Aldrian

1.1K 49 2
                                    

Aldrian Pov

Kali pertama dalam hidupku pergi ke minimarket membelikan pembalut wanita. Selama ini aku selalu menghindari tapi akhirnya sampai juga giliranku.

Kayaknya setiap laki-laki akan merasakan hal demikian. Tinggal tunggu gilirannya saja.

"Mba maaf saya mau tanya, perempuan biasanya nyaman pakai yang mana ya?" Tanyaku ke salah satu karyawan minimarket.

"Untuk siapa pak? Pacar atau istrinya?" Tanya si karyawan.

"Untuk istri saya" Jawabku cepat.

"Loh masa untuk istrinya gak tau biasa pakai yang mana" Ucap si Karyawan sambil sedikit tersenyum mengejekku.

"Bungkusnya warna ungu gitu yang biasanya saya liat. Ada gak? Yang mana itu?" Ucapku.

Seingatku waktu itu sempat liat di dalam lemari baju, mungkin dia salah naruh jadi masuk ke bagian lemari bajuku.

"Oh itu yang malam pak, nah yang ini" Diberikannya sebuntal pembalut.

"Ukuran lebih besar dari ini ada gak?" Tanyaku.

Maksudku biar besok-besok kalau haid bulan selanjutnya aku gak usah repot beli lagi.

"Oh ada pak. Ini" Ku ambil pembalut itu dan langsung membayar ke kasir.

Kembaliku arahkan mobil menuju rumah.

"Lah ada mobil bunda. Udah sampai aja ni bu ibu rempong" Ucapku pada diri sendiri.

"Parkirin ya pak. Terima kasih" Ku serahkan kunci mobil ke salah satu penjaga rumah.

"Assalamualaikum" Tidak ada sahutan di ruang tamu.

Aku langsung naik ke lantai atas untuk memberikan ini ke Syamara.

"Assalamualaikum Sya ini pemba lut nya" Ucapku terbata saat melihat bunda dan Amanda berada dikamar juga.

"Waalaikumussalam, lah beli pembalut untuk apa Ri?" Tanya bunda.

"Hem ini Bun, aku dapet haid barusan. Permisi ganti dulu ya Bun" Pamit Syamara.

Dia mengambil pembalut dari tanganku dan masuk ke kamar mandi.

"Lah bunda kira Syamara sakit karena ngisi, eh gak taunya dapet haid" Ucap bunda.

"Hehe iya Bun" Jawabku sekenanya sambil nyengir.

Syamara sudah keluar dari kamar mandi dan menaruh sisa pembalut ke dalam lemari.

"Belum ada hilalnya berarti tahun depan punya ponakan" Ucap Amanda tiba-tiba.

Syamara yang baru duduk di ranjang kaget dan langsung menyembunyikan wajah kagetnya.

"Heh mba nya lagi sakit malah ngomong gitu" Tegurku pura-pura marah biar Syamara tidak terlalu merasa.

"Betul itu yang dibilang Amanda. Bunda juga tahun depan belum kayaknya nimang cucu nih. Kapan kira-kira kalian mau ngasih? Udah mau setengah tahun loh kalian nikah masa gak jadi-jadi juga. Ri kamu dokter kok gak tau cara bikinnya. Apa perlu bunda kasih kalian tutorial buat cucu?" Ucap bunda.

Frontal sekali bu ibu rempong ini ya Allah. Ya kali aku gak tau cara bikin bayi.

"Belum rezeki Bun, InsyaAllah nanti Mara sama Mas Rian akan berusaha. Minta doanya ya Bun, kamu juga Amanda" Ucap Syamara mengalihkan.

"Aamiin, semoga habis haid bulan ini bulan depan gak haid lagi. Ini udah haid nanti langsung main kalian berdua biar jadi" Suruh bunda.

Maksa banget ya Allah. Aku juga pengen kali Bun punya anak, tapi ya aku sama Syamara aja baru sekarang damainya.

"Ri kamu kan dokter jadi kamu harus lebih aktif ngasih pengarahan ke Syamara. Pokoknya bunda mau dengar berita baik ya bulan ramadhan ini" Ucap bunda mengintimidasi.

"InsyaAllah bundaku sayang. Kan belum tau rezeki bunda" Ucapku.

"Usaha makanya" Ucap bunda.

"Iya Bun, Mara sama Mas Rian akan usaha. Minta doanya aja ya Bun" Ucap Syamara.

Sepertinya dia memberi harapan besar sekali ke bunda dan Amanda. Apa dia sudah yakin dan mau memiliki anak dariku.

Bunda izin pulang dan tinggal Amanda saja di rumah. Aku juga sudah bersiap mau visit malam.

"Kunci semua pintu dan jangan dibuka untuk siapapun itu kecuali keluarga dekat dan kenal" Pesanku ke Amanda.

"Iya kak heboh banget sih" Gerutunya.

"Kamu gak ingat kejadian mba kamu?" Ucapku.

"Iya aku ingat. Udah pergi deh" Usirnya.

"Kakak mau pamit ke istri kakak dulu, awas minggir sana" Agak ku dorong dia agar geser dari depan pintu.

"Aku berangkat dulu ya, nanti kalau ada apa-apa cepat kabari aku. Kalau mau keluar juga jangan berdua aja, ajak penjaga 1 untuk nemenin kalian. Oke sayang" Pesanku padanya.

"Iya mas. Hati-hati dijalan ya, jangan lupa makan" Balasnya.

Aku tersenyum dan mencium keningnya dan dia mencium punggung tanganku.

"Titip mba kamu ya Man. Kamu juga hati-hati di rumah. Kunci semua pintu ya jangan ada yang kelupaan. Kalau mau beli makanan dari luar chat kakak aja jangan minta jajan ke mba Syamara ya" Pesanku.

Aku tau Syamara tidak bekerja jadi dia tidak punya uang lebih. Aku memberikan uang jajan dan uang belanja ke dia selalu dia tabung. Katanya untuk masa depan siapa tau nanti butuh.

"Iya kak. Eh nanti aku mau ajak Mba Mara nonton bioskop bentar ya. Gak lama, nanti kami pulang sebelum jam 10 malam. Boleh kan ya, jangan pelit kasian Mba Mara di rumah aja bosan tau" Ucapnya.

Ini bukan minta izin tapi lebih ke maksa kayaknya.

"Mau bawa uang berapa?" Tanyaku.

"200" Ucapnya sambil nyengir.

Ku berikan uang 100.000 3 lembar padanya.

"Yeay baik banget sih pak dokter satu ini. Thank you dokter galak tapi baik hati" Ucapnya.

Dasar mata duitan, udah dikasih duit baru ngomong makasih. Pake ngejek juga lagi tuh.

Istri PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang