21// Pesta kelulusan

31 6 0
                                    

Dan untuk yang kesekian kalinya takdir memberi peringatan, untuk tidak terlalu yakin akan prediksi. Kita tak lebih dari sekedar boneka yang dikendalikan oleh takdir.
.
.
.
.
.
.

"KARIN!!"

Kini keadaan berbalik, bukan dikejar, tapi Yura yang mengejar temannya satu persatu.

Dan yang satu ini yang paling keras kepala.

"APA?! SETELAH TAU YUNA SAKIT BARU LO SADAR DIRI?!"

Perlu dicatat. Tak ada yang tahu tentang insiden loker Yura selain dirinya sendiri, Yuna, Sella dan pasangan mereka berdua.

Yura tak mengizinkan Sella memberitahu yang lain. Karena itu hanya akan jadi pemicu keributan yang lain.

"Yuna yang minta kita berdamai, Karin... dia butuh kekuatan dari kebersamaan kita!"

"Yuna yang minta. Bukan gw!"

Karin pergi meninggalkan Yura yang mencak-mencak frustasi.

Memang terkesan tak tahu diri. Tapi kalau bukan dirinya, siapa lagi? Dia yang memicu perpecahan, maka dia jugalah yang harus memperbaikinya.

Namun ada kalanya Yura kewalahan membujuk Karin. Selama ini gadis itu memang terkenal dengan mulutnya yang pedas, namun tak disangka kalau Yura juga akan jadi sasarannya.

"Gimana, Ra?" Entah datang darimana, Lia dan Wina sudah berdiri di sisi kanan kiri Yura,

"Selama ini kemana perginya keistimewaan otak kamu, Ra" Celetuk Wina,

Yura menoleh, Lia pun menatap gadis pemalu itu tak percaya,"Aku sebel sama kamu. Tapi gak sampe ke titik benci kayak Karin" Ungkap Wina jujur,

"Sikap Karin itu wajar, Ra" Tambahnya,

Yura akhirnya mengangguk, memang benar semua yang dikatakan Wina. Dan entah kenapa, air mata Yura mengalir begitu saja, diikuti isakan di detik berikutnya,

Wina memeluk Yura, disusul oleh Lia,

"Kamu tau seberapa rindunya kita sama kamu?" Ungkap Wina lagi,

Hari ini gadis itu banyak bicara.

Lia ikut menangis, dan mengeratkan pelukan pada kedua temannya,

Dari jauh, Sella mengamati mereka, hatinya sakit sekali, seharusnya dia juga bisa ikut memeluk, namun gadis itu harus menghadapi kenyataan bahwa Yura masih sangat marah besar padanya.

Yura membencinya.

Itulah yang ada dikepalanya saat ini, bayangan saat dirinya dicekik dan dihantam ke dinding rumah sakit tempo hari masih terus berputar-putar di pikirannya.

Yura tak pernah senyalang itu. Pasti gadis itu sudah berada pada batasnya. Dan lagi-lagi kesedihan menggerayangi jiwa Sella, mengingat dialah sebab dari hilangnya pertahanan Yura.

Sella berjalan lemas menyusuri lorong kelas. Entah kenapa rasanya ia lelah sekali. Apa menggalau juga menghabiskan tenaga?

Saat sampai di depan pintu kelas, ia teringat sesuatu, lalu mengacak-acak rambutnya frustasi,

Give love ; Ninini [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang