Kejujuran

1.2K 49 3
                                        

Aldrian Pov

Selesai operasi sore tadi aku dapat chat dari Syamara, dia izin ke rumah mamanya dan katanya mau menginap.

Aku buru-buru merapikan peralatanku setelah operasi. Jam sudah menunjukkan jam 10 malam, aku bergegas menuju rumah mama nya. Tidak mungkin aku pulang ke rumah sedangkan dia menginap sendiri di rumah mamanya.

"Al ke apartemen ya temenin aku, aku takut malam ini hujannya deras banget" Itu chat dari Nisa.

"Aku gak bisa, aku mau menginap di rumah mertuaku. Kamu gak usah lebay, hujan diluar dan kamu didalam apartemen. Gak kedengarannya juga mau petir disana" Balasku.

Setelah itu ku matikan hp ku agar tak ada lagi gangguan dari Nisa.

Selama perjalanan aku bingung apa yang harus aku lakukan. Disatu sisi aku tau kalau Syamara pasti mengandung dan disisi lain, Nisa baru juga memberitahu kalau dia hamil.

"Assalamualaikum" Sampai di rumah mertuaku semuanya terlihat hening.

Apa mungkin mereka semua udah pada tidur ya, baru juga jam 10. Aku yakin Syamara pasti belum tidur karena dia jarang tidur cepat.

"Waalaikumussalam" Nicholas yang membuka pintu.

Dia terlihat malas melihatku dan langsung membuka pintu agak lebar dan dia berjalan duluan tanpa berbicara padaku.

"Eh Kak Al, duduk sini kak" Illa memberikan tempat duduknya padaku.

Mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Ada mama, papa, Syamara, Nicholas dan Illa tapi tidak ada kembarannya.

Illa dan mamanya memakai hijab, mungkin udah tau kalau aku pasti datang ke sini.

Ku pegang tangan Syamara dan dia menariknya pelan.

"Baru selesai operasi Al?" Tanya papanya.

"Eh iya pa, selesai jam 9 tadi. Beberes dulu tadi baru otw sini" Jawabku.

"Ini si Mara gak selera makan apa-apa tadi pas makan malam juga makan dikit banget. Kamu kasih deh vitamin untuk nafsu makan, kasian bayi kalian didalam kurang nutrisi nanti" Ucap papanya.

Aku langsung menoleh ke arah Syamara dan dia memalingkan pandangannya.

"Iya pa nanti Al kasih vitamin tambahan biar Syamara nafsu makannya" Jawabku.

Syamara hanya diam dan tetap tak menatapku.

Tak sengaja pandanganku bertemu dengan Nic. Pandangan Nic padaku sangat dingin dan terkesan ada rasa marah dari tatapannya.

"Bentar mba mau ke kamar mandi dulu ma, pa" Syamara bangun dari duduknya.

Langsung ku bantu dia bangun dan memapahnya ke kamar mandi.

Dia masuk ke dalam dan ku tunggui diluar.

"Kenapa gak ngomong ke aku Sya?" Tanyaku saat dia baru saja keluar kamar mandi.

"Aku gak mau debat mas" Ucapnya.

"Aku gak ngajak debat Sya, aku cuma nanya kenapa kamu gak kasih tau aku Sya? Ini anak aku kan? Darah daging aku kan? Aku ayanya" Ucapku agak kuat.

"Aku bukan wanita murahan ya mas yang dengan mudahnya tidur dengan lelaki lain, aku cuma tidur sama kamu. Cuma kamu yang pernah menjamah ku setelah perampok waktu itu. Aku sebegitu kotornya ya mas, sampai kamu tekankan pertanyaan ini anak kamu atau bukan" Jawabnya.

Aku terkejut mendengar jawaban Syamara. Apa mungkin aku salah bertanya.

"Sya, maksudku bukan begitu Sya. Aku minta maaf dengan pertanyaanku tadi. Maafin aku" Ku ambil tangannya.

Istri PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang