"Bun Zila pamit dulu ya, besok insyaallah kesini lagi." Ucapnya tersenyum hambar, lalu mulai memeluk dan mencium tangan Dinda."Gimana udah lega ngomong sama Nathan?" Tanya nya tersenyum sambil mengangkat alis.
"Alhamdulillah udah Bun..."
"Zila Pamit pulang dulu ya Bun,"
"Udah malem banget gini, mending gue anter Zil," ucap Bara menawarkan Zila.
Zila mengangguk pelan tanda menerima."Bun Bara izin nganter calon mantu bunda pulang dulu ya..." ucapnya sembari mencium punggung tangan Dinda.
Dinda terkekeh pelan mendengar ucapan Bara. "Yaudah gih cepetan udah malem juga, hati hati bawa motornya jangan ngebut, awas aja sampe putri bunda lecet!" Serunya memperingat kan Bara untuk tidak ngebut, Karna pria itu kalau sudah membawa motor kaya orang mau balapan aja, apalagi pake motor gede (ninja).
"Siap Bun dijamin paket diantar dengan selamat, aman, tentram, dan sejahtera." jawabnya mengangkat jempolnya lalu mulai berjalan dengan Zila melewati koridor rumah sakit yang tampak senyap itu.
Sampai diparkiran terlihat motor ninja berwarna hitam, pria itu berhenti sejenak melihat Zila yang masih berjalan pelan dibelakangnya.
"Lama banget sih lu Zil kek keong, Lo jalan pa ngesot dah?" Teriaknya sedikit menjerit.
"Sabar napa cape juga tau" jawabnya cetus setelah sampai di didepan Bara.
"Badan lo masih basah dikit, ga dingin lo?" Tanyanya memastikan.
"Ga." jawab Zila singkat.
Pria itu melepas jaket jeans hitamnya lalu memakaikannya dibadan Zila, karna cuaca habis hujan apalagi malem malem gini pasti tambah dingin.
Zila hanya terdiam dengan perilaku Bara, ternyata dia care juga."Gausah baper, gue cuma kasihan lo nanti beku malah." Ucapnya sedikit tersenyum.
"Dih siapa yang baper Gr lu!" jawabnya ketus sambil mengalihkan pandangannya.
"Siapa tau kan, yaudah yok ah naek."
"Gimana ni tinggi amat."
"Lo yang kependekan, tu tinggal mencet susah amat."
"iya ya sabar, udah nih cepet jalan."
"Pegangan."
"Hah, oh gausah." Yakali dia mau megang pinggang bara, Zila memegang belakang motor ninja itu.
"Yang bener pegangannya ntar jungkel gue ga mau tanggung jawab."
Bara meraih tangan Zila yang duduk dibelakangnya, lalu menaruhnya di pinggangnya. Zila nampak canggung harus satu motor dengan Bara.
"Gausah baper juga, jangan dilepas dingin ntar lu masuk angin lagi."
Zila menghela nafas kasar. "ya Bar---yaudah cepet jalan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [END]
Teen FictionJUDUL AWAL : Takdir Berkata Lain RESMI DIGANTI : OUR STORY °°°°° ᴀᴋʜɪʀ ᴛᴀᴋᴅɪʀᴋᴜ, ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴍᴇʟᴇᴘᴀꜱᴋᴀɴᴍᴜ... °°°°° Secarik kisah dua insang yang berusaha bertahan melewati masalah demi masalah, mereka berusaha mencari dimana titik kebahagiaan itu berada...