24// Mora & Yura

29 5 0
                                    

Yang nyata seringkali jadi yang paling menyakitkan

🍃🍃🍃

Tahun ajaran baru dimulai, dan para mahasiswa baru mulai menjalani masa orientasi. Sementara yang lain mulai sibuk, Yura pun sibuk. Tapi bukan sibuk kuliah, melainkan sibuk memikirkan strategi kapan waktu terbaik bisa bertemu ibu kandungnya.

Dan satu lagi, Fujira Karin si gadis batu itu juga sangat merepotkan karena sulit sekali dihubungi. Meski begitu, Yura pantang menyerah untuk terus menghubunginya. Hatinya tak tenang jika temannya yang satu itu belum menerima maafnya.

"Please... kali ini aja tolong takdir berpihak sama aku..." Pinta Yura entah pada siapa,

Dia menekan nama kontak Karin dengan gugup. Entah sudah yang ke berapa kalinya dia menghubungi Karin, dan juga selalu ditolak.

"Please Karin... please angkat..."

10 detik...

15 detik...

Nafasnya semakin gusar, kalau kali ini tidak diangkat juga, Yura akan membawa Jefri untuk mengancamnya. Tapi dengan apa? Bilang kalau dia akan mengencaninya? Ah itu gila. Atau bilang akan membunuhnya? Okay, Yura makin tak bisa berfikir jernih.

"Hallo?"

Diangkat

"KARIN!"

"KAGET ANJIR!"

Saking senangnya, Yura sampai hampir akan bersujud.

"Karin kamu apa kabar? Kamu dimana sih sekarang? Kenapa gak pamit sama kita? Gimana persiapan kuliah kam-...

"Yura..."

"I-iya?"

Yura jadi gugup lagi setelah perkataannya dipotong,

"Kalau kamu mau menyatukan 6 sekawan lagi, mendingan nyerah deh, Ra"

Yura terdiam mendengarnya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba perih.

"T-tapi, Rin... Yuna.."

"Aku inget kok, Yuna pernah bilang kalau alasan dia buat bertahan adalah kebersamaan kita"

Karin diam sejenak, dan Yura masih membisu.

"Tapi pada akhirnya, dia gak bisa bertahan. Jadi apa alasan kita buat bersama lagi?"

Suara isak terdengar dari balik sambungan telepon, pun Yura tak bisa menahan isaknya,

"Kita udah selesai, Ra. Jadi jangan pernah hubungi aku lagi ya"

Tuutt.

Sambungan diputus oleh Karin. Menyisakan Yura yang kini terperosot, berjongkok di lantai, menangis sambil memeluk lututnya.

Sesak sekali rasanya mendengar Karin memutus hubungan mereka.

Setelah hampir separuh tenaganya terkuras, Yura mengangkat kepalanya lagi, beranjak duduk ditepi ranjangnya. Diam sejenak, lalu mengeluarkan sebuah polaroid dari saku jeansnya,

Give love ; Ninini [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang