11. Menutupi

102 10 0
                                    

      

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      

          √-----------√
    -------------------------

~Menyerah memang bukan keputusan yang tepat namun bertahan sama saja seperti menyiksa diri~

¥
¥
¥
¥
¥

Zila terbangun dari tidurnya, ia terduduk menyenderkan punggungnya  di headboard kasur, mendekap lututnya yang ditekuk dengan kedua tangannya.

ia terbengong sejenak, tiba tiba saja terlintas difikiran, laki laki yang telah mengantarnya pulang tadi yaitu Nathan, jujur saja dia tidak tahu perasaan apa yang sedang dia rasakan sekarang entah mengapa ia merasa aman dan nyaman jika di dekat pria itu, menurutnya Nathan berbeda seperti cowo pada umumnya memang dia terkesan cuek.

Tapi itu tidak seperti yang ia kira, ia memiliki background sifat yang tidak bisa diartikan, sifatnya sulit ditebak, terkadang terlihat menjengkelkan terkadang juga bisa membuat Zila terkesan.

ia menghembuskan nafasnya kasar. "Mikir apa sih gue gajelas banget", ujarnya tersadar apa yang sedang ia pikirkan.

"Bydway dia lagi apa ya?", serunya penasaran.

"Ahh apaan sih Zil gajelas banget lu", cetusnya geli mendengar ucapan yang baru ia katakan sendiri.

ia berdiri melangkahkan kakinya, kemudian duduk di kursi meja riasnya yang nampak mewah itu, mendekatkan wajahnya kearah kaca yang berukuran lumayan lebar.

ia tersenyum sambil memegang luka tonjok yang tersemat jelas diujung bibir kirinya, luka itu terlihat membengkak biru.

"Wah muka Zila udah ga sepi lagi nih, akhirnya ada hiasannya juga." Ucapnya lirih entah ia harus bersikap seperti apa ke orang tuanya, tidak sekali dua kali ia diperlakukan seperti ini, tapi berulang kali.

"Udah Zila stop don't cry.", tuturnya tersenyum menahan satu tetes air mata yang hampir lolos jatuh, memperhatikan dirinya yang terlihat lusuh dipantulan cermin besar itu.

Tingkling-tingkling

Handphone Zila bergetar, terdengar suara panggilan berkali kali ia abaikan, tapi karna mengganggu ia pun mengangkatnya.

"ZILAAAAA!!" Teriak suara Nia histeris tak jelas.

Spontan Zila menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Astaga, apa sih Ni ya Tuhan kuping gue ampir budeg tau ngga!"

"Eh-eh sowry-sowry gue sengaja!!" Sahutnya dengan nada bete.

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang