Syamara Pov
Hari ini hari melelahkan untukku, tapi tidak untuk keluarga ku dan keluarga Mas Aldrian. Semua menampakkan raut bahagia. Senyuman tak pernah hilang dari wajah mereka.
"Happy Wedding ya Ra. Gak nyangka cepet banget jodoh lu sampe. Keduluan gua" Ucap seorang teman sekolahku dulu.
"Makanya gercep" Sahut temanku yang lain.
Aku hanya tersenyum saja dan ikut tertawa kecil melihat kekocakan mereka. Temanku ini bukan suka denganku, tapi dia sengaja menggoda ku.
Aku lirik Mas Aldrian yang diam disampingku. Dia hanya diam sepanjang dari kami duduk di pelaminan ini. Sesekali dia tersenyum pada tamu yang bersalaman.
"Masih lama gak sih" Ucapku tiba-tiba.
"Udah dibilang pake teplek aja masih ngeyel. Rasain itu pegelnya" Sindir Mas Aldrian.
Bukan aku gak mau pakai teplek, kalo bisa mau pake sendal jepit aja aku. Bunda dan mama yang menyuruhku dan tidak mungkin juga kalau lagi resepsi aku pake teplek. Kebanting banget tinggi badanku sama Mas Aldrian.
Aku sesekali mengurut tumit jika terasa pegal. Untungnya acara resepsi ini para tamu tidak barengan bersalaman, jadi ada waktu aku duduk.
Aku memijat kepala ku. Kepala ku terasa pusing dan pandanganku pun berkunang-kunang. Ku genggam kuat lengan kursi.
"Masih kuat?" Tanya Mas Aldrian.
Aku tidak bisa menjawab dan tiba-tiba Mas Aldrian menggendongku turun dari panggung. Aksinya sontak membuat semua yang ada didalam gedung resepsi ini riuh dan ada beberapa yang menyiul ke kami.
Dia menurunkan ku ketika sudah di kamar ganti gedung. Aku memijit pelipis tanda masih pusing.
Papa, mama, bunda, papa Mas Aldrian dan semua keluarga masuk ke sini. Ada beberapa tamu juga yang penasaran jadi ikut mengintip.
"Jangan dikerubungi, panas dia" Ucap seorang MUA yang mendandani ku.
Bunda dan mama mendekati ku. Mama membantu memijat kepala ku, sedangkan bunda memijit kaki ku.
Aku merasa tidak enak dengan bunda dan aku menarik pelan kaki ku.
Bunda kembali menarik kaki ku dan mengisyaratkan aku untuk diam.
Amanda dan Illa juga membantu memijat kedua tanganku.
Aku sudah agak mendingan dan langsung disuruh ganti baju terakhir oleh orang desainernya.
"Ini baju terakhir, kuat-kuatin dulu ya. Udah ini nanti langsung suntik vitamin ke istri kamu Al" Kata bunda sambil melihatku kemudian Mas Aldrian.
Mas Aldrian mengangguk saja dan aku juga udah keluar lagi ke panggung. Kali ini aku dipakaikan sepatu teplek yang cantik dan juga aku tidak dibolehkan berdiri.
"Itu pengantin perempuannya tadi kenapa ya digendong masuk kamar? Sekarang ganti sendal teplek dan duduk aja. Apa bunting kali ya makanya tadi pusing bawaan baby" Aku mendengar desas desus orang disekitar.
"Iya ya mungkin dah buat duluan baru nikah. Ih gak nyangka banget ya, tampangnya alim tapi gitu" Sambung yang lainnya.
Aku melihat ke Mas Aldrian memandang orang yang menghibah tadi.
Tak lama kemudian mereka naik ke panggung untuk bersalaman.
"Lain kali punya mulut dijaga ya. Istri saya kelelahan bukan lagi bunting. Kalau tidak tahu kebenaran jangan asal bicara, bisa saya laporkan omongan kalian tadi sebagai pencemaran nama baik. Btw terima kasih udah datang" Ucap Mas Aldrian saat 2 orang itu di depan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pilihan
Short StoryMengisahkan seorang istri yang hanya dianggap istri atas kertas oleh suaminya