Amanda Pov
Aku dapat kabar dari Illa kalau dia dan kedua kakaknya mau melabrak pelakor. Aku jadi semangat untuk ikut, karena aku juga kesal kalau memang benar Kak Aldri nyelingkuhin Mba Mara.
Illa mengirimkan pesan kalau mereka lagi di rumah sakit tempat Kak Aldri kerja. Kebetulan aku lagi berada di cafe tidak jauh dari sana.
"Hai Il" Aku masuk ke ruangan yang dikatakan Illa tadi.
"Amanda" Ucap Mba Nisa.
Ya aku tau Mba Nisa, dia teman Kak Aldri sedari kuliah dan kebetulan dapat satu tempat kerja.
"Ohh jadi mba" Ku dekati dia.
"Maksud kamu?" Mba Nisa tidak paham dengan pertanyaanku.
"Amit-amit gua dapet kakak ipar gini. Mending kemanapun jauh Mba Mara levelnya" Aku ikut bergabung dengan Illa.
"Maksud kamu apa?" Mba Nisa bertanya dengan baik padaku.
"Tadi sama Illa, Mba Mira Nic elu ngegas. Kok sama gua ngelembut, cari muka karena gua adik Kak Al?" Tanyaku.
Dia diam dan tak berbunyi lagi.
"Jawab aja ada hubungan apa kamu sama Kak Aldri" Sekarang Nic yang berbicara.
"Aku istrinya" Jawabnya cepat.
Aku, Mba Mira, Nic dan Illa tak percaya dengan apa yang dia katakan.
"Jangan main-main ya" Emosi Mba Mira.
"Tanya sama kakak kalian kalau gak percaya!" Bentaknya.
"Udah cukup ya mau nipu gak mempan" Ucapku masih tak percaya.
"Aku istri sahnya Aldri, memang tidak tercatat dalam hukum tapi secara agama aku istri sahnya. Mau apa kalian?" Dia menantang kami.
"Sudah Nis cukup" Seorang wanita masuk ke ruangan ini.
Aku tidak terlalu mengenalnya tapi sepertinya dia rekan kerja Kak Aldri juga.
"Ngapain kamu ke sini Ren?" Teriak Mba Nisa.
"Cukup Nis, udah cukup kamu permainkan orang. Aku udah kasih tau ke dokter Aldri dan Bu Mara semuanya" Ucap perempuan itu.
"Anda siapa?" Tanya Nicholas dengan nada tegas.
"Saya Rena, asisten dokter Aldri" Jawabnya.
"Mau mati kamu!" Bentak Mba Nisa.
"Kamu yang mau mati Nisa!" Rupanya Kak Aldri juga datang bersama Mba Mara.
"Kalian ngapain disini?" Tanya Mba Mara langsung menghampiri kami.
"Mba ngapain ke sini?" Tanya Nic dingin.
"Mba sama Mas Aldri mau bicara sama Nisa" Jawab Mba Mara.
"Bicara apa? Mau ngomong apa lagi? Ini laki yang mba banggain yang katanya janji gak akan nyakitin mba lagi?" Nic mendekati Kak Aldri.
"Udah Nic" Mba Mira dan Mba Mara menarik Nicholas.
"Sabar Nic, kakak tau disini kakak yang salah. Kamu boleh pukul kakak setelah ini, tapi kakak mau ngomong dulu ke wanita ular ini" Jawab Kak Aldri.
"Maksud kamu apa?" Kak Aldri menatap Mba Nisa.
"Ma maksud ap apaan" Mba Nisa mulai gugup.
"Kamu jebak aku lewat Rena terus kamu bilang aku lecehkan kamu biar aku nikahin kamu iya kan!" Kak Aldri terbawa emosi.
"Mas! Sabar!" Mba Mara membentak Kak Aldri.
"A aku benar-benar gak ngerti Al" Mba Nisa mulai menangis.
"Simpan air mata palsu kamu Nis, sekarang aku tanya. Kamu hamil atau tidak!" Kak Aldri meninju dinding samping Mba Nisa berdiri.
Mba Nisa mundur dan ketakutan. Nic juga berjalan menarik Kak Aldri.
Syamara Pov
Aku tidak tau bakal jadi gini, rencanya tadi aku mau ajak Nisa ngobrol baik-baik.
"Jawab! Jangan sampai kesabaranku habis Nisa!" Kembali Mas Aldri berteriak.
"Mas!" Aku juga ikut meneriakinya.
Dia mundur dan menetralkan napasnya sambil mengusap perutku. Mungkin untuk membuatkan bersabar dan ingat anak-anaknya.
"Jawab" Sekarang Nicholas yang menggertak Nisa.
"Jujur aja Nis, kamu gak hamil dan kamu gak pernah dilecehkan sekalipun oleh dokter Aldri. Sudah cukup drama ini, terserah kamu juga mau lanjut bantu biayain ibu aku atau gak, yang pasti aku gak mau berdosa karena sudah membela yang salah" Rena buka suara.
"Duduk sini dulu kamu Ra" Mba Mira membawaku duduk dikursi yang ada dalam ruangan.
Illa dan Amanda duduk bersamaku dan menjagaku.
"Diam kau Rena! Dasar gak tua terima kasih! Kalau bukan aku yang biayain rumah sakit, ibu kamu udah mati!" Dia malah membentak Rena.
"Sebutkan berapa uang yang kamu keluarin untuk biaya ibu Rena, aku ganti semuanya" Jawabku.
Semua menoleh ke arahku dan tiba-tiba Nisa mendekati ku.
Belum sampai dia menyentuhku tangannya sudah ditarik Nicholas yang memang berdiri diantara Illa dan Mba Mira.
"Mau saya patahkan tangan ini biar tidak bisa membantu orang lagi?" Tanya Nic dengan tatapan dingin.
"Pekerjaan anda bagus, mulia membantu orang banyak. Tapi tingkah laku anda tidak lebih dari binatang diluar sana" Ucap Nic.
"Kamu hamil atau tidak aku tanya terakhir kali!" Sekarang Mas Aldri yang berbicara lagi.
"Iya aku gak hamil. Aku jebak kamu, aku nipu kamu biar aku bisa nikah sama kamu! Kamu itu gak peka Al, aku udah suka sama kamu dari waktu kita kuliah! Sampai kita satu tempat kerja pun aku tetap selalu nunggu kamu! Tapi apa? Kamu nikah sama perempuan ini!" Dia menunjuk ke arahku.
"Jauhnya jarimu kalau tidak mau ku patahkan" Mba Mira yang bicara sekarang.
"Oke kamu sudah ngaku, mulai hari ini aku ceraikan kamu! Kita nikah hanya secara agama jadi sudah lepas tanggungjawab dan gelar suami padaku untuk kamu. Jangan pernah muncul atau ganggu kehidupan ku kalau kamu mau hidup aman dan damai!" Ucap Mas Aldri.
Nisa menangis dan berlari keluar dari ruangan. Aku lirik semuanya hanya diam ditempat masing-masing. Tidak ada lagi yang bersuara.
Bugh!
"Bajingan elu kak" Nicholas meninju pipi Mas Aldri.
"Astaghfirullah Nic!" Teriakku sambil memegang pipi Mas Aldri yang baru saja ditinju.
"Mba kenapa sih gak bilang ke kita? Apa istimewanya suami mba ini? Walaupun dia dijebak atau bagaimana pun dia gak berhak menikahi perempuan itu!" Nicholas marah.
"Sudah Nic! Mba yang minta Mas Aldri menikahi Nisa bukan kehendak Mas Aldri sendiri" Ucapku sambil menangis.
"Sabar Ra" Mba Mira memelukku.
"Maafkan kakak Nic, kakak memang bodoh. Kakak mudah terperangkap dan mengikuti saja permintaan mba mu. Kakak sangat takut kehilangan mba mu" Jawab Mas Aldri.
"Sudah 2 kali kamu gini kak. Ketiga kali aku bersumpah, jangan panggil namaku Nicholas Heriansyah kalau aku gak habisin kamu kalau sampai menyakiti Mba Mara lagi." Ancam Nicholas.
Semua terdiam mendengar ancamannya, terutama Mas Aldri. Dia tidak menjawab lagi.
"Ayok pulang!" Nicholas keluar duluan dari ruangan.
Aku dan yang lain mengikutinya dari belakang. Mas Aldri memelukku sambil berjalan menuju parkiran.
"Gak papa?" Tanya Mas Aldri.
Dia melihatku yang sedikit meringis. Jujur badanku sakit semua rasanya dan seperti demam.
"Badan Mba Mara hangat kak" Ucap Illa yang disamping Syamara.
"Kita langsung ke UGD ya" Ucap Mas Aldri dan aku mengikut saja.
Sampai di UGD aku hanya diberikan suntikan vitamin dan penguat janin serta beberapa obat yang harus ditebus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pilihan
Short StoryMengisahkan seorang istri yang hanya dianggap istri atas kertas oleh suaminya