Aldrian Pov
Entah kenapa sejak aku menjamah dia aku jadi semakin penasaran untuk mencicipi bagian lain dari tubuhnya. Syamara juga terlihat makin hari semakin bergairah saja. Dia semakin cantik dan semakin menggoda.
Seperti hari ini, dia pamit mau ke kampus urusan cetak skripsi. Tapi dia berdandan tipis yang membuatku jadi pusing.
"Aku pamit ke kampus sebentar Mas. Aku udah masak nanti kamu kalau mau makan siang tinggal dihangatin aja" Ucapnya.
Dia mengambil tanganku untuk bersalaman. Aku menerima tangannya dan mencium aroma tangannya yang tinggal ditanganku, aromanya begitu harum.
"Astaghfirullah! Ngucap Al, ngucap" Aku mengusap dadaku sendiri.
"Apa dia mau ya kalau aku ajak gituan?" Pikirku dalam hati.
Jujur saja aku sangat ingin meminta hak ku sebagai suami dari Syamara. Tapi aku tidak mau menurunkan gengsiku.
Hari libur gini biasanya aku senang bisa tidur nyenyak seharian. Tapi semenjak menikah ini hari libur jadi hari yang ku benci. Benci untuk tetap di dalam rumah bersama wanita yang tak ku cinta tapi aku ingin menjamahnya.
"Assalamualaikum" Haduh siapa lagi sih pagi-pagi udah berkunjung ke rumah orang.
"Waalaikumussalam" Ku buka kan pintu depan.
Ternyata bunda dan Amanda. Mau apa mereka pagi-pagi udah berkunjung ini.
"Mara mana Al?" Tanya bunda.
"Lagi ke kampus minta tanda tangan skripsi katanya" Jawabku.
Mama dan Amanda masuk ke dalam. Aku ikuti dari belakang dengan malas.
"Bunda pagi-pagi gini ngapain sih?" Tanya ku.
"Lah bunda nya datang berkunjung bukannya senang malah nanya ngapain" Sahut bunda.
"Bunda mau titip Amanda di sini, bunda sama papa mau ke Aceh ada saudara kita nikahan. Ini Amanda kan masih kuliah dan gak bisa libur, jadi bunda titip di sini ya" Ucap bunda.
Lah anak segede ini mau dititipin. Udah kuliah itu udah gede kan ya bisalah di rumah sendiri.
"Udah gede ini dia ma kenapa gak di rumah aja sih" Sewotku.
Aku kesal banget kalau rumahku ramai. Aku suka sepi dan ketenangan. Untung Syamara bukan yang tipe suka rusuh dan heboh.
"Kalau ditinggalin sendiri di rumah dia ngelayap gak ingat waktu. Lagi bunda sama papa di rumah aja sering pulang larut. Udah pokoknya bunda titip Amanda di sini. Adik kamu ini bukan orang lain" Ucap bunda.
"Bunda sayang, kenapa gak titip ke rumah Kak Ahmad aja sih. Di sana ada Mba Nara dan anak-anaknya Kak Ahmad kan rame di sana dia gak kesepian" Ucapku masih menolak.
"Pelit banget sih kak" Sahut Amanda.
Dia yang tadinya hanya diam sambil main hp akhirnya buka suara.
"Ya udah Bun Manda ke rumah Kak Ahmad aja deh, dari pada di sini nanti malah diomelin mulu sama Kak Aldri" Alhamdulillah kalau Amanda sendiri yang gak mau tinggal di sini.
Aku jahat banget gak sih sama adik sendiri. Ya bagaimana lagi aku gak mau ketenangan di rumah ini keganggu dengan suara berisiknya Amanda. Kalau Syamara sih dia gak berisik jadi biasa aja.
"Gak, Mba Nara kamu repot ngurus dua anaknya nambah kamu nambah repot. Pokoknya di sini titik, kalau kamu masih nolak juga bunda telpon papa nih" Ancam bunda.
Tau aja bunda apa yang menjadi ketakutan anak-anaknya.
"Ya udah deh, tapi awas aja kamu berisik ya Nda. Aku pites-pites jidat kamu" Ucapku ke Amanda.
"Tuh kan bunda belum nginap aja udah diancem" Adunya.
Dasar bocah manja, apa-apa mainnya ngadu.
"Udah main-main aja kakak kamu itu. Kalau dia berani pites kamu aduin ke Mba Mara biar gak dikasih jatah dia. Syukur-syukur disuruh tidur di luar nanti" Ucap bunda.
Anakmu ini memang belum pernah dapat jatah bun, gimana mau gak dikasih jatah.
Setelah berbincang cukup lama, bunda pamit pulang katanya sore ini mau langsung terbang ke Aceh.
Skip Siang
Syamara Pov
Lama banget ini nungguin dosen cuma buat minta tanda tangan doang. Tau gini mending datang agak siangan aja deh.
"Syamara?" Seorang laki-laki yang kira-kira seumuran Mas Aldri menyapaku.
"Eh iya bapak ada apa?" Tanyaku.
Ya, dia adalah dosenku. Dosen termuda dijurusanku dan sekaligus dulu pernah mengajar 2 semester di kelasku.
"Nungguin siapa?" Tanya nya.
"Nunggu Pak Anton pak mau minta tanda tangan" Jawabku.
"Sini masuk, Pak Anton nya ada di dalam kenapa gak diketuk aja" Dia mengajakku masuk bersamanya.
Astaghfirullah pantas dari tadi aku tunggu bapaknya tidak datang-datang, rupanya sudah di dalam dari tadi.
"Lah kamu ke mana aja Syamara saya udah nungguin dari tadi" Ucap dosenku.
"Maaf pak tadi saya nunggu di depan saya kira bapak belum datang" Aku duduk di depan dosenku ini sambil menyerahkan draf skripsiku.
"Bareng Pak Regan ini?" Tanya dosenku sambil senyum-senyum.
"Kebetulan ketemu di depan pak" Jawabku.
"Kebetulan apa janjian nih?" Ucap seorang dosen perempuan.
Aku hanya tersenyum sambil menunduk saja. Selesai meminta tanda tangan aku pamit keluar.
"Mau langsung pulang atau makan siang dulu?" Tiba-tiba Pak Regan berdiri dihadapanku.
"Maaf pak saya mau langsung pulang" Jawabku.
Aku tidak tau kenapa Pak Regan begitu antusias setiap bertemu denganku. Aku sudah sering menolak ajakannya untuk makan atau keluar bersama tapi dia tetap selalu berusaha.
"Saya antar" Ucapnya.
"Tidak perlu pak saya biasa naik kendaran umum" Jawabku.
"Sesekali saya antar gak papa kan ya. Saya juga sekalian mau ke rumah saudara saya yang dekat rumah kamu" Jawabnya lagi.
"Saya sudah pindah pak. Maaf duluan ya pak" Daripada lama-lama di sini mending aku putuskan untuk menyingkir.
Aku duduk di halte menunggu bis yang biasa aku naiki. Seperti yang kalian ketahui aku tidak bisa naik mobil atau motor. Masih trauma aja, pas pindahan aja aku milih naik bis dengan alasan mau ke kampus bentar.
Rumah
"Assalamualaikum" Ucapku.
Mobil Mas Aldri masih terparkir di dalam garasi. Sepertinya dia tidak ke mana-mana dari tadi.
"Waalaikumussalam mba!" Sambut Amanda.
Aku sedikit kaget ada Amanda di rumah. Tumbenan dia datang tanpa berkabar dan pas kakaknya lagi di rumah pula. Biasanya ada kakaknya dia gak mau ke rumah.
"Sama siapa dek?" Tanyaku.
"Tadi diantar bunda mba" Jawabnya.
"Bunda sekarang ke mana?" Tanyaku.
"Udah pulang tadi mba, bunda sama papa mau berangkat ke Aceh ada acara. Manda nebeng tinggal di sini ya, boleh kan?" Ucapnya.
"Ya boleh lah kamu kan adik mba, masa gak boleh. Dah yuk masuk mba mau masak" Amanda mengikutiku.
Aku meletakkan tas dan berkasku di atas meja ruang tengah. Aku malas untuk naik ke lantai atas, lebih baik langsung masak saja.
Hari ini karena ada Amanda di rumah aku jadi punya teman ngobrol saat masak. Biasanya kalau aku masak ya hening saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pilihan
ContoMengisahkan seorang istri yang hanya dianggap istri atas kertas oleh suaminya