19. Doa

91 5 0
                                    

Sholat berjamaah dengan Bara yang mengimami mereka berdua, sholat empat rakaat telah selesai mereka jalankan, tak lupa mereka bertiga memanjatkan doa masing masing kepada Allah SWT perihal kelancaran oprasi kekasih Zila, sahabat Bara, juga putra t...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sholat berjamaah dengan Bara yang mengimami mereka berdua, sholat empat rakaat telah selesai mereka jalankan, tak lupa mereka bertiga memanjatkan doa masing masing kepada Allah SWT perihal kelancaran oprasi kekasih Zila, sahabat Bara, juga putra tunggal Dinda yang tengah berjuang bertahan hidup diruang operasi itu.

"Ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, hamba sebagai ibu dari putra hamba yang sekarang Takdir hidupnya ada ditanganmu kabulkanlah rintihan doa dari seorang ibu ini, hamba belum sepenuhnya menjadi bunda yang sempurna untuknya ya Allah, masih banyak kasih sayang yang ingin hamba utarakan padanya, diumurnya yang 19 tahun ini masih banyak hal yang ingin dia lakukan, masih banyak keinginan yang belum ia wujudkan, lancarkanlah operasi yang masih berjalan ini, tolong kabulkanlah doa hambamu yang terduduk tulus dihadapanmu ini ya rabb,

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina 'adzabannar.

"amin." ia mengutarakan dan memanjatkan doa didalam hati dengan tulus dari rasa sayangnya seorang ibu tak terasa satu tetes air mata lolos dari pelipis matanya.

"Ya Allah yang maha segalanya, Zila ga pernah minta apa apa darimu ya Allah, Yang Zila mau hanya kebahagiaan, jangan biarkan kebahagiaan Zila yang baru datang lalu pergi menghilang, singkirkan lah semua fikiran negatif yang selalu berlalu lalang di otak Zila, sekarang kebahagiaan hamba sedang memperjuangkan kehidupannya di ruangan yang dingin itu, bantulah dia ya Allah, agar operasinya berjalan dengan lancar, izinkanlah dia sehat kembali lalu bisa mencium kening Zila untuk yang kedua kali, bisa mendekap Zila dengan pelukan hangatnya itu, hamba dengan segenap hati kepada engkau yang maha esa, kabulkanlah doa hambamu yang sedang terduduk berserah semuanya kepadamu ini, Amin." Tuturnya juga didalam hati dengan wajah yang sangat memohon kepada yang diatas, dengan wajah yang terlihat sangat cemas, dengan pipi yang terlihat membasah.

Sekarang giliran Bara, laki laki yang jarang sekali menangis, entah dia tidak pernah menunjukkan kesedihannya, terlihat raut wajahnya yang sedikit cemas tapi hebatnya sepercik air mata jarang sekali ia keluarkan dari matanya.

"Ya Allah ya Tuhanku yang maha Esa, maaf kalau hamba berdoa jika ada butuhnya saja, lupakanlah sebentar dosa-dosa hamba ya Allah, kali ini Bara benar-benar memohon dengan tulus dari lubuk hati Bara, permudahkanlah operasi sahabat Bara didalam sana, dia laki laki yang kuat Bara yakin itu, Sehatkanlah ia kembali secepet mungkin ya Allah agar Bara bisa menyontek tugas kuliah lagi ya Allah, karna tanpannya Bara tidak akan bisa mengerjakan semua tugas yang diberikan dosen sehingga membuat Bara hampir gila ini, Amin yarabal alamin." Entah doa apa yang ia panjatkan sama Tuhan, lelaki itu benar benar aneh, tapi setau aku sahabat yang kaya gitu malah bakal langgeng persahabatannya walaupun dia jarang menunjukkan rasa sayangnya, tapi biasanya dia malah lebih peka dan perhatian walaupun tak menunjukkannya secara kasat mata.

---------------
----------------------


Mereka bertiga sudah kembali dari musholla, Dinda kembali terduduk dikursi tunggu dengan Zila, Bara yang hanya berdiri diambang pintu operasi mondar mandir tak jelas seperti orang kebingungan.

"Tingkling tingkling" bunyi handphone Zila yang tidak ia silent terdengar didalam roknya yang basah itu, ya handphonenya anti air jadi tidak akan mati jika terkena air hujan, lalu dia bergegas menjauh dan mengangkatnya. "Bentar ya Bun Zila angkat telfon dulu"

Wanita muda disampingnya itu menganggukan kepalanya tersenyum.

Tertera nama NIA MULUT MERCON di hapenya itu, lagi lagi pertanyaan sepanjang sepurr/kereta akan dia tanyakan, dan Zila harus menyiapkan jawabannya.

"Anjwirr lo kemana aja kwamprettt, gaada rasa bersalahnya lo ya Zil ninggal gue tadi pagi abis sekolah nyelonong gitu aja, eh sekarang di spam telfon, chat, kaga ada balesan, busett kemana aje lo gue tanya?? Udah kek artis aja bales telpon sahabatnya sendiri seabad, gue sampe nyamperin kerumah lo tau, kata pak Ali lo nya pergi kerumah gue! Lah lo boong soal apa lagi markonah? , lo masih nganggep gue sahabat ga sih Zil? Kayaknya udah maen rahasia rahasiaan sekarang Hem??" Tuhkan bener mulut merconnya mulai meledak, entahlah mungkin kalo dia ga ketemu zila sehari aja udah kek orang gila tu bocah.

Lagi lagi Zila harus menjelaskan secara rinci seperti orang yang tengah presentasi ke Nia.

"Woy ni telpon nyambung kan??helow mulut lo kegembok ya?ko gaada sautan samsek??semlekom wahai sahabatku yang mulai membisu ini??" Tambahnya cetus mendengar tak ada jawaban dari Zila, sudah biasa Nia ngomong ceplas ceplos seperti ini ke Zila, dia anaknya terlalu jujur mengutarakan isi hatinya, tapi kalau soal perhatiannya ke Zila dia ranking kedua setelah Nathan.

Zila mulai menarik napasnya dalam dalam untuk menjelaskan.
"Eh Lo kenapa?Lo ada penyakit asma ya Zil?" Tanya nya mendadak mendengar Zila yang sedang menarik napasnya dalam dalam.

"Gini ni..."
"Asma? gaada lah gue gapunya penyakit asma Nia, gue kan sakit tu..." Ucapannya menggantung begitu saja tak ia lanjutkan, hampir saja ia keceplosan suatu hal, seketika ia menutup mulutnya.

"Hah? apa apa? lo beneran sakit? sakit apa, tu?tu apa? yang jelas Zila! Bener kan lo nyembunyiin sesuatu dari gue! Jangan bikin gue cem.." ucapannya terhalang oleh ucapan yang Zila lontarkan.

"STOP ! Maksut gue itu apa gue lagi sakit tulang, ini apa leher gue kayaknya kesleo dikit makanya gue sekarang lagi dirumah sakit, ntar lagi pulang ko" jawabnya mengelak.

"Hah? gimana gimana? sakit tulang? Bukannya kalo kesleo dibawa ketukang urut ya? Ko rumah sakit sih Zil?" Tanyanya heran.

"Anu itu apa em gue takut aja leher gue kenapa napa makanya ni lagi ronsen" suaranya yang terdengar pelan sungguh ia sudah tidak kuat untuk menopang tubuhnya yang melemas, tapi Zila berusaha untuk menutupi itu.

"Oh ronsen yaudah deh, gue kira Lo lagi minggat ke mana, gue takut aja tau tau lo pindah keluar negri kan? Siapa yang tau!"

"Yaudah deh ni gue tutup telponnya, kalau udah kelar ronsennya kabarin gue, awas aja lu lupa, gue tabok pala lo pake sandal swallow!" Tandasnya memperingatkan Zila.

"Iya Nia yaudah ya" Zila masih mempertahankan suaranya agar tidak terdengar berbeda dikuping sahabatnya itu.

Telfon ditutup, dalam hitungan detik tubuhnya mendadak ambruk di lantai dingin rumah sakit itu.

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang