29. Terkejut

142 46 55
                                    

Bummm.

Hembusan sepoi-sepoi angin malam pecah karena ledakan itu, sahabat rembulan ternyata sudah pergi menjauhinya sehingga ia dapat melihat jelas apa yang terjadi di bawah sana. Musik kencang sengaja dinyalakan untuk memekakkan telinga para musuh, yang terlihat mulai mendekati tempat pesta.

"Siapkan formasi!!" Teriak Joseph kencang mulai menyerbu masuk rumah paman Don.

Mereka membagi pasukan menjadi dua barisan, yang pertama memegang tameng plastik di depan dan mereka yang dibelakang bersiap-siap untuk melepaskan tembakan ke arah para pemberontak.

"Pasukan tameng bersiap untuk membuka barisan dalam hitungan tiga," ucapnya lantang seperti pasukan Romawi yang sedang berperang.

"Tiga!!"

Sedangkan para pemberontak juga tidak kalah dengan strategi mereka, entah sejak kapan telinga mereka sudah menggunakan penutup telinga sedari tadi dan mereka menggunakan aba-aba isyarat tangan sebagai gantinya.

"Siapkan jebakan," maksud isyarat tangan yang digunakan oleh Pablo.

"Dua!!"

Cessssss.

Asap segera keluar dari kedua sisi taman depan rumah, jebakan yang tadi sore dipasang oleh mereka berfungsi dengan baik. Seketika penglihatan di halaman indah milik paman Don menjadi terbatas karena asap tebal yang menyelimuti.

"Sekarang jalankan mobilnya," ucap Pablo kembali memberi perintah dalam isyarat tangan.

Brummmm.

Mobil berukuran sebesar truk melaju kencang menuju arah musuh mereka yang berada di dalam gumpalan asap tersebut. Jarak yang semakin dekat dengan pusat suara musik membuat komunikasi pasukan Joseph tidak terkontrol dengan baik.

"Bagi dua barisan ke kanan dan ke kiri!" Teriak Joseph dalam kegaduhan musik yang membuat anak buahnya tidak jelas dalam melaksanakan perintah.

Dari dalam truk Zidny segera menekan sebuah tombol yang sesaat setelah itu segera berdesing keluar kembang api dari dalam kepulan asap. Suara semakin gaduh ditambah dengan ledakan berbagai macam petasan dan kembang api di sekitar.

"Cepat bagi!" Teriaknya lagi.

Para pasukannya yang tentu kebingungan hanya mematung dan menatap satu sama lain, ada yang terlihat terus maju kemudian di tarik oleh temannya, ada juga yang segera bergeser ke kiri dan ke kanan kebingungan karena kesalahpahaman ini.

"Cepat!" Teriaknya berusaha mengalahkan kebisingan di sekitar tapi terlambat.

Brakkk.

Beberapa pasukan tamengnya segera terpental dihantam oleh badan truk yang terlihat dikendarai oleh Arsyi. Peluh terlihat menetes di dahi wanita itu, nafasnya tak henti terengah-engah di depan kemudi sambil berharap banyak korban terluka disebabkan oleh tabrakan truk yang dikendalikan olehnya.

"Sial," batinnya dalam hati melihat samar-samar musuhnya bangkit membentuk formasi seperti semula.

Ia tidak ingin mengambil resiko untuk berhadapan langsung dengan musuh di depan matanya itu. Tangannya dengan cekatan memutar kemudi dengan pijakan gas dan kopling setelah memindahkan persneling ke gigi 1.

Ciiitttt.

"Jangan biarkan truk itu kembali, cepat tembak!" Sayup-sayup suara itu terdengar di antara anak buah Joseph yang sedari tadi mengalami miscom karena suara musik yang semakin memekakkan telinga.

Dorr.Dorr.Dorr.

Joseph yang geram memulai tembakan langsung ke arah truk yang mulai terlihat menjauh keluar dari kepulan asap. Peluru-peluru mentah segera berhamburan melesat dari moncong senjata anak buahnya, formasi mereka sudah tidak seperti di awal lagi. Bahkan tameng-tameng pun sudah digeletakkan begitu saja tergantikan oleh senjata, tidak tahan dengan tekanan ini sehingga ingin membabi buta dan segera membuat pertempuran kecil ini berakhir.

Alia dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang