Bahagia atau Terluka?

1.3K 64 5
                                    

Author Pov

Sudah 5 bulan setelah Syamara dan Aldrian menikah. Selama itu juga mereka masih tetap sama, sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing dan sama-sama tidak perduli satu sama lain.

"2 hari lagi aku sidang. Kalau misal Mas bisa datang, datang ya" Ucap Syamara.

"Kalau saya tidak datang apa sidang kamu akan batal?" Aldrian bertanya pada Syamara sambil memakai sepatunya.

Syamara menggeleng cepat.

"Jadi tidak perlu saya datang ke sana. Kerjaan saya banyak bukan duduk santai" Jawab Aldrian ketus.

Sudah hampir setengah tahun mereka menikah tapi Aldrian tetap menggunakan perkataan saya saat berbicara dengan Syamara.

Syamara berjalan menuju kamarnya dengan gontai. Antara mau melangkah atau tidak.

Mas Aldrian sudah pergi dan tinggal dia sendiri di rumah. Kadang aku membayangkan sebuah rumah tangga yang indah dan harmonis bersama suamiku. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi pada Syamara. Aldrian terlalu dingin dan cuek.

Hari Sidang

Syamara Pov

Sidang hari ini berjalan lancar. Semua teman-temanku datang memberikan selamat. Papa mama dan bunda papa Mas Aldrian juga datang. Adik-adik kami juga datang, yang tidak datang hanya suamiku.

"Aldrian sibuk banget ya Ra?" Tanya mama.

"Iya ma ada operasi katanya jadi gak bisa ditinggal" Jawabku berbohong.

Aku dan Mas Aldrian memang berakting layaknya suami istri di depan orangtua dan keluarga kami, agar mereka tidak curiga.

Selesai foto-foto di kampus kami mampir untuk makan siang bersama.

"Mba udah lulus nih kuliahnya, rencana mau nyambung kemana?" Tanya Amanda.

"Belum tau Man, kayaknya ngelanjutin bisnis mini cafe mba sama temen mba" Jawabku.

"Berarti gak terlalu sibuk kan ya?" Tanya nya lagi.

Aku mengangguk karena sedang meminum es jadi tidak bisa jawab.

"Boleh dong kita dapet ponakan" Ucap Amanda dan diiring tawa Illa.

Aku yang lagi minum tersedak.

"Uhuk! Uhuk!"

"Minum Ra" Bunda memberikanku segelas air putih.

Setelah semua kembali normal aku berusaha bersikap biasa.

"Kamu sama Al nunda momongan ya? Kamu atau Al yang belum siap?" Tanya bunda.

Aku diam karena bingung mau jawab apa. Bukan nunda sebenarnya, aku juga mau punya anak karena kan sekarang aku sudah bukan mahasiswa. Ya tapi itu suamiku tidak mau.

"Gimana Ra? Memang nunda atau?" Tanya mama gantung.

"Iya bun, ma. Mara sama Mas Aldrian masih nunda karena kan kemaren Mara masih kuliah" Bohongku.

"Nah kan sekarang udah tamat tinggal nunggu wisuda nih, kalian program gih. Umur kamu udah cukup untuk hamil dan jadi ibu, kasian Al loh dia udah mau 28 terus bentar lagi 30 belum ada anak" Nasehat bunda.

"Iya Ra, kamu kan iya masih muda umur berapa aja masih gak papa. Tapi kasian suami kamu nanti masa anak masih kecil dia udah tua" Sambung mama.

Aku diam bingung saja. Bagaimana aku bicara ke Mas Aldrian tentang masalah ini. Kami saja di rumah tidak pernah ngobrol serius.

"Nanti bunda deh yang bicara ke Al" Putus bunda.

"Eh gak usah Bun, biar Mara aja nanti bicara" Bunda mengangguk.

Malam

Sampai malam hari Mas Aldrian belum juga pulang. Dia juga tidak mengabariku sama sekali. Aku berasa diabaikan sebagai seorang istri.

"Udah pulang mas" Mas Aldrian masuk ke kamar dengan membawa tas kerjanya.

"Ya menurutmu" Ucapnya datar.

Aku hanya terdiam dan tak berani bicara lagi. Aku duduk diam di atas ranjang tanpa berani melihatnya.

Aldrian Pov

Hari ini ada jadwal operasi 3 orang. Lelah sekali rasanya jari-jariku akan copot. Aku tahu hari ini jadwal sidang Syamara, aku tidak bisa hadir ya karena nyawa pasien berada ditanganku.

Sekitar jam setengah 10 malam aku pulang. Susana rumah bagian bawah sudah sepi, aku dirumah ini hanya tinggal berdua Syamara. Wajar saja kalau rumah ini sangat sepi.

"Udah pulang mas?" Tanya nya saya aku baru saja masuk ke kamar.

"Ya menurutmu" Jawabku malas.

Dia diam dan terduduk di samping ranjang. Aku sebenarnya tidak tega selalu berkata kasar padanya. Tapi aku lakukan supaya dia tidak betah dan minta pisah. Jadi bunda tidak menyalahkanku kalau dia yang minta pisah duluan.

Aku masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan kemudian balik lagi ke kamar. Saat aku balik dia sudah tiduran di ranjang dengan posisi melipat kakinya sedikit bersandar. Dan kalian tahu, dia memakai daster dengan bawahan tinggi dan bagian dada rendah.

Aku tahu selama menikah dan tidur bersama dia tidak pernah menggunakan bra saat tidur. Sering kali tanganku tidak sengaja mengenai bagian itu. Aku laki-laki normal yang memiliki hasrat. Kadang aku bisa menahan tapi kadang ku lampiaskan sendiri di kamar mandi.

"Pakai selimut" Ucapku padanya.

Dia kaget dan langsung menutupi bagian pahanya dengan selimut. Tapi karena dia sedikit menunduk menarik selimut aku jadi dapat melihat belahan dada bahkan dadanya yang tergantung.

Sebagai laki-laki normal tentu saja aku menjadi nafsu. Ku balik lagi ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratku itu.

Syamara Pov

Mas Aldrian bersikap aneh, setelah keluar kamar mandi dia masuk lagi dengan terburu-buru. Aku tidak ambil pusing dan langsung tidur saja karena memang sangat lelah.

Kami tidur memang satu ranjang sedari awal menikah tapi tidak pernah saling berkomunikasi layaknya suami istri saat di ranjang.

Sekitar tengah malam aku terbangun karena merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Ada rasa yang sulit aku jelaskan. Tapi yang aku paling terasa ada sebuah tangan yang memegang bagian dadaku. Tangan itu memainkannya dan sesekali menarik puncak dadaku.

Aku yakin ini bukan mimpi, ku beranikan membuka mata. Aku tidur membelakanginya Mas Aldrian. Ku liat ada yang bergerak dibagian dadaku. Ku intip sedikit dan itu tangan Mas Aldrian yang sedang memegang payudara ku. Ku diamkan saja karena aku juga menikmati.

Cukup lama Mas Aldrian memainkan tangannya di dalam bajuku, tiba-tiba dia berdiri dan berlari ke kamar mandi. Aku terbangun dan terduduk diatas ranjang. Aku baru menyadari apa yang terjadi pada diriku. Mas Aldrian baru saja menjamahku. Jujur ada perasaan senang karena Mas Aldrian sudah mau menjamahku walau sebatas bagian atas.

Cukup lama Mas Aldrian didalam kamar mandi, aku tidak mau menunggu akhirnya ku putuskan untuk tidur kembali

Istri PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang