17 | Gara Gara Telfon

745 189 37
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Seperti aktifitas rutin setiap harinya, pagi ini Minho keliatan sibuk di dapur guna menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Jisung. Si tupai libur karena sekarang lagi weekend, lumayan lah, bisa makan bareng nanti.

Tolong jangan remehkan skill Minho dalam memasak, apapun yang dia buat, rasanya gak ada yang buruk. Sempat kepikiran untuk membuka tempat makan tapi sayang sekali pemuda Lee tersebut tipe orang yang susah bangun subuh. Tentu masak memerlukan waktu yang lama, kalau bukanya kesiangan, yang ada orang orang udah keburu kenyang.

"Iya Joy, mending talak tiga aja sih saran gue."

Sambil manasin minyak untuk ngegoreng ayam crispy, Minho keliatan sibuk ngapit ponsel diantara pundak dan telinganya, nelfon Joy untuk memberitaukan saran yang Jisung berikan tengah malam kemarin.

"Gila lo!"

Tapi bukannya ucapan terimakasih, yang Minho dapatkan justru caci maki dari sosok di seberang. Ya lagian cara penyampaian Minho salah sih, ngebuat sang kakak jadi gagal menangkap maksud yang sebenarnya.

"Kok gila? Gue ngomong serius." Minho menukikkan alis gak terima, daging ayam langsung dia letakkan, jalan ke wastafel guna membersihkan tangan.

"Gini loh Joy, daripada nanti lo terus terusan makan hati, mending berhenti aja sekarang." pemuda Lee tersebut berucap serius bahkan sampai ikut menggerak-gerakkan tangan seolah tengah berbicara langsung dengan sang kakak.

"Ya tapi kan ketauan selingkuhnya baru kemarin. Masa iya langsung minta cerai."

"Tapi lo kan udah diselingkuhin sejak lama."

"Iya sih, cuma gue pengen bertahan dulu, siapa tau Crush mau berubah."

Perdebatan berlangsung cukup lama.

"Kalau aja dia pengen berubah, pasti dia udah berubah semenjak lo keguguran. Itu udah bangsat banget sih menurut gue."

Saking asiknya nelfon, Minho bahkan gak menyadari eksistansi sosok mungil yang perlahan keluar dari kamar sambil ngucek mata bulatnya dengan cara yang lucu.

"Kak Minho?"

Denger suara sang kekasih, yang lebih tua lantas menolehkan kepala ke samping, auto ngulas senyum pas liat Jisung dateng dengan piyama putihnya.

"Lanjut nanti lagi Joy, pokoknya gue masih dendam sama suami lo."

Gak menunggu jawaban dari sosok di seberang, Minho langsung mematikan sambungan telfon sebelum akhirnya beranjak mendekati Jisung.

"Pagi Ji."

Chupp...

Jisung sedikit menjauhkan kepala begitu surainya dikecup oleh Minho. Bukan apa apa, tapi kan dia baru bangun, belum mandi, belum cuci muka, belum gosok gigi. Takutnya Minho malah illfeel gara gara nyium bau jigongnya.

"Pagi kak. Kakak tadi telfonan sama siapa?"

Minho mengedikkan bahu acuh, "Nelfon Joy, ngasih tau apa yang kamu bilang kemarin, biar makin galau tuh anak."

Padahal kemarin care banget sampai ngingo gara gara kepikiran, tapi hari ini dateng lagi sifat ngeselinnya. Minho doang emang.

"Ngomong ngomong, tumben kamu bangun pagi."

Pagi yang dimaksud tuh jam tujuh ya. Biasanya si tupai bakal hibernasi di hari libur, bangunnya pas udah disuruh sarapan sama Minho .

"Iya kak. Oh ya, ini bau apa ya kak? Kok kayak angit gitu?" Jisung menyerngitkan kening, mencoba mengendus aroma yang tercium makin jelas.

Tadi pas gak sengaja kebangun, si manis memang sempat mencium aroma aneh makanya dia jalan keluar kamar. Lalu ketika semakin mendekati area dapur, aromanya jadi lebih kuat.

Ikut ngendus aroma yang Jisung maksud, Minho mendadak membeku begitu ingat-

"Astaga Ji, kakak lupa lagi manasin minyak!"

Minho berdiri membelakangi kompor dengan jarak yang cukup jauh, Jisungnya juga fokus ke sang dominan doang sehingga gak sadar dengan api yang mulai melalap penggorengan.

"Ji, tolong panggil tetangga!"

Sialan banget, pagi pagi udah rusuh.

━━━━━━━━━━ ⍣⍣ ━━━━━━━━━━━
b o y f i e  w i t h  a n x i e t y
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Jadi sekarang saya sudah bersama dengan pemilik dari rumah yang terbakar pagi tadi. Selamat pagi kak, bisa diceritakan kronologi terjadinya kebakaran?"

Minho ngulas senyum tipis dengan pandangan kosong menghadap ke kamera.

"Awalnya saya ingin menggoreng ayam untuk sarapan, tapi karena keasikan nelfon, tau tau penggorengannya udah kebakar."

"Lalu apa yang terjadi hingga api bisa menyebar dengan cepat?"

"Saya panik jadinya saya nyiram kompor menggunakan minyak goreng."

Kini giliran Jisung yang berucap, pandangannya gak kalah kosong dari Minho.

Saling pandangan dengan rekannya, bocil abal abal yang ngebuat liputan dadakan menggunakan ponsel tersebut lantas mengakhiri rekaman.

"Baiklah demikian berita yang bisa saya sampaikan. Saya Ming Rui, melaporkan dari tempat kejadian."

Minho sama Jisung masih bengong dengan latar rumah mereka yang lagi kebakar. Area dapur dilalap api cukup parah, para tetangga kalang kabut nyoba menghentikan kebakaran supaya gak merempet ke rumah lain. Dan untungnya berkat kerja sama dari bapak bapak yang ngebawa ember serta selang taman, pada akhirnya api berhasil dipadamkan.

"Ji, kayaknya kakak lebih baik meninggal deh, gak guna banget hidup."

"Sama kak, bisa bisanya aku nyiram make minyak."

Hela nafas terdengar. Entah bagaimana nasib mereka setelah ini, gak ada yang tau.

 Entah bagaimana nasib mereka setelah ini, gak ada yang tau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Konflik ff ini emang gak ngotak :')

Tertanda, 06/05/2022

Bee, ngerusuhin kucing

Boyfie With Anxiety [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang