18. Mundur

351 202 44
                                        

Pelabuhan yang terlihat dipenuhi oleh pasukan milik Lena membuat nyali geng pemberontak menciut, mereka tidak bergerak dari tadi padahal pelabuhan sudah terlihat jelas dari posisi mereka saat ini.

"Gimana bos, jadi maju gak?" Tanya Shania sambil menggenggam senjatanya bersiap jika sewaktu-waktu Pablo memerintahkan mereka untuk menyerang pelabuhan itu, tetapi nihil. 

"Tidak, sepertinya terlalu berbahaya. Mundur sekarang kembali ke kamp dan kita kabur ke kota." Ucap ketua geng kepada anak buahnya, ia segera berjalan kembali ke arah jeep diikuti oleh anggota lainnya yang terlihat berat hati untuk mundur.

"Tapi bos," bantah Zidny mengejar Pablo dari belakangnya tepat.

"Sudahlah, aku tidak mau kita mati sia-sia disini dan tidak berhasil menggulingkan Lena atau bahkan menghancurkan pelabuhan miliknya saja tidak bisa." Jelas lelaki bertubuh besar itu, sebenarnya ia juga terlihat kecewa dan berat hati untuk mundur sekarang. Tetapi sebagai pemimpin, tentu ia lebih mengetahui keputusan apa yang paling baik untuk diambil.

Matahari sudah semakin condong di arah barat pertanda bahwa malam akan segera tiba, beruntung mereka tidak gegabah untuk berhenti di pinggir pantai dan langsung adu tembak dengan pasukan penjaga pelabuhan. Sehingga mereka masih bisa menaiki jeep mereka dengan kondisi utuh.

"Arsyi, lebih baik kita lewat dalam hutan supaya mereka mengira kita masih terjebak di sekitar sini." Perintah Pablo sebelum menaiki mobil jeep. Tidak membutuhkan waktu lama mereka segera menaiki jeep dan tetap bersiaga sesuai prosedur rencana operasi, apapun yang terjadi tidak ada yang boleh lengah.

**

Sementara itu di dalam hutan Ken dengan kelompoknya masih mencari-cari dimana keberadaan kamp para pemberontak, bahkan tak jarang supir yang mengendarai mobil berwarna hijau itu dibentak olehnya.

"Udah mau gelap, lo tau gak sih jalannya?!" Bentak asisten Joseph untuk kesekian kalinya.

"Ma-maaf bos, sepertinya kemarin lewat sini deh tapi gak tau lagi." Jawabnya dengan wajah mulai tertekan.

Mobil itu tetap melaju menyusuri kedalaman hutan entah hendak melaju kemana, sampai kemudian mereka mendengar bunyi mobil dari arah lain yang tidak lain adalah gerombolan jeep para pemberontak.

"Bos! Coba lihat disana!" Teriak anak buah Ken yang duduk di belakang.

Ketiga mobil itu hampir berpas-pasan di sebuah pertigaan jalan setapak hutan itu, tetapi mobil milik pasukan Lena terlambat untuk mencapai ujung pertigaan itu sehingga ia harus mengejar kedua mobil jeep yang baru saja terlihat di depan mereka.

"Cepatt!! Injak gasnya, kalau gak gue jamin gak bakal dapet gaji lo." Perintah Ken kepada supirnya.

"I-iya bos siap." Jawabnya gemetar sambil membanting setir ke arah kiri mengikuti kedua mobil jeep yang melaju kencang menuju kamp mereka. Tanpa menunggu jarak mereka semakin dekat, Ken memerintahkan pasukannya untuk menembaki jeep depan mereka.

DorrDorrDorr.

Peluru mulai berterbangan di sisi kanan dan kiri jeep pemberontak, Valentina dan anggota geng yang berada di jeep kedua kaget dengan serangan dadakan tersebut.

"Boss!! Ada tembakan dari belakang!" Teriak wanita berkacamata itu kepada jeep di depannya.

"Balas tembak!! Carlo kemudikan jeepnya dengan benar, jangan berjalan lurus tapi zigzag seperti ular." Teriak Pablo memberikan perintah.

Mobil jeep yang terbuka pun menjadikannya sasaran yang sangat empuk, karena target pun menjadi terlihat dengan jelas tanpa terlindungi oleh apapun. Baku tembak terjadi di sepanjang jalan kembali menuju kamp, dan masih belum ada satupun peluru yang mengenai kedua belah pihak.

"Shania!! Tembak bannya dong!" Perintah Carlo sambil membelok-belokkan kemudinya ke kanan dan ke kiri.

"Susah, posisi mobilnya pada gak stabil semua." Keluhnya sembari menembak dalam posisi merunduk di bak jeep yang terbuka. Tentu mobil anak buah Lena langsung beradaptasi setelah melihat mobil di depannya melaju dengan lajur zigzag, sehingga kedua mobil itu pun sama-sama melaju zigzag menghindari peluru.

Mobil jeep paling depan melaju dengan sangat kencang menembus pepohonan disana dengan harapan dapat memberikan jarak antara mobil jeep kedua dan pasukan pelabuhan tersebut. 

"Siap-siap belokkan terakhir kita!" Teriak Arsyi memberikaт aba-aba.

Di depan sudah tidak terlihat lagi jalan setapak, hanya tersisa satu belokan ke kanan menuju kamp mereka. Hanya saja dengan kecepatan tinggi tentu bisa membuat mereka terpelanting jika timing ketika berbelok tidak tepat. 

"Peluruku habis." Teriak Valentina, menyisakan Alif dan Shania yang masih terlibat baku tembak. Dan beruntung satu peluru mengenai badan musuh sehingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke tanah, karena memang dengan mobil tertutup mereka harus menongolkan kepala dan badan mereka keluar jendela supaya bisa menembaki jeep depan mereka.

Citttt.

Mobil jeep depan yang dikendarai Arsyi berhasil belok dengan sempurna kemudian menyusul mobil jeep belakang yang dibawa oleh Carlo. Mereka tetap melaju kencang dan segera meninggalkan musuhnya yang terhambat sedikit karena kaget akan adanya jalan yang berbelok tersebut.

Hummm.

Suara mobil beriringan melaju kencang menembus hutan lebat itu, Alia yang baru sadar jikalau teman-temannya sedang dalam perjalanan kembali ke kamp segera bergegas kembali ke jalan setapak di tempat ia menaruh ranjau tadi.

"Bibi kalian berdua tunggulah disini, aku mendengar suara jeep akan kembali ke tempat kita." Ucapnya berpesan kepada dua juru masak itu. Ia segera berlari berpacu dengan waktu, entah kapan mobil temannya akan menginjak ranjau yang ia pasang tersebut. Jalan setapak yang lumayan kecil dan relatif hanya lurus sejauh mata memandang memudahkan Alia untuk melihat sudah sampai mana teman-temannya itu.

"Kalian berhenti!!" Teriaknya sekuat tenaga memberikan peringatan.

"Berhenti!! Aku menaruh ranjau di sebelah sana." Tambahnya tetapi tetap tidak ada yang mendengarkan, meskipun dua jeep sudah terlihat di depan matanya diikuti oleh satu mobil besar berwarna hijau.

Kemudian matanya menyapu sekilas benda-benda apa saja yang berada di sekitarnya, "Aku akan melemparkan batu besar ini agar mereka sedikit menghindar." Batinnya mengambil batu dengan kedua tangannya dan segera melempar sepuluh meter kedepan.

"Woii!! Alia!!" Teriak Arsyi kaget yang melihat batu besar mengarah ke mobil jeep yang dikendarainya, ia segera belok menghindari batu itu kemudian diikuti juga dengan mobil di belakangnya.

Bummm.

Nasib sial menimpa mobil paling belakang milik pasukan Lena yang tidak tahu bahwa ban mobil mereka baru saja menginjak sebuah ranjau. Mobil besar itu terpelanting ke udara tepat ke sebelah kiri pepohonan di hutan tersebut, dan mendarat dengan terbalik di antara semak-semak. 

"Berhentii!!" Perintah Pablo segera membuat kedua mobil jeep berhenti bahkan sebelum melewati Alia.

Mereka segera berhamburan turun dari mobil dan menghampiri mobil yang baru saja terkena ledakan ranjau. Seperti biasa Zidny maju paling depan dengan posisi siap menembak jika memang orang-orang di dalam mobil tersebut masih hidup dan melakukan perlawanan.

Terlihat ia melangkah mantab mendahului rekan-rekannya, tetapi semakin dekat dengan mobil yang mulai mengeluarkan kepulan asap tersebut, ia mulai melangkah lebih perlahan lagi.

Krekkk.


Alia dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang