Alisha seharusnya menyadari, jika Sabian bisa meninggalkan Yerin dengan mudah, maka bukan tak mungkin lelaki itu membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Namun, Alisha tidak tahu jika bagi Sabian, hubungan mereka yang pernah utuh adalah satu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎵Mainkan :
Pelukku Untuk Pelikmu -- Fiersa Besari
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Malang tuh macetnya suka ngadi-ngadi, tapi di Jakarta lebih nggak ada akhlak!” Alisha bercerita dari jok depan samping kiri Honda Jazz-nya yang sedang dikemudikan Sabian. Sabian hanya menjadi pendengar dari setiap kelakar cewek itu. Kemacetan panjang di depan mereka, membuka banyak topik untuk diceritakan oleh Alisha. Obrolan ringan seputar hal-hal kecil yang mereka lihat di jalan pun mampu membangun suasana. Aneh, karena Sabian rasanya takhluk dengan bagaimana Alisha menggiringnya sampai disini. Rasanya kemarin, ia masih sakit hati karena Alisha meninggalkannya dalam keadaan menyedihkan. Tapi, hari ini ia sudah tersihir lagi oleh bagaimana kerasnya rindu mengalahkan ego.
“Kita dulu lewat gang situ, jadi cepet!” Alisha menunjuk sebuah gang kecil yang hanya mampu dilewati sepeda motor.
“Lain kali naik motor aja.” Sabian berujar, fokus ke jalan raya karena mobil melaju dalam kecepatan sangat lamban.
Alisha diam-diam tersenyum, masih banyak lain kali yang bisa mereka ciptakan. Rasanya ada angin yang teramat sejuk berhembus di dalam hatinya. “Oke.” Balasnya.
Lantunan bervolume sedang dari playlist acak di audio playernya, Lauv, I’m so tired, menaikkan vibe di dalam mobil. Alisha sibuk menggumam, mengkopi setiap bagian lirik dan menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik. Sabian tertawa melihatnya, Alisha terlihat begitu bebas.
“Kamu kenapa resign dari kerjaan?” Tanyanya, saat mengingat bahwa ia belum sempat menanyakannya.
“Disuruh udahan sama bunda, disuruh belajar manajemen soalnya bunda buka café cabang.” Sekalian kabur dari cowok itu. Lanjutnya dalam hati.
“Ahh~ gitu.”
“Kamu?”
Sabian menoleh, “Aku?”
Alisha mengangguk, “Ceritain something dong!”
Sabian mengedikkan bahu, “Apa yang bisa diceritain?”