Aldrian Pov
Muak sekali aku mendengar pengakuan dari Rena. Tidak menyangka kalau dia akan mengkhianati ku dan membela Nisa.
"Aku keluar dulu Sya" Ucapku ke Syamara yang masih menenangkan Rena yang nangis.
"Kemana mas? Jangan buat macam-macam, ingat aku lagi hamil" Pesannya.
"Aku mau ke kantor polisi" Jawabku.
Syamara dan Rena langsung menatapku.
"Mas! Mau ngapain" Syamara menarik tanganku.
"Ini udah keterlaluan Sya, aku gak bisa terima" Ucapku.
"Kalau kamu sayang aku dan anak-anak kita, urungkan niat kamu" Aku menatap Syamara.
"Sya" Ucapku.
"Udah, kita selesaikan baik-baik. Kita temui Nisa dan bicarakan. Aku gak mau ini jadi panjang mas, aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya kalau kamu lapor polisi. Kamu gak kasian Rena, ibunya lagi sakit dan dia harus merawat ibunya" Ya aku tau Syamara seorang pengacara.
Dia pasti tau tahapan dan apa konsekuensi yang akan terjadi selanjutnya.
"Tenang ya" Dia mengusap bahuku.
"Saya siap dok kalau mau dilaporkan. Ini memang kesalahan saya" Rena ikut nimbrung.
"Udah Ren ini gak semua salah kamu, kita semua salah ya udah" Jawab Syamara.
Terbuat dari apa hati perempuan dihadapan ku ini. Padahal gara-gara hal ini dia bermadu.
"Aku akan urus cerai dengan Nisa. Ini keputusan aku dan kamu gak bisa melarang Sya" Syamara diam saja dan tersenyum tipis.
Aku kembali duduk disofa dan mengatur napasku.
"Sore ini kamu ikut saya temui Nisa" Rena mengangguk cepat.
"Kamu tenang dulu ya, minum dulu" Syamara memberikan minum padaku.
"Kamu juga Ren minum" Suruh Syamara.
Rena meminum air yang sebelumnya diberikan bibi.
"Kamu disini aja, istirahat dikamar tamu, nanti sore kita sama-sama berangkat temui Nisa" Ucap Syamara.
Aku langsung pergi dari ruang tamu menuju halaman samping untuk menenangkan diri.
Ku tinggalkan Syamara bersama Rena diruang tamu.
Syamara Pov
Rena sedari tadi masih saja nangis dan tak berhenti meminta maaf. Aku tau dia terpaksa dan bukan salah dia.
"Kamar yuk istirahat" Ajakku padanya.
"Terima kasih Bu" Dia juga tak hentinya minta maaf dan terima kasih.
Aku mengantarnya ke kamar tamu dan setelah itu ku tinggal.
"Bi tolong anterin makanan ya ke kamar tamu. Teman aku tadi disana" Pesanku ke bibi. Aku yakin pasti Rena belum makan siang.
"Mas" Panggilku saat melihat Mas Aldri berdiri didepan kolam ikannya.
Aku ingin memeluknya dari belakang tapi tidak bisa karena perutku yang sudah begitu besar. Jadi ku peluk saja lengannya dan bersandar ke lengannya.
"Maafin aku" Ucapnya sambil mengusap lenganku.
"Kamu gak salah, udah jangan minta maaf mulu sama kayak Rena. Bosan aku denger kata maaf mulu dari tadi" Rajuk ku.
"Iya deh, ini anak-anak daddy lagi ngapain?" Dia mengusap perutku.
"Apaan sih daddy daddy gak mau ya aku dipanggil mommy" Gerutu ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pilihan
Cerita PendekMengisahkan seorang istri yang hanya dianggap istri atas kertas oleh suaminya