Part 21

4.9K 299 19
                                    

Suara Shaka, yang sedang bermain di ruang keluarga, tidak membuat Verlita beranjak dari ranjang. Sejak Cindy dan Shaka datang, dia hanya berdiam diri di kamar dan tidak keluar lagi. Beberapa kali Randy masuk ke kamar hendak menyuruhnya keluar untuk menemui adik dan keponakannya, tetapi diurungkan. Sebelum pria itu berucap, Verlita sudah memelotinya, membuat Randy sedikit takut.

Terhitung sudah lebih dari satu jam Verlita diam di kamar. Dia tidak merasa bosan atau jenuh sebab ponselnya terus aktif. Tidak henti-hentinya dia membuka aplikasi belanja online dan sudah ada beberapa barang yang dia checkout.

“Sayang, Cindy udah nungguin dari tadi. Shaka juga nanyain kamu terus. Keluar dulu sebentar.”

Randy akhirnya memberanikan diri bicara kepada Verlita sebab merasa tidak enak kepada Cindy, yang sejak tadi menunggu istrinya keluar.

“Aku beli bakmi. Nanti kalau udah nyampe bayarin, ya.” Verlita sengaja tidak menanggapi ucapan Randy dan pandangannya tidak lepas dari ponsel.

“Sayang.” Suara Randy sedikit lebih tegas. “Kasian Cindy nungguin kamu.”

Verlita berdecak kesal seraya menurunkan ponsel yang sejak tadi dia pegang ke atas paha, lalu mendongak, menatap Randy yang sedang berdiri di dekat ranjang. “Kalau nggak mau nunggu, suruh dia pulang. Aku males keluar kamar,” ujarnya dengan nada ketus.

“Kenapa nggak bilang dari tadi? Tau gitu, aku suruh Cindy ke kamar aja.”

“Siapa yang ngebolehin dia masuk kamar?” tanya Verlita makin ketus. Suasana hatinya sedikit tidak enak sejak kedatangan adik iparnya dan sekarang makin buruk karena Randy mengajaknya berdebat.

“Terus, kamu maunya gimana?”

“Nggak gimana-gimana.”

“Kamu, tuh, kenapa jadi gini, sih?”

Verlita tidak menjawab. Dia mendelik kepada Randy, lalu kembali membuka ponsel, mengecek pesanan bakminya.

“Cindy ke sini mau ngucapin selamat karena kamu hamil. Kalau kayak gini, sama aja kamu nggak menghargai dia.”

Verlita masih tidak menyahuti ucapan Randy.

“Sayang.”

Verlita beranjak dari ranjang dan menuju meja rias untuk mengambil dompet milik Randy, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan sepuluh ribu. “Bentar lagi ojolnya nyampe. Nih, bayarin,” ujarnya sambil memberikan uang kepada Randy, tetapi pria itu tidak langsung menerimanya.

“Verlita, jangan mancing emosi aku.” Randy mulai jengkel dengan sikap Verlita. Dia memanggil istrinya dengan nama panjang, itu artinya dia mulai marah. “Keluar sebentar, temuin Cindy.”

“Buat apa aku nemuin orang yang udah bikin aku kecewa?” seru Verlita dengan nada meninggi. “Sejak tau kamu udah nikah lagi dan dia ikut nutupin hal itu, aku jadi benci sama dia!”

Randy sedikit terkejut dengan pengakuan Verlita. Sikap Verlita selama ini terlihat biasa saja, tetapi ternyata dia menyimpan dendam di hatinya. Randy benar-benar tidak tahu apa yang ada di dalam hati istrinya saat ini dan Verlita yang dia lihat seperti bukan Verlita yang dia kenal.

“Tadi kamu bilang dia mau ngucapin selamat karena aku hamil? Aku terima ucapannya, tapi aku nggak mau nemuin dia,” lanjut Verlita sambil melempar uang yang dia pegang ke dada Randy dan kembali berbaring di ranjang.

How Far I'll Go (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang