23 | Perkara Tikus

697 182 34
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Anjir, ini tikusnya banyak banget." Jisung ngegumam pelan sembari mendongkakkan kepala, menatap langit langit rumah begitu mendengar suara gradag grudug yang cukup rusuh dari atas sana.

Belakangan ini tikus tikus di loteng makin merajalela, mungkin mereka udah lahiran dan tujuh hariannya udah selesai hingga sekarang binatang pengerat tersebut mulai menginvasi serta melakukan kudeta untuk mengambil alih rumah.

"Kak Minho, kakak dimana?" si tupai memanggil cukup keras, mencoba mencari kehadiran sang kekasih yang menghilang entah kemana.

"Kakak di depan."

Mendapat sahutan meski samar, langkah kaki mungil tersebut langsung ia bawa menuju teras. Entah apa yang Minho lakukan di depan sana malem malem begini.

Begitu melihat sang dominan yang duduk di ambang pintu sembari sibuk berbicara sendiri kayak orang otw kerasukan setan- Jisung lantas beranjak mendekat lalu duduk di sebelah pemuda tampan tersebut. Agak sempit sih tapi gak apa, lumayan bisa modus nempel nempel.

"Kenapa Ji?" Minho melontarkan tanya, menatap kekasih mungilnya meski kini kedua tangan sedang sibuk mengelus seekor kucing yang entah dia dapat darimana.

Perhatian Jisung tercuri, turut mengulurkan tangan ke samping begitu menyaksikan kucing liar yang kembali datang ke sini setelah lama menghilang.

Si hidung bangir memang sering bermain dengan hewan berbulu yang ia namai 'Empus'. Pasaran dan kampungan, tidak ada unsur classy sama sekali tapi it's oke, setidaknya kucing tersebut gak dinamai pussy.

Dulu Empus sering mampir hanya untuk mendapatkan makanan sisa, Minho juga mau mau aja dibudakin, ngebersihin bulunya lalu memangku sembari mengelus elus seperti sekarang.

Beberapa hari ini Empus jarang terlihat semenjak masa kawin datang, mungkin kucing jantan tersebut terlalu sibuk menghamili betina betina lain di komplek perumahan. Bagus, sesuai ajaran Minho.

"Kayaknya tikus tikus di loteng makin banyak deh kak, rusuh banget tiap malem."

Gak masalah sebenarnya hidup berdampingan dengan harmonis, hanya aja terkadang Jisung akan terjaga begitu mendengar suara ribut dari atas. Lalu karena udah terlalu meresahkan, mau gak mau binatang tersebut memang harus diberantas.

Minho menyerngitkan kening sekilas, pemuda tampan tersebut kira dirinya hanya berhalusinasi selama ini, ternyata Jisung juga terganggu karena kebisingan tersebut.

"Kakak juga denger, kakak kira suara penunggu rumah."

Jisung memicingkan mata, "Sembarangan banget ngomongnya. Jadi kita harus gimana?"

Mengulas senyum lebar, dengan penuh percaya diri Minho mengangkat Empus tinggi tinggi, membuat si kucing langsung masang tampang sinis seolah mengatakan 'apasih manusia, sok deket banget. Emang kita kenal?'

Gak bisa dipungkiri, manusia hanya dipandang sebagai budak oleh kaum kucing. Alat menghangatkan diri, sumber makanan, makhluk bodoh yang mau dibabukan untuk membersihkan kotoran. Minho memang bodoh karena mengira hubungan mereka istimewa.

"Tenang aja Ji, kan ada Empus." Minho berucap riang, sosok tampan itu memang begitu menyukai kucing.

Ia gesekkan hidung mereka, mendapat satu cakaran di kepala lalu kembali mengelus Empus di pangkuan. Binatang abu abu tersebut sukses membuat Jisung merasa cemburu. Dia kan juga pengen tiduran di pangkuan Minho terus dielus elus manja.

"Yaudah deh, besok suruh Empus berburu aja, kita bantai klan mereka." berucap tanpa empati, Jisung mulai menyandarkan kepala pada pundak sang dominan, lanjut ngobrol ngobrol dengan Empus sebagai saksi bisu atas kebodohan mereka berdua.

"Eh Ji, kamu pernah ngebayangin gak kalau kita naik motor terus nabrak pohon pisang?"

"Ngapain aku mikirin kayak gitu?"

Sesekali mereka bakal adu bacot, ketawa gak jelas karena ke-random-an satu sama lain atau sekedar menyapa tetangga yang lewat. Gak ada yang heran, mungkin akan dijulidin di belakang tapi sebagian besar masyarakat di sana udah gak memandang LGBT sebagai hal yang tabu.

"Kak, ayo tidur, udah malem."

"Empus boleh kakak bawa juga gak?"

"Gak boleh."

Alis bertaut seolah menanyakan kenapa, Minho mendongkak menatap Jisung yang perlahan bangkit.

Menarik nafas sekilas, pada akhirnya si manis menjawab, "Aku pengen cuddle sama kakak, nanti kan susah kalau ada Empus."

Ah benar juga. Tanpa pikir panjang, Minho langsung menjatuhkan pilihan pada Jisung. Selamat tinggal kucing pelakor, saat ini Minho terlalu sibuk kelonan sama kekasih manisnya.

 Selamat tinggal kucing pelakor, saat ini Minho terlalu sibuk kelonan sama kekasih manisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue



Tertanda, 22/05/2022

Bee, kapan ya aku bisa berubah jadi animek

Boyfie With Anxiety [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang