Suara umpatan dan teriakan tidak henti-hentinya Randy keluarkan selama perjalanan pulang. Berulang kali dia memukul kasar stir sebagai bentuk pelampiasan kemarahannya. Dia marah atas semua yang terjadi dengan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya.
“Kenapa kamu bisa hamil?”
Pertanyaan konyol itu membuat Randy terlihat seperti orang bodoh. Jelas Asti bisa hamil karena dia yang menanam benih di rahim wanita itu. Randy menyesali kecerobohannya itu, sangat menyesali. Tidak seharusnya hal itu terjadi.
“Aku pikir, Mas ngajak aku berhubungan karena cinta sama aku, taunya aku cuma dijadiin pelampiasan. Aku sadar banget posisiku sebagai istri yang nggak pernah diharapkan. Tapi, rasanya tetap sakit.”
Kalimat yang dilontarkan Asti tadi malam seketika menampar Randy secara tidak langsung. Saat Verlita tidak bisa melayaninya, dia mencari Asti untuk memuaskan nafsunya. Tanpa adanya rasa cinta, dengan begitu mudah dia menyuruh Asti untuk memuaskan nafsu binatangnya. Gelar bajingan memang sangat pantas disematkan di belakang nama Randy.
Pernikahan Randy dan Asti, yang hanya sebatas nikah siri, seharusnya membuat pria itu mudah melepaskan Asti. Semalam, Randy menceraikan wanita itu, yang berarti sudah jatuh talak satu. Namun, kehamilan Asti membuatnya menjadi bimbang. Kini, Randy tidak tahu harus melakukan apa, juga dia sedikit takut menghadapi Verlita nanti.
Helaan napas berat menyertai Randy, yang baru saja mematikan mesin mobil. Kini, dia sudah tiba di rumah dan mobilnya sudah terparkir dengan rapi di halaman rumahnya. Namun, dia tidak segera turun dari mobil. Dia masih sangat terkejut dengan pengakuan istri keduanya tadi malam.
Randy menumpukan siku di kemudi, lalu mengepalkan tangan dan menjadikannya sebagai penyangga kepala. Dia memejamkan mata sambil otaknya bekerja dengan keras, mencari solusi untuk masalah yang sedang dihadapi.
Suara ketukan kaca mobil membuat Randy terperanjat. Tangannya refleks memegang dada yang berdegup sangat kencang saat melihat Verlita berdiri di samping mobilnya.
“Mau ke mana?” tanya Randy setelah menurunkan kaca mobil.
“Nyari kamu. Tadi dengar suara mobil, tapi kamu nggak masuk-masuk, jadinya aku susul ke sini.”
Senyum manis Verlita membuat rasa bersalah di hati Randy makin menggunung. Entah keberapa kalinya dia membuat istri tercintanya itu kecewa dan sakit hati. Randy seolah tidak pernah kapok dan selalu mengulangi kesalahan.
“Aku nggak masak. Kamu udah makan, ‘kan? Istrimu pasti ngasih kamu makan.”
Wajah Verlita sedikit berubah saat menanyakan hal itu. Dia selalu tidak suka saat mengingat jika Randy memiliki istri yang lain.
“Tadi pagi sarapan apa?” tanya Randy sembari turun dari mobil, lalu mencium kening Verlita.
“Makan sate ayam sisa semalam.”
Randy merangkul bahu Verlita dan membawanya memasuki rumah. “Kenapa nggak nelpon aku? Tahu gitu, aku pulang dari tadi buat beliin kamu makanan.”
“Kamu nggak ada inisiatif,” jawab Verlita dengan bibir mengerucut. “Rumahnya gimana? Udah dapat? Aku lagi masuk-masukin baju ke koper. Sengaja nyicil dari sekarang biar nanti nggak repot.”
Hati Randy mencelos saat memasuki kamar. Di atas ranjang terdapat sebuah koper berukuran besar yang terbuka dan sudah terisi beberapa potong pakaian. Di samping ranjang ada koper yang lebih kecil, yang masih tertutup rapat. Rasa bersalah kembali Randy rasakan sebab Verlita terlihat ingin segera pindah rumah. Langkah Randy terhenti di ambang pintu, sedangkan Verlita terus berjalan menuju lemari pakaian. Wanita itu kembali merapikan pakaian dan memasukkannya ke dalam koper.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Far I'll Go (Revisi)
RomanceKehidupan rumah tangga Verlita dan Randy yang tadinya tenang, seketika berubah saat sosok Asti hadir di antara mereka. Alasan Verlita tidak bisa memberi keturunan kepada Randy membuat pria itu tega menikah lagi dengan wanita lain. Kepercayaan Verlit...