Syamara Pov
Kejadian malam itu sungguh sangat membuatku trauma. Trauma akan gelap dan trauma sendirian. Jadi sekarang apa-apa aku harus bersama seseorang atau paling tidak ada suara-suara gitu baru tenang.
"Astaghfirullah! Ngagetin tau gak" Ku pukul lengan Mas Rian.
"Maaf sayang. Mau ke mana?" Tanya nya.
"Mau mandi ini gerah banget, rusak apa ya ac nya" Ucapku.
Memang sedari tadi panas banget suasananya. Apa ini karena memang cuaca terik atau ac bermasalah juga gak tau.
"Ke rumah bunda nanti siang ya, bunda ada doa untuk sambut ramadhan" Ucap Mas Rian.
"Doanya siang?" Tanyaku.
"Sore Sya, tapi bantu-bantu dikit disana nanti" Aku hanya mengiyakan saja dan masuk ke kamar mandi untuk mandi.
Siang
Aku dari tadi hanya duduk diam diruang keluarga sambil nonton tv. Kebetulan ada film horor baru.
"Sya, ayok siap-siap ke rumah bunda" Tiba-tiba saja Mas Rian datang.
"Iya" Aku bangun.
"Aduh!" Ku pegang pelipisku karena terasa sedikit agak pusing.
"Kamu gak papa?" Tanya Mas Rian yang menyambut ku karena tadi hampir jatuh.
"Pusing mas" Jawabku.
"Tadi udah makan?" Tanya nya.
"Udah kan bareng kamu" Masa dia lupa sih.
"Kita gak usah pergi ke rumah bunda ya, kamu istirahat aja aku periksa nanti kamu minum obat" Ucapnya sambil memapahku ke dalam kamar.
Akhirnya ku putuskan untuk istirahat saja di kamar. Kali ini istirahat yang benar-benar istirahat. Aku sama sekali tidak menyenggol hpku. Bahkan ada telepon masuk pun tidak ku hiraukan, kepalaku terlalu sakit untuk melihat layar hp.
"Sya ada yang nelpon" Mas Rian menyerahkan hpku.
"Biar aja di sana mas" Tolakku.
"Siapa tau penting Sya, gak diangkat dulu ini?" Tanya nya lagi sambil kembali menyodorkan hp.
"Kalau kamu mau angkat ya angkat aja mas, aku pusing" Tolakku lagi.
"Ya udah aku izin angkat ya" Ucapnya.
Aku mengangguk tanda mengiyakan.
"Assalamualaikum" Ucap Mas Rian.
"Iya saya suaminya Syamara, maaf ini siapa ya?" Tanya Mas Rian.
Dia nanya siapa emang gak ada namanya ya yang nelpon.
"Oh maaf bapak ada perlu apa menghubungi istri saya? Ada hal pentingkah? Mohon maaf istri saya kan sudah tidak berkuliah lagi, saya rasa tidak etis kalau seorang dosen laki-laki lagi menelpon mantan mahasiswa nya yang sudah menikah" Aku makin bingung kemana arah omongan Mas Rian.
"Iya bapak maaf ya, tolong jangan hubungi istri saya lagi. Kalau berkenaan dengan urusan kampus yang belum istri saya selesaikan nanti kami akan ke kampus langsung. Oke terima kasih wassalamu'alaikum" Tutupnya.
Mas Rian meletakkan kembali hpku di atas meja samping ranjang.
"Regan Dosen kamu Sya?" Tanya Mas Rian tiba-tiba.
"Hah? Pak Regan mas? Kok bisa tau nomor aku? Padahal aku udah ganti nomor loh semenjak wisuda" Jawabku agak kaget pas tau Pak Regan yang menelepon.
"Dia suka kamu apa kalian memang ada hubungan sebelum ini?" Tanya nya penuh selidik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pilihan
PovídkyMengisahkan seorang istri yang hanya dianggap istri atas kertas oleh suaminya