[AKAN DIREVISI]
Dari Yura, Samuel, dan Jaguar, kita belajar untuk memahami, bahwa masih ada hubungan yang harus diprioritaskan ketimbang perasaan pribadi,
Dari Sella dan Rafael, kita belajar untuk saling percaya, saling mengingatkan, saling menguatk...
Pernah dengar tentang; Sejauh apapun jarak diantara kita, kalau nyatanya takdir kita segaris, benang takdir itu takkan pernah terputus.
Kita pasti disatukan kembali.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
2 tahun berlalu, dan karena bosan dan keinginan Yura untuk melanjutkan kuliah telah pupus dua tahun lalu, jadilah dia melakukan banyak hal untuk mengisi kekosongan pasca SMA nya.
Tahun lalu, alih-alih menganggur karena gap year, Yura mulai bisa menguatkan hatinya untuk menerima kenyataan bahwa; ibu kandungnya telah tiada, dan hubungan pertemanannya telah kandas.
Dan kini, gadis itu telah memasuki bulan ketiga mengikuti kelas taekwondo yang diadakan oleh sebuah lembaga militer di daerahnya. Tidak ada batasan umur, kasta dan gender. Siapapun bisa mengikuti kelas tersebut.
Alasannya? Tak ada alasan khusus. Hanya bosan.
Tak hanya taekwondo,Yura juga sesekali mengikuti olimpiade akademik, dinaungi oleh kepala daerah disana.
Dan beruntung, otaknya masih berfungsi dengan baik. Jadi yah kepala daerah sangat bangga padanya karena selalu memenangkan setiap olimpiade yang dia ikuti.
Padahal Yura sempat mengira kalau otaknya sudah merosot ke jempol kaki setelah masalah yang berkali-kali datang dan hampir menghancurkan hidupnya.
"Kak Yura!" Naka berlari agak tergesa menghampiri kakaknya yang baru saja pulang taekwondo, dengan seragamnya yang sudah compang camping,
Karena lelah, Yura hanya menanggapi dengan gumaman malas sambil terus melangkah menuju kamarnya, hampir saja mengabaikan Naka kalau anak itu tidak menahan lengannya saat menyentuh knop pintu kamar,
"Kak Yura ih!"
Yura mengalah. Gadis itu berdiri berhadapan dengan adiknya yang masih memasang ekspresi super sumringah,
"Apa cepet! Aku capek banget nih!"
"AKU KETERIMA DI UNIVERSITAS!" Pekik Naka,
Oh, kasihan telinga Yura. Kenapa adiknya tidak menjadi penyanyi seriosa saja ketimbang jadi mahasiswa.
Tapi Yura ikut senang. 20 persen tenaganya seolah kembali setelah mendengar pernyataan adiknya barusan, gadis itu melotot kaget lalu tersenyum lebar,
"Enak juga yah punya kakak pinter, bisa bantuin belajar. Walaupun kadang nyebelin sih"
Yura memasang wajah masam yang dibuat-buat. Ya, memang selama ini dialah yang membantu adiknya saat proses masuk universitas. Atau lebih tepatnya, menjadi guru privat cuma-cuma. Dan itu juga salah satu kegiatannya yang cukup membuatnya sedikit sibuk.