Tidur Verlita sedikit terusik sebab sebuah tangan mengelus pipinya. Perlahan, matanya terbuka dan sosok Randy langsung terlihat. Randy berjongkok di samping sofa, masih mengusap wajah Verlita disertai senyum manis di wajahnya, dan Verlita pun balas tersenyum.
Verlita menggeliat sebelum akhirnya bangun. Tubuhnya terasa sedikit sakit sebab tidur di sofa yang cukup sempit. Kepalanya kemudian mendongak, melihat ke arah jam yang menempel di dinding, tepat di atas televisi. Dia menghela napas lelah sebab lagi-lagi suaminya pulang lewat jam sebelas malam.
“Udah makan malam?” tanya Verlita dengan suara serak.
“Udah. Kamu masak? Aku, kan, nyuruh nggak usah masak.”
Verlita menggeleng pelan. “Aku nggak masak. Kali aja kamu mau makan, biar aku masakin atau pesan lewat ojol.”
“Nggak usah. Udah malam, istirahat aja.”
Randy berdiri, lalu mengulurkan tangan dan Verlita menyambutnya. Keduanya segera menuju kamar untuk istirahat, hanya saja Randy harus berganti pakaian terlebih dahulu. Sementara itu, Verlita berbaring di ranjang, menanti suaminya. Setelahnya, mereka tidur dengan posisi Verlita membelakangi Randy dan suaminya memeluk dari belakang.
***
Pagi hari yang cukup dingin sebab diguyur hujan, membuat Verlita sedikit kewalahan saat membangunkan suaminya. Efek udara dingin itu membuat Randy enggan beranjak dari tempat tidur dan memilih tetap bergelung di bawah selimut. Padahal, dia harus segera bersiap untuk berangkat kerja, tetapi pria itu justru tetap terlelap.
Berulang kali Verlita mengguncang tubuh Randy agar segera bangun, tetapi dia tetap bergeming. Kesal karena tingkah suaminya, akhirnya Verlita menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Randy dan seketika suaminya langsung bangun.
“Dingin,” keluh Randy sambil meringkuk dan memeluk tubuhnya sendiri.
“Udah jam enam. Cepat mandi, terus sarapan.”
Randy tidak menghiraukan perintah Verlita, dia justru menarik tubuh istrinya, yang sedang melipat selimut. Verlita menjerit dengan mata terpejam sebab jatuh tepat di atas tubuh suaminya.
Randy memeluk pinggang Verlita dan kembali memejamkan mata. “Kalau gini, kan, hangat.”
“Bangun, Mas. Jangan tidur lagi.”
“Lima menit aja, biarin kayak gini. Aku pengen meluk kamu,” cakap Randy dengan mata terpejam.
Verlita berdecak pelan, lalu meletakkan kepala di dada Randy. “Aku berat, Mas.”
Randy tersenyum tipis, masih dengan mata terpejam. “Aku berasa ditindihin kapas, nggak berat sama sekali.”
Verlita kembali mengangkat kepala dan mencubit perut suaminya. “Nyindir?” tanyanya dengan nada ketus.
Senyum Randy makin mengembang dan dia membuka mata bersamaan dengan Verlita yang beranjak dari atas tubuhnya. Sebelum Verlita pergi, Randy kembali menarik istrinya dan menyuruh untuk berbaring di sampingnya.
“Biarpun kamu kurus, aku tetap cinta.”
“Mulai body shaming.”
KAMU SEDANG MEMBACA
How Far I'll Go (Revisi)
RomanceKehidupan rumah tangga Verlita dan Randy yang tadinya tenang, seketika berubah saat sosok Asti hadir di antara mereka. Alasan Verlita tidak bisa memberi keturunan kepada Randy membuat pria itu tega menikah lagi dengan wanita lain. Kepercayaan Verlit...