10. Bidadariku

444 259 106
                                    

Keramaian di parkiran terlihat menyesakkan sehingga membuat banyak orang saling berdesakan disana, ditambah lagi dengan terik panas matahari yang menyengat. Sungguh segar rasanya jika menemukan pedagang es degan atau es buah sambil menikmati makanan pedas dan berkuah.

"Bang! Beli baksonya ya yang komplit pokoknya," pinta Alia sambil mengebaskan bajunya yang terasa gerah, maklum saja sudah tiga hari ia tidak menggantinya dan sudah terlihat sangat kusut seperti mukanya. Tanpa disadarinya, Rendy sudah mengawasinya disamping gerobak bakso tersebut ia hanya tinggal menunggu moment yang tepat.

"Tambah lagi ya bang! Kuahnya banyakin sama sambel nya jadi dua sendok deh," samar-samar suara Alia terdengar oleh Rendy dibalik gerobak. Tidak mungkin secara tiba-tiba dia menyergapnya ditengah keramaian, jadi ia masih sabar menunggu momen yang tepat.

"Laper ya neng?" Gurau pedagang bakso itu sambil menyerahkan semangkok lagi ke Alia.

"Iya bang, lagi nemenin orang di rumah sakit." Jawabnya singkat.

"Minumnya es jeruk ya bang, keliatannya seger deh." Tambahnya.

Akhirnya angan-angan Alia untuk meneguk minuman segar di tengah panasnya terik matahari terkabul. Ia menikmatinya dengan sepenuh hati, apalagi uang yang sekarang tersisa di kantongnya sudah mulai menipis menyisakan sekali atau dua kali lagi untuk membeli makanan.

"Alia..." Terdengar dari jauh teriakan mama Alia.

"Kamu itu bandel banget sih jadi anak, kabur kemana lagi kamu?" Segera terdengar semprotan dari mulut mamanya.

"Ayo sekarang kita pulang gak ada tapi-tapian," lanjutnya sambil menarik tangan Alia.

Dalam sekejap Alia hanya pasrah karena memang ia sudah tidak memiliki tujuan lagi, bakso dan minuman es jeruk segar yang sudah ia bayar ditinggalkan begitu saja. Rendy yang sempat sejenak melepaskan pengawasannya terhadap Alia kebingungan lantaran targetnya sudah menghilang dalam sedetik.

"Bang, cewe barusan kemana ya?" Tanyanya kepada abang bakso yang sedang mencuci piring.

"Pergi tadi sama ibunya," jawabnya singkat membuat Rendy menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan targetnya tersebut.

Di satu sisi, Alia berhasil selamat untuk kesekian kalinya dari kejaran Rendy tetapi di sisi lain ia harus pulang ke rumah dan meninggalkan Rani sebatang kara di rumah sakit. Karena tidak berhasil melacak keberadaan Alia, Rendy pun segera menelpon Lena memberi kabar bahwa targetnya berhasil lolos dari pengawasannya.

"Kok bisa sih lo gagal lagi?" Teriak Lena sekuat tenaga.

"Tadi ada mamanya kata abang bakso, gak mungkin lah gue ambil dia di tempat ramai." Ungkap Rendy sedikit gelisah takut disembur oleh bosnya. Rupanya ia segera kembali ke mobil dan memutuskan untuk menunda misi yang tidak diketahui motifnya tersebut.

**

Memang baru seharian Alia tidak berada di rumah, tetapi mamanya terlihat khawatir setengah mati. Teriakan dan omelannya menemani mereka berdua sepanjang perjalanan pulang ke rumah, sengaja mereka tidak menaiki angkotan umum supaya bisa puas mengomeli Alia yang dianggapnya bandel.

"Mama takut kalau kamu kenapa-napa, nurut dikit bisa gak sih." Suaranya parau.

Alia terlihat sibuk sendiri tidak membalas satu perkataan pun dari mamanya sepanjang perjalanan sampai pada saat dimana mama Alia bercerita tentang papanya yang pergi entah kemana.

"Itu emang beneran?" Tanya Alia kepada mamanya sambil berhenti tepat di depan gang rumah.

"Papa emang sengaja ninggalin kita kan?" Tambahnya dengan nada mulai meninggi.

"Terus kenapa mama bilangnya papa sudah meninggal lama?" Tangis pun pecah.

"Alia bingung sama mama, coba deh mama lihat temen-temen Alia yang lain. Mereka bisa sekolah enak gak perlu jualan, emang kenapa Alia harus jualan? Oke lah jualan gk papa, tapi kenapa harus balik sebelum jam enam?" Berbagai macam pertanyaan menyerang mamanya bertubi-tubi tanpa memberikan jawaban untuk menjelaskan kondisi sebenarnya dari Alia.

Alia segera berlari setelah melihat Winda keluar dari rumah melihat mereka berdua sedang bertengkar hebat di depan gang rumah. Kakak beradik itu terlihat saling berpelukan layaknya saudara kandung yang sudah lama tidak bertemu. Tangan Winda segera ditarik menuju ke dalam rumah meninggalkan mama mereka yang masih terpaku di luar rumah.

**

Toktoktok.

Berkali-kali pintu kamar Alia terdengar diketuk pelan oleh mamanya sambil menyebut-nyebut nama Alia dan meminta maaf ingin menjelaskan keadaan mereka. Sedikit demi sedikit hati keras Alia beberapa saat yang lalu mulai melunak, ia mulai menjawab panggilan mamanya dan hendak membukakan pintu guna mengetahui penjelasan dari mamanya itu.

Dulu papa Alia merupakan sosok yang sangat disegani sebelum dirinya lahir, sampai suatu ketika ia terlibat hutang yang sangat besar karena kalah dalam perjudian di sebuah tempat di kotanya tepatnya ketika Alia baru masuk umur empat tahun. Kebetulan pemilik tempat yang biasa digunakan untuk berjudi itu adalah orang tua Lena dan selama beberapa tahun ini sudah diwariskan kepada anaknya.

Dalam perjanjian yang ditandatanganinya tertuliskan bahwa mereka akan mengambil Alia ketika sudah berumur tujuh belas tahun jika dalam kurun waktu lima tahun belum dapat melunasi hutang. Papa Alia yang kebingungan akhirnya kabur dari rumah meninggalkan Alia dan mamanya, dan dibuat seakan-akan papanya meninggal dalam sebuah kecelakaan di luar kota. Beberapa tahun kemudian mama Alia menikah dan segera melahirkan Winda tetapi ayah tirinya terkena serangan jantung ketika pulang dalam kondisi mabuk berat.

Semenjak saat itulah, mamanya menjadi seorang wanita tempramen yang menyamarkan Alia sebagai seorang anak penjual tahu petis dan tidak memperbolehkannya untuk pulang diatas jam enam. Karena mamanya tahu bahwa beberapa bulan terakhir, sekelompok orang memang ingin merenggut Alia karena papanya dulu tidak dapat melunasi hutangnya dalam perjudian itu.

"Sekarang kamu paham kan kenapa mama berubah?" Untuk ketiga kalinya tangis Alia pecah di hari itu. Akhirnya setelah beberapa tahun, ia baru tahu bahwa mamanya adalah bidadari yang berjuang mati-matian melindungi keberadaannya. Ia menjadi tahu bahwa tidak semua hal yang terlihat buruk tidak memiliki arti yang baik. Ia hanya bisa termenung menangis di pelukan mamanya malam itu.

Brakkk.

Terdengar suara pintu yang sedang di dobrak. Kebetulan Winda yang saat itu berada di ruang tamu langsung berteriak memanggil mamanya.

"Mereka datang," ucap mama Alia singkat.

"Akhirnya kita ketemu lagi ya, Ifa apa kabar?" Sapa wanita berusia tiga puluhan dengan kacamata hitam, ialah Lena yang sudah berbulan-bulan mencari keberadaan Alia.

"Ifa masih inget kan perjanjian ini?" Tambahnya menunjukkan surat perjanjian kepada mama Alia yang terlihat jelas ditandatangani oleh suaminya belasan tahun silam.

Mama Alia hanya terdiam tidak bisa melawan, ia hanyalah wanita lemah sekarang di hadapan dua bodyguard gagah milik Lena. Tanpa diperintah, mereka langsung merenggut Alia dari pelukan mamanya dan menyisakan isak tangis darinya dan Winda.

"Aliaaa!! Aliaaa!! maafin mama ya," suaranya terdengar parau.

"Kakakkk! mau kemana kak!? Jangan tinggalin Winda dong!" Teriak adik tirinya merengek sekuat tenaga ingin mengejar kakaknya yang dibekap masuk sebuah mobil sedan hitam. Alia yang mulutnya ditutup dengan tangan perkasa bodyguard itu hanya bisa meronta-ronta tanpa mengeluarkan suara. Kejadian itu hanya berlangsung sekejap setelah Alia mengetauhi kebenaran tentang dirinya dan keluarganya.


Alia dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang