Syamara Pov
Malam ini hujan turun dengan deras, rasanya udah dari jam 4 sore tadi hujannya gak reda-reda.
"Tidur sayang" Ajak Mas Aldri.
"Hujannya awet ya mas, semoga gak sampe besok. Kasian yang rumahnya dataran rendah nanti banjir" Jawabku.
"Aamiin, semoga nanti reda ya" Dia menggandengku masuk ke kamar.
Kamarku dan kamar Mas Aldri juga pindah dulu ke lantai bawah. Aku sering gak kuat kalau turun naik tangga.
"Mas pegang deh, mereka gerak" Ku elus perutku yang sudah sangat membesar.
"MasyaAllah aktif banget dek, kapan mau keluarnya ketemu mama papa?" Ucap Mas Aldri sambil menatapku.
Kami sudah memantapkan panggilan untuk anak-anak yaitu mama papa. Rencana awalnya Mas Aldri mau daddy daddy itu, terus aku gak mau ganti ke ayah dia yang gak mau akhirnya papa mama deh.
"Secepatnya papa" Jawabku.
"Udah tidur yok" Ajak Mas Aldri.
Aku mencoba untuk berbaring dan rasanya sangat tidak nyaman. Padahal aku sudah pakai bantal khusus untuk ibu hamil.
"Mas, bentar deh. Aku mules temenin ke kamar mandi" Mas Aldri langsung bangun dan membantuku berdiri.
Dia memang cekatan dan suami siaga. Kapanpun aku minta bantuan gak perduli dia lagi ngapain pasti dia bantuin aku.
"Mas mulesnya ilang" Kataku saat kami sudah di kamar mandi.
"Ke rumah sakit ayok. Kamu pake hijab buru. Aku ganti baju" Aku aneh aja melihatnya tapi aku turuti saja.
Sampai di rumah sakit aku langsung masuk ruang menunggu untuk bersalin. Aku juga kurang paham kenapa ini.
"Baru kontraksi palsu pak, dan baru bukaan 2" Ucap dokter ke Mas Aldri.
"Sayang kamu siap-siap ya banyak doa. InsyaAllah twins mau lahir malam ini" Ucap Mas Aldri padaku.
Tapi kok aneh perutku sama sekali gak terlalu sakit. Bahkan sakitnya hanya seperti mau buang air besar saja.
"Ajak jalan-jalan ibunya ya pak. Saya permisi nanti satu jam lagi saya balik" Dokter itu meninggalkan kami diruangan.
"Ayok sini" Aku ikuti saja perkataannya.
Dia suruh aku duduk dibola yang besar yang biasa dipakai ibu hamil untuk memancing kontraksi.
"Mas aku bakal lahiran ya?" Tanyaku yang memang belum sepenuhnya paham.
"Iya sayang" Jawabnya.
Aku menjadi takut dan tiba-tiba tegang.
"Jangan takut kasian mereka nanti, kamu bantu mereka cari jalan keluar biar mereka cepat lahir ya" Ucap Mas Aldri.
"Aku udah telpon bunda, mama dan papa kita. Mereka udah diperjalanan" Aku tersenyum kecut.
Jujur aku sangat takut, ini momen yang paling aku tunggu tapi paling ku takuti juga.
"Mas sakit" Tiba-tiba sakitnya bertambah lebih dari yang awal tadi.
Ku genggam kuat tangan Mas Aldri hingga buku-buku jariku yang tadinya merah menjadi putih. Aku merasa ada cairan bening mengalir.
"Naik ke atas sayang" Mas Aldri membantuku naik ke ranjang.
Dia keluar memanggil dokter dan tak lama dia kembali lagi.
"MasyaAllah cepet banget ya bukaannya. Dedeknya udah gak sabar ketemu mama papanya ini. Dorong ke ruang bersalin sus" Kemudian aku didorong ke ruangan bersalin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pilihan
Short StoryMengisahkan seorang istri yang hanya dianggap istri atas kertas oleh suaminya