"Kakak ini sebenernya waras, kakak hanya gak mau terlihat mencolok."

Jisung menyipitkan mata, kalimat barusan terdengar gak asing.

"Tapi kakak bodoh, kayak orang autis." Jisung berucap jahil, menjulurkan lidah mengejek sebelum akhirnya berlari menjauh.

"Kamu wibu prik." Minho turut mengejar, ikut mengata ngatai Jisung tanpa memperdulikan keributan mereka di sepanjang lorong menuju parkiran.

"Kakak lebih prik!"

Dan begitulah, pada akhirnya kerusuhan mereka dapat terhenti setelah Jisung kejedot pilar gara gara lari sambil noleh ke arah belakang. Malu sih, benjol juga, mana Minho ketawa keras banget lagi.

"Udah udah sini, kakak gendong."

Padahal yang sakit itu kepala, bukan kaki. Tapi demi memanfaatkan kesempatan, pada akhirnya si tupai melompat naik ke punggung sang dominan.

"Kak, nanti malem aku mau liat pentas kuda lumping."

"Ngapain repot repot? Mending kamu main kuda kudaan aja sama kakak di kos." ia hanya bercanda.

Minho serta Jisung memang telah tumbuh dewasa. Namun sampai kapanpun mereka gak akan pernah berubah. Kekonyolan, tingkah menyebalkan dan cinta yang mereka miliki, semua masih sama seperti saat kisah ini dimulai.

 Kekonyolan, tingkah menyebalkan dan cinta yang mereka miliki, semua masih sama seperti saat kisah ini dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FIN

Pesan yang ingin aku sampaikan adalah : terkadang di dunia ini memang ada hal yang gak bisa berubah, gak peduli seberapa kita memohon atau berdoa. Maka dari itu, menyadari dan berdamai lebih cepat adalah salah satu jalan yang bisa kita ambil

Sadar atau gak, kita punya pilihan untuk menghadapi masalah dengan perasaan sedih atau senang, itu terserah karena gimana pun situasinya akan tetap sama. Kalau udah gitu, rasanya kalian bisa menentukan sendiri mana yang lebih baik, kan?

Jisung dan Minho tau masalah mereka bukan hal yang bisa diselesaikan seorang diri, semua itu perlu waktu dan proses. Maka, daripada berlarut dalam kesedihan, mereka memilih untuk terus melangkah dan menjalani hidup apa adanya. Mereka udah berdamai dengan keadaan makanya mereka gak terusik dengan masalah yang datang

Lalu pada akhirnya, titik balik yang hampir gak diharapkan- datang menghampiri mereka. Dunia terkadang memang bekerja dengan cara yang aneh, tunggu aja, mungkin besok keajaiban itu akan datang juga pada kalian.

Tertanda, 12/01/2024

Bee, always hope that you're fine ♡

Boyfie With Anxiety [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang