Hari Baru

1K 38 1
                                    

Syamara Pov

Aku sudah mulai masuk kerja, ya aku bekerja di kantor tempatku magang dulu. Alhamdulillah aku dipanggil untuk kerja di sana.

"Pagi sayang" Aldri mencium pipiku dengan cepat.

Aku kaget dan hanya diam karena aku belum terbiasa untuk hal ini.

"Udah mulai masuk kerja?" Dia berdiri di belakangku yang sedang merapikan hijab.

"Iya mas udah masuk kerja, izin ya" Ucapku padanya.

"Semoga kerjaannya lancar dan kamu gak terlalu capek ya. Kasian nanti kalau misal beneran jadi hasil kita kemaren kan" Cengirnya yang ku liat dari kaca.

"Apaan sih" Ku pukul lengannya.

"Jangan apaan-apaan Sya, siapa tau beneran jadi. Eh kalau beneran jadi nih ya berarti aku top cer" Lagi-lagi dia tertawa.

Aku langsung berdiri dan mengambil tasku yang ada di atas kasur.

"Kamu gak praktek, gih sana siap-siap" Ucapku padanya.

"Aku buka poli jam 10 sayang, hari ini juga gak ada operasi" Jawabnya sambil kembali rebahan dikasur.

"Jangan rebahan terus, gerak ngapain kek" Omelku padanya.

Aku sekarang udah berani ngomelin dia, karena memang dia ini tipe yang susah untuk dikasih tau.

"Handuk jangan taruh disembarangan lagi ya, bau nanti" Pesanku lagi sebelum pergi.

"Aku anterin ya" Tawarnya.

"Aku naik motor aja" Jawabku cepat.

"Eh gak boleh nanti kamu jatuh, lecet aku gak suka" Bantahnya.

Dia bangun dan mencari jaketnya, kemudian menggandeng tanganku berjalan ke lantai bawah.

"Ayo naik" Ajaknya.

Aku hanya diam di depan teras, bingung mau naik atau tidak.

"Astaghfirullah istri siapa sih ini lemot banget" Dia menarik dan menuntunku masuk ke dalam mobilnya.

Di perjalanan aku hanya diam menatapi jalanan yang lumayan ramai, tapi tidak macet.

"Ra kalau nanti kita punya anak kamu berhenti kerja ya?" Tiba-tiba dia mengatakan itu.

"Apa?" Tanyaku lagi.

"Kalau kita udah punya anak nanti kamu berhenti kerja aja ya. Kamu rawat anak kita aja di rumah, aku gak mau kamu kecapekan" Ucapnya padaku.

"Belum tentu juga aku hamil mas" Jawabku.

"Bukan belum tentu Sya, tapi kalau misal kita akan lebih sering ngelakuin bisa saja kamu hamil dan aku gak mau kamu kecapekan selama hamil dan setelah punya anak nanti" Jelasnya.

"Liat nanti aja deh mas, aku baru aja mulai kerja belum sampe sebulan ini. Ini juga udah jadi cita-cita aku dari dulu" Jawabku.

Dia diam tak menanggapi lagi.

"Maafin aku ya" Tiba-tiba tangannya mengusap tanganku.

Aku hanya mengangguk saja.

Sampai di depan gerbang kantor aku minta dia berhenti, tapi rupanya dia masuk dan berhenti tepat di depan pintu.

"Astaghfirullah mas cukup di gerbang aja" Kataku kesal padanya.

"Santai ah, masuk gih. Selamat berkerja istriku sayang. Nanti kalau pulang chat aku aja aku jemput" Ucapnya.

Aku langsung mengambil tangannya untuk bersalaman dan kemudian keluar dari mobil.

Dia menurunkan kaca mobil dan melambai kearahku.

"Astaghfirullah lebay banget" Ucapku sambil berjalan masuk ke kantor.

"Itu bukan lebay tapi sayang Syamara" Sahut seorang rekan kerjaku.

"Eh Mif kamu baru sampai juga ya" Tegurku padanya.

"Iya baru aja Ra, ini kamu gak bawa kendaraan sendiri aja? Gak repot suami kamu antar jemput?" Tanya nya sambil kami berjalan menuju ruangan kami yang kebetulan sama.

"Aku tadinya mau bawa motor karena lebih praktis dan lebih cepat, eh dia nyelonong ngantar" Jawabku.

"Sayang istri banget ya dia" Sahut Mifta.

Aku hanya tersenyum saja, belum tentu juga Mas Aldri benar-benar sudah menyayangi dan mencintaiku.

"Mara, kerja apa sih suami kamu? Kok tadi aku liat masih pake baju santai gitu" Tanya Mifta saat kami sudah duduk di kursi masing-masing.

"Oh dia dokter penyakit dalam sama bedah Mif, buka polinya jam 10 dia" Jawabku.

"Waduh keren banget ini kalian, ini ya kalau kalian punya anak pasti anaknya bangga banget. Papanya dokter dan ibunya pengacara. Keren banget loh Ra" Ucapnya.

"Heh jauh banget mikirnya" Ucapku ke Mifta.

"Eh jauh apaan kalian kan udah nikah lumayan lama kan ya, semoga aja cepat gitu dapat rezekinya" Jawab Mifta lagi.

Aku hanya geleng-geleng saja tanpa menanggapi.

"Eh bukannya jawab aamiin gitu malah geleng-geleng. Gak mau punya anak apa kamu?" Aku kaget mendengar pertanyaan Mifta.

"Astaghfirullah Mif, siapa sih yang gak mau punya anak. Tapi bukan sekarang, aku juga baru mulai meniti karir dan dia juga masih sibuk-sibuknya operasi" Jawabku padanya.

"Oh gitu, jadi kalian sama-sama sibuk sekarang. Sorry ya" Cengirnya.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum saja, kemudian melanjutkan pekerjaan.

Aldrian Pov

Aku mulai menyukai Syamara dan aku rasa benih cinta juga mulai muncul. Aku yang awalnya berencana untuk mempermainkannya tapi tidak jadi, karena aku menjadi sayang padanya.

Aku bersiap untuk pergi ke rumah sakit, jam sudah menunjukkan pukul 9 lebih.

"Bi nanti tolong masakin cumi saus pedas sama sayur bayam aja ya, saya pulang jam 4an sampai rumah. Syamara juga kayaknya jam 3 atau 4 juga udah di rumah. Jangan suruh dia masak atau beres-beres ya, kasian dia capek pulang kerja" Pesanku ke orang yang memang bantu-bantu di rumah.

"Siap den, nanti saya suruh Non Syamara duduk manis aja" Jawabnya.

"Saya pergi dulu ya bi, nanti kalau ada yang ke rumah cari saya atau Syamara tanyain nama dia siapa dan tujuannya nyari kenapa, kalau bibi rasa aneh gitu orangnya jangan suruh masuk rumah" Pesanku lagi.

"Siap den" Jawab si bibi.

Aku merasa tenang untuk berangkat kerja. Ku hidupkan mobil dan ku arahkan menuju rumah sakit.

Jalanan sudah lumayan sepi karena ini sudah jamnya orang masuk kantor, aku lebih senang jika jalanan seperti ini. Bawa kendaraan jadi santai.

Sampai di rumah sakit ku serahkan kunci mobil ke satpam dan aku langsung masuk ke ruang praktek ku. Rupanya sudah banyak yang antri di luar ruangan.

"Pagi dokter" Ucap Rena saat aku baru saja masuk.

"Pagi Ren, udah panggilan antrian 1 masuk. Suruh langsung di ranjang baringan ya, saya mau ganti baju" Aku masuk ke kamar mandi di ruangan ini untuk berganti baju.

Memang biasanya aku berangkat dari rumah pakai baju santai, baru nanti di sini aku ganti. Bukan gimana-gimana tapi gak enak aja jalan sana sini pake kemeja tuh gak enak mending kaos.

Istri PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang