27. Mimpi

36 4 0
                                    

           ×°°°°°°°°×

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

           ×°°°°°°°°×

"DASAR ANAK SETAN!" pria paruh baya yg bertubuh tinggi itu mendorong tubuh Zila sampai terbentur tembok ruang tamu.

Brakk

"Akhh--"

"Mau kamu apa sih ha? bisa ga sekali aja NURUT! gausah bandel, mau papa usir jadi gelandangan? ha? mau?!" Teriakan tegas Angga mengheningkan seisi rumah, gadis itu hanya terduduk dilantai meringkuk ketakutan akan perbuatan papanya yang kesetanan.

"Ma-afin Zil-a pa..." rintih gadis itu pasrah.

"Maaf kamu bilang? motor kamu ngapain bisa ada dirumah sakit ha? untung papa tau udah papa ambil kalo ga bisa bisa Dimaling orang!"

"Satu lagi, untuk kali ini papa maafin tapi kalo kamu buat satu kesalahan lagi yang ga nurut sama papa atau mama, papa pastiin hukuman kamu gaakan ringan! inget itu!"

"I-iya pa Zila janji ga akan ngulangi lagi."
Entah kemana pergi dan hilangnya bi Rani hari ini, ia sama sekali tidak menghampiri Zila, biasanya bi Rani orang pertama yg akan datang bila Zila sedang kena marah, dipukul atau semacamnya. Apa bi Rani pulang kampung? entahlah Zila juga tidak tahu, nomor telefonnya saja tidak aktif.

Gadis malang itu terduduk dimeja belajarnya sambil menuliskan suatu catatan yang berisi:

"Takdir Tuhan jahat banget ke Zila, padahal Zila gasekuat itu buat menghadapi ini semua tapi kenapa Tuhan ngasih beban yang berat banget ke Zila? kenapa Tuhan? kenapa ga orang lain aja? tolong ambil Zila sekarang dan buatlah reinkarnasi, hidupkan Zila lagi dengan Takdirmu yang paling indah dan bahagia, tanpa kesedihan ataupun tangisan, kekerasan dan tindasan lagi Tuhan! Zila mohon. Dunia ini terlalu jahat buat Zila, iya Zila yang hanya sekedar gadis biasa yang tujuan hidupnya hanya untuk bahagia, apa itu bahagia? apa itu sebuah anugerah yang bisa membuat umat manusia mempertahankan hidupnya? yang terasa sudah diujung tanduk?, apa itu Rumah? rumah yang kata orang adalah tempat ternyaman untuk berteduh, berlindung dan tempat teraman untuk pulang?, apa itu kasih sayang? yang biasa diberikan kedua orang tuanya untuk anak mereka? tapi kenapa Zila gapernah dapet itu semua? Kenapa?! Kebahagiaan? Rumah? Kasih sayang? itu semua bohongggg!! Gaada Zila gapercaya. Zila  gapernah dapetin itu Tuhann!

Kata pepatah bersakit sakit dahulu lalu bersenang senang kemudian kan? kenapa sakitnya lama banget? Zila udah cape nahan sakitnya, kapan bersenang senangnya? tolong jawab pertanyaan pertanyaan Zila Ya Tuhan! Zila mohon..."

¥°°°°°°¥

"Zil bangun---lo ga kangen gue? pasti kecapean karna masalah kemaren, tidurnya pules banget." Lelaki dengan busana berkemeja putih itu mengelus lembut gadis yang tengah tertidur dipundaknya.

Zila membuka kedua matanya perlahan pandangan pertamanya sedikit terlihat buram saat berusaha melihat pria disampingnya namun pandangan kedua ia berhasil menangkap dengan jelas sosok lelaki itu. ia menatap lama dengan pandangan yang tak percaya dan mata yang berbinar seakan air matanya hendak meluncur keluar.

"Na-Na-Nathan?" benar saja ucapan itu keluar dari mulutnya bebarengan dengan dua tetes air mata keluar dari mata kiri dan kanannya.

Lelaki itu tersenyum tipis dan meraih pipi Zila lalu mengelap air mata gadis itu disertai anggukan pelan. Dengan cepat Zila memeluk erat tubuh lelaki itu.

"Aku kangen...." ucapnya sambil menangis haru karena kekasihnya sudah tersadar. lalu melepas pelukannya, ia memegang kedua pipi Nathan.

"Ini beneran kamu kan?" tanyanya menatap tak percaya ke arah mata pria itu. dan dibalas anggukan serta senyuman tipis Nathan.

"Maafin aku Zil, maafin aku gabisa nolong kamu, aku juga terjebak aku ga bisa keluar buat bantu kamu, maafin aku." ucapnya dengan senyuman sendu untuk kali ini sambil memegang kembali kedua pipi gadis yang berada didepannya itu.

"Engga, ngapain kamu minta maaf? aku gapapa Nath justru aku seneng kamu udah sembuh dan masih inget aku, itu udah lebih dari cukup, kamu gaperlu bantu aku apa apa." jawab Zila mengeluarkan sedikit tawanya untuk meyakinkan Nathan.

"Kamu harus kuat selama gaada aku disamping kamu Zil, kamu harus berusaha cari jalan keluarnya, oh ya satu lagi pake kalung pemberian aku ya." ucapan lelaki itu memotong sedikit tawa palsu Zila.

"M-maksut kamu apa Nath?" jawaban terakhir pria itu hanya senyuman tipis nan sendu yang terpampang diwajah tampan pucatnya.

"NATHANN!" teriak Zila terbangun dari tidurnya tepat pukul 02.00 gadis itu terbangun. terduduk berkeringat lalu segera beranjak dari meja riasnya dan mengambil kotak yang berisikan kalung itu, membuka dan perlahan memasangkannya ke leher, kalung pemberian Nathan sudah terpasang pas di leher Zila, ia melihat wajahnya dikaca meja rias yang besar, terduduk lalu menundukan kepalanya dan berkata.

"Cuma mimpi, ternyata..."  lalu mendongakan kembali wajahnya kecermin seketika ia terkaget karna melihat Nathan yang berada dipantulan cerminnya itu, melihat tersenyum kearah Zila, senyuman yang sangat tulus itu sangat terasa sekali, gadis itu membulatkan matanya tak percaya, lalu menundukan kepalanya kembali memejamkan dan mengusap usap matanya.

"Ngga-ngga, halu lo Zil, sadar Zilaaa!" lalu kembali mendongakan perlahan kepalanya kearah cermin dan ya sosok menyerupai kekasihnya itu hilang entah kemana dan itu semua memang hanya khayalan Zila, yang faktanya Nathan masih terbaring koma dirumah sakit dan entah kapan ia akan membuka mata.

Satu Minggu berlalu....

Gadis itu telah menjalani hidupnya seperti biasa, sekolah, belajar, membaca dan ya tanpa sosok Nathan lagi yang mendampinginya, walau Zila sangat ingin sekali mengunjungi dan melihat kabar pria itu apakah dia sudah tersadar dari komanya atau belum dia berusaha sekuat tenaga melawan rasa rindu yg amat mendalam.

Ia fokus belajar untuk ujian kelulusan Minggu depan mendapat nilai tertinggi itulah kemauan orang tuanya yg mau tidak mau Zila harus menurutinya, kalau tidak? raganya akan menjadi taruhannya.

OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang