Satu tahun berlalu...
Satu patok kuburan yang bertuliskan :
Raniya bin Aziz
wafat: 2 September 2020Gadis itu menatap kosong kuburan Bi Rani dengan berpakaian hitam namun kali ini ia bertampil beda, dengan bibir pucat ia menyekar makam bibi kesayangannya tangisan itu sudah tidak ia keluarkan lagi.
Tiga bulan sebelumnya tragedi tragis tak terduga terjadi, sekelompok polisi datang menangkap Angga diduga terlibat kasus narkoba dan korupsi yang sekarang berada di balik jeruji besi dan mamanya yang terlilit hutang hingga semua asetnya hilang dan berakhir depresi hingga memutuskan bunuh diri, lalu dirinya yang sekarang sebatang kara berusaha bertahan hidup semampunya dengan bantuan satu orang pria.
Seperti biasa taman itu...ia kembali duduk terbengong tak jelas ditemani satu orang pria disampingnya dengan kemeja putih dan celana hitam.
"Sekarang dan seterusnya gue udah ga ada alasan lagi buat hidup," tuturnya pelan sambil tersenyum menikmati semilir angin sore.
Lelaki itu seketika menoleh kearah Zila. kalian mau tau siapa dia? Vonda, setelah kejadian di keluarga Zila itu Vondalah yang menemukan Zila pingsan sendirian di taman lalu mulai merawatnya hingga sekarang.
Takdir seakan memaksanya untuk bertahan sebentar lagi, entah kekuatan dari mana yang membuatnya bisa bertahan hingga sekarang jika tak ada Vonda mungkin dirinya sekarang sudah tiada entah apa tujuan hidupnya sekarang dia hanya ingin mengikuti alur kehidupan yang di takdirkan Tuhan untuknya.
"Gue capek gue lelah gue lelah dengan semua ini gue pengen istirahat dari semua kenyataan pahit di dunia ini Von," ucapnya di ranjang rumah sakit dengan alat infus yang menempel dan selang oksigen yang berada di hidungnya, ditemani Vonda yang duduk di kursi dekat ranjang Zila.
"nggak usah dipaksa Zil, kalau capek istirahat dulu, lo lihat perjuangan lo sampai bisa di titik ini gue tahu lo gadis yang tegar kuat jangan kalah dengan semua itu Zil, gue bakal buat lo tahu apa arti kebahagiaan yang sebenarnya maka dari itu bertahanlah sebentar lagi." tutur katanya yang lembut membuat Zila tersenyum tipis dibibirnya yang pucat itu, Vonda mengarahkan tangan kanannya untuk mengelus pelan pipi Zila dengan senyum tulusnya untuk Zila.
"Harapan adalah penyiksaan paling kejam yg mencegah manusia putus asa, cuman itu yg gue punya sekarang." ucapnya pelan sambil mengerahkan senyumannya.
"Gue harap bisa kembali ke masa lalu, gue pengen kembali di kenangan indah itu tapi udah telat waktunya udah keburu abis Von..."
"Kalo lo mau kembali ke masa itu, artinya lo juga harus bisa ngelawan Takdir, mungkin ngga dengan raga lo tapi dengan tekad dan keyakinan Lo Zil." lelaki itu menggenggam tangan gadis yang tengah terbaring diranjang itu Vonda akan terus tersenyum jika duduk didepan Zila, gadis itu hanya membalas dengan anggukan pelan dan menatap mata Vonda dengan wajah pucatnya.
Satu wanita yang terlihat menggunakan dres berlengan panjang warna putih bersih dengan rambut yang tergerai dan wajah yang pucat itu memegang tangan lelaki yang tengah tertidur diranjang kasur kamarnya, lelaki itu menggunakan kemeja hitam, celana hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [END]
Teen FictionJUDUL AWAL : Takdir Berkata Lain RESMI DIGANTI : OUR STORY °°°°° ᴀᴋʜɪʀ ᴛᴀᴋᴅɪʀᴋᴜ, ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴍᴇʟᴇᴘᴀꜱᴋᴀɴᴍᴜ... °°°°° Secarik kisah dua insang yang berusaha bertahan melewati masalah demi masalah, mereka berusaha mencari dimana titik kebahagiaan itu berada...