Aku Ikhlas

1.2K 42 2
                                    

Syamara Pov

Aku sudah tau kebenaran kenapa hatiku tidak tenang beberapa hari ini. Ada sedikit perasaan lega dan juga perasaan kecewa.

Aku tau mungkin Mas Aldri mencari kepuasan lain diluar karena tidak mendapatkan dariku. Aku juga bersalah disini, seandainya aku tidak pernah menolak permintaannya mungkin dia akan tetap setia.

"Assalamualaikum ma" Aku memasuki rumah mamaku.

"Waalaikumussalam. Pa, Mir, Illa, Nichol ini ada Mara" Jawab mama.

Aku tersenyum ke mama dan langsung bersalaman. Entah kenapa saat memeluk mama air mataku jatuh.

"Eh nangis lu?" Tegur Mba Mira yang baru datang.

"Haha nangis" Sambung Illa.

"Apa kabar mba? Kalian ini bukannya salaman kek, apa kek malah ngomongin" Nicholas bersalaman denganku.

"Alhamdulillah baik Nic, kamu gimana? Kuliah lancar?" Tanyaku.

"Aman mba sejauh ini" Jawabnya.

Kemudian dia pamit lagi ke kamar karena masih mengerjakan laporan katanya.

"Melow banget sih mba, sini duduk" Ajak mama.

Aku duduk disamping mama dan Illa mengekor disampingku.

"Mba kenapa nangis sih?" Tanya Illa.

"Kangen mama" Kilahku.

"Idih kayak gak ketemu bertahun-tahun aja" Cetus Mba Mira.

"Eh ini sih Mira adiknya pulang malah diomongin terus dari tadi" Tegur mama.

"Gak papa ma" Jawabku.

"Hehe santuy mamsky kan mba cuma candain aja, kangen udah lama gak bercandain Mara" Jawab Mba Mira.

"Mba nginap?" Tanya Illa.

Aku menggeleng karena memang tidak mungkin aku menginap saat sedang ada masalah seperti ini.

"Eh Mara sehat nak?" Papa baru muncul dari pintu samping.

"Sehat Alhamdulillah pa. Papa gimana?" Balasku.

"Seperti yang kamu lihat. Sehat dan kuat" Tawanya.

Aku dan yang lain ikut tertawa juga mendengar jawaban papa.

"Kamu sama mama, Mira dan Illa dulu ya. Papa mau lanjut berkebun" Papa pamitan.

Aku diajak mama ke dapur untuk makan tapi aku bilang sudah sarapan jadi tidak jadi.

"Mba gimana? Udah ada hilalnya belum aku dapet ponakan tahun depan?" Tanya Illa tiba-tiba.

Aku diam saja dan tersenyum canggung.

"Heh anak kecil nanya gituan. Santai aja kan Mara ya, jangan cepet-cepet punya anak biar nanti aku gak susah ngejarnya" Canda Mba Mira lagi.

"Haha nikah buru nikah" Sahut Illa meledek Mba Mira.

"Gimana?" Tanya mama.

"Hah?" Aku bingung.

"Pertanyaan Illa tadi, gimana? Udah ngisi belum?" Tanya mama.

"Belum ma" Jawabku sambil nyengir.

"Oh iya gak papa. Kalian juga masih baru menikah belum juga setahun, nikmati aja dulu masa-masa berduaanya" Ucap mama.

Aku hanya tersenyum saja dan berusa menahan tangis karena teringat hal tadi.

"Kamar yuk mba nonton horor, dah lama kita bertiga gak nonton bareng" Ajak Illa.

Istri PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang