Jebakan atau Kenyataan

1K 37 3
                                    

Aldrian Pov

Aku merasa agak pusing dikepalaku. Ku coba buka perlahan mata ini, samar-samar ku dengar seorang menangis.

"Kamu jahat Al. Hiks hiks" Ku fokuskan pandanganku.

Disudut ruangan ada Nisa yang dengan berbalut kain sedang menangis.

Aku juga kaget melihat kondisiku yang setengah telanjang. Buru-buru ku pakai bajuku dan berniat meninggalkan apartemen Nisa.

"Jahat kamu Al, setelah apa yang kamu lakuin ke aku tadi malam dengan enaknya kamu tinggalin aku!" Teriak Nisa.

"Nis, aku gak tau ya apa yang udah kita lakuin tadi malam. Aku juga taunya kamu antar aku pulang, bukan bawa aku ke apartemen kamu. Ini bukan sepenuhnya salah aku, karena kamu yang nyetir bawa mobil mengarah ke sini bukan kehendak aku!" Balasku padanya.

"Al! Kamu yang minta aku bawa ke sini, kamu udah ambil hal paling berharga dalam hidup aku Al!" Teriaknya lagi sambil menangis.

"Aku gak peduli!" Ucapku didepan matanya.

Kemudian ku ambil barang-barangku dan dengan cepat ku tinggalkan tempat ini.

Kebetulan aku ada jadwal operasi jam 9 ini, jadi aku tidak pulang dan langsung ke rumah sakit. Aku mandi dan berganti pakaian diruanganku, karena memang aku menyediakan pakaian diruangan untuk ganti.

"Dokter oke?" Tanya Rena.

"Gak usah banyak tanya Ren, cepat siapkan peralatanku dan bawa ke ruang operasi. Panggil dokter anastesi juga jangan lupa" Ucapku.

Rena yang baru pertama kali aku bentak hanya terdiam dan dengan cekatan membereskan peralatan.

Syamara Pov

Aku sudah berada di kantor. Semalaman aku menunggu Mas Aldri pulang tapi dia tak kunjung pulang. Aku mengkhawatirkannya, aku sudah tanya ke Rena tapi kata Rena dia tidak ada jadwal operasi malam.

"Melamun aja Ra. Udah sarapan?" Tanya Mifta.

"Belum Mif, lagi gak selera makan" Jawabku.

"Eh enak aja gak selera. Ayok sarapan temenin dan bantuin aku ngabisin ini bekal. Ini lagi Pak Aji bekalinnya kayak untuk camping saja" Gerutunya sambil mengubah nama suaminya menjadi candaan.

"Bersyukur Mifta berarti dia sayang kamu dan baby kalian. Dia gak mau kalian kelaparan dan jajan sembarangan" Jawabku sambil mengusap perutnya yang sudah buncit.

"Hmm Tante Mara kenapa ya dek, kalo dilihat-lihat dari tadi kayak murung gitu" Ucapnya sambil mengusap perutnya.

Ku lepaskan tanganku dari perutnya dan tersenyum getir.

"Tante Mara gak papa kok mama endud" Jawabku.

Akhirnya kami berdua tertawa bersama. Dan terpaksa aku ikut makan bersamanya.

Hari ini di kantor tidak banyak klien yang datang hanya ada 1 yang mendaftar untuk tindak lanjut kasusnya.

"Mif nanti aku gak nebeng pulang ya, soalnya mau mampir ke rumah mama udah lama gak ke sana" Aku memberitahu dia agak tidak usah menunggu ku nanti pulang.

"Oke" Jawabnya.

Aku merapikan barang-barang dan duduk sebentar menunggu jam pulang. Karena memang sudah tidak ada klien yang datang dan jam tutup kantor sebentar lagi.

Ku mainkan hpku dan ku buka kontak wa. Ingin rasanya ku wa Mas Aldri dan bertanya ke mana dia. Tapi aku tidak mau mengganggunya, takut kalau dia sedang ada jadwal operasi.

"Assalamualaikum mba ditanyain bunda kenapa jarang main ke rumah" Sebuah wa masuk dari Amanda.

Aku yang tadinya niat mau main ke rumah mama akhirnya mengurungkan niat dan beralih untuk ke rumah bunda. Biar besok aja ke rumah mama nya hari ini ke rumah bunda dulu.

Istri PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang