28. Masterplan

181 78 61
                                    

Beberapa jam sebelum pesta dimulai

Ruangan berdinding putih dengan lampu gantung di tengah ramai riuh dengan suara diskusi antar satu sama lain, mereka merasa khawatir tetapi tidak menunjukkan sedikitpun rasa takut. Paman Don segera tiba untuk bergabung dengan mereka bersama Alia, "Wahai saudara-saudara tolong diam sejenak." Ucapnya lantang menjadikan ruangan itu sunyi senyap.

Dalam beberapa menit saja setelah mereka membagi tugas, ruangan yang tadinya digunakan menjadi tempat makan berubah menjadi tempat briefing. Meja kayu panjang berada tepat di tengah ruangan dengan kursi lipat sejumlah anggota mereka, papan tulis putih juga terlihat siap untuk digunakan. Bahkan para anggota sudah duduk rapih sedari tadi menunggu arahan dari paman Don.

"Aku tahu kita akan menghadapi masalah serius setelah ini, tetapi bukan berarti kita tidak mempunyai solusi dan jalan keluar. Alia coba jelaskan kepada mereka!" Ucap paman Shania memulai perkumpulan mereka.

"Maaf, bukannya aku lancang disini tetapi aku akan membantu mengatur rencana kita selanjutnya." Jelas Alia, gumaman kecil mulai terdengar karena mungkin mereka belum percaya sepenuhnya kepada Alia kecil.

"Cukup hentikan gumaman kalian! Coba lah kita mempercayainya dengan sepenuh hati." Teriak Pablo membuat kegaduhan mereda, kembali sunyi seperti sedia kala.

"Aku sempat berdiskusi beberapa hal penting dengan paman Don, dan sekarang aku ingin kita mengambil voting. Apakah kalian ingin menyerang terlebih dahulu atau diserang?" Tanya remaja itu berlagak seperti atasan mereka.

Memang sebelum ia dan paman Don memulai perkumpulan itu, mereka sudah merencanakan bagaimana langkah selanjutnya. Disana Alia menjelaskan tentang kemungkinan yang terjadi jikalau mereka memilih untuk bergerak mencari musuh atau menunggu musuh mendatangi kita.

"Mereka mempunyai akses ke satelit, sehingga kurang dari 24 jam setelah kita lari semalam mereka akan menemukan kita." Jelasnya.

Begitu pun juga ia menjelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan jikalau mereka mencari musuh.

"Tentu akan sulit untuk menyerang mereka." Tambah Alia.

"Benar sekali, lebih baik kita menunggu musuh karena kita akan mengetahui langkah selanjutnya." Ucap Pablo memberikan argumen.

"Oke gue setuju ama lo bos," tambah Zidny dilanjutkan dengan suara-suara lain yang menyetujui bahwa mereka akan menunggu hingga musuh yang mencari mereka.

Kedua belas orang itu lalu mendiskusikan bagaimana strategi bertahan mereka di rumah ini, bahkan paman Don sudah mengevakuasi keluarga dan pembantunya untuk pergi ke rumahnya di sisi lain dari kota. Alia tidak lupa menjelaskan segala rencana yang sudah ia analisis dengan sangat detail tanpa melewatkan satu poin pun.

"Apakah mereka akan membawa helikopter seperti kemarin?" Tanya Alia.

"Sepertinya tidak mungkin," timpal Tegar terlihat paling serius disana.

"Dan jika memang mereka membawa helikopter dan menyerang dari udara, kita akan berlindung di dalam rumah ketika mendengar suara baling-baling helikopter." Sebuah argumen yang masuk akal dan dapat diterima dengan baik oleh geng.

Mereka semua berbicara tentang kemungkinan dan antisipasi, layaknya dokter bedah yang beradu argumen dengan para perawatnya sebelum operasi dimulai.

"Jika memang mereka menyerang kita dari darat, kita buat mereka hanya datang dari satu arah saja." Jelas Alia terhadap kemungkinan yang akan mereka hadapi.

"Bagaimana jika mereka menyerang masuk dari belakang atau samping?" Tanya Zidny.

Meskipun rumah itu dikelilingi oleh tembok setinggi tiga meter di setiap sisi, tentu mereka yang belum tahu kelebihan tembok itu akan bertanya ragu.

Alia dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang